33

426 29 1
                                    

Pagi harinya aku terbangun oleh suara handphoneku. Mom mengirimi aku sebuah pesan singkat. Ia memberitahuku bahwa ia harus pergi ke kantor hari ini karena ada urusan penting yang tidak bisa ia tinggalkan.

...

Well, aku sudah biasa seperti ini. Ditinggal secara mendadak oleh mom atau dad karena urusan pekerjaan mereka yang tidak bisa di tinggalkan. Ya, kedua orang tuaku adalah orang yang workaholic. Tak heran jika rencana liburan kami yang sudah kami rencanakan sebelumnya bisa saja terbatalkan secara tiba-tiba.

...

Aku keluar dari kamarku setelah mandi dan berpakaian. Aku turun ke lantai satu rumah mom, berjalan menuju ke arah ruang makan untuk menyantap sarapan yang telah disiapkan oleh Oline, asisten rumah tangga yang bekerja di rumah mom.

...

Selesai sarapan pagi, aku memutuskan untuk menonton tv seorang diri di ruang keluarga. Menghabiskan weekend ku di rumah mom hingga sore nanti.

...

Aku pun merasa bosan menonton tv di ruang keluarga seorang diri. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke sebuah cafe yang ada di kota ini. Setidaknya menghabiskan waktu di sebuah cafe selama berjam-jam di sana membuatku tidak merasa bosan seperti ketika aku berada di rumah mom.

...

Sesampainya di cafe, aku langsung masuk dan memesan sebuah menu kesukaanku. Aku memainkan handphoneku sambil menunggu menu yang aku pesan datang.
Tak lupa aku mengunggah beberapa postingan di akun instagram dan snapchatku.

...

Ketika aku sedang menikmati menu pesananku, tiba-tiba saja seseorang datang menghampiriku.

"hi Alice. Aku tak menyangka jika kita bisa berjumpa di sini." ujar seseorang yang suaranya tak asing lagi di telingaku. Aaron.

Aku pun mengarahkan kepalaku ke atas, bermaksud untuk melihat wajah seseorang yang sedang berbicara kepadaku saat ini.

Aku tidak membalas sama sekali sapaan Aaron kepadaku barusan. Aku hanya mengarahkan pandanganku ke arahnya sambil tetap mengunyah makanan yang sedang aku makan.

"boleh aku duduk di kursi ini?" tanya Aaron kepadaku yang ingin mengambil posisi duduk di kursi yang ada di hadapanku.

Aku tidak menjawabnya dengan menggunakan kata-kata, tetapi aku menjawabnya dengan menggerakkan kedua alisku ke atas satu kali, menandakan bahwa Aaron boleh mengambil posisi duduk di hadapanku.

...

"kau sendirian di sini?" tanya Aaron kepadaku setelah ia memesan menu yang ada di cafe ini.

"menurutmu?! Ya, aku sendirian di sini." jawabku kepada Aaron.

"kemana teman-temanmu? Biasanya gadis sepertimu sering kali menghabiskan waktu bersama teman-teman sebayamu berkumpul di cafe seperti ini."

"kurasa itu bukan urusanmu untuk mengetahui dimana keberadan teman-temanku saat ini. Lagi pula tidak selamanya gadis sepertiku menghabiskan waktu di cafe seperti ini bersama teman-temannya."

*Aaron's POV*

What a girl?! Kenapa ia seperti ini? Apa ada yang salah denganku sehingga ia seperti ini kepadaku? Apa salahku? Aku hanya bertanya saja padanya. Aku harus kembali mengambil hatinya agar ia tidak bersikap seperti ini lagi kepadaku.

"bagaimana kabar kedua kakakmu, Louis dan Liam? Sudah lama aku tidak mendengar kabar dari kedua kakakmu itu. Kabar terakhir yang aku dengar dari Louis adalah ia tidak pulang ke rumah, hingga akhirnya kau memintaku untuk mencari tahu keberadaannya. Bagaimana kabarnya sekarang?" tanyaku kepada Alice.

"well, keadaannya sudah jauh lebih baik sekarang." jawabnya singkat.

"bagaimana keadaanya saat ia tiba di rumah? Apa ia kembali terlibat perkelahian?"

"ya, ia pulang dalam keadaan mabuk berat dan dengan wajah yang lebam. Tapi keadaannya tidak separah waktu itu."

"how about Liam? Ku dengar ia akan pergi ke Amerika dalam waktu dekat. Is it right?"

"ya, ia akan pergi ke Amerika dalam waktu dekat ini. Ia akan mengikuti studi banding di Amerika."

"boleh aku bertanya sesuatu padamu?" tanyaku pada Alice dengan sedikit keraguan.

"bukankah sedari tadi kau telah bertanya padaku dengan tiada henti? Pertanyaan apa lagi yang akan kau berikan kepadaku? I mean, pertanyaan macam apa lagi yang akan kau tanyakan?"

"apa kau sedang datang bulan saat ini?" tanyaku dengan sedikit rasa takut. Ya, aku takut jika ia marah padaku.

"what a question?! Are you crazy?! Mengapa tiba-tiba kau bertanya seperti itu?!"

"I know that's the weird question. Tapi aku bertanya seperti itu karena sedari tadi kau menjawab pertanyaanku seadanya, singkat dan -"

"aku memang seperti itu! Memangnya kau mau aku menjawab pertanyaanmu seperti apa?"

"hmm... alright, forget it. Aku minta maaf atas pertanyaanku tadi."

...

Happy reading everyone 😊
Don't forget to vote for the next chapter ☺
Thanks xx 💕

My Protective Brothers 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang