Part 63

16.7K 897 184
                                    

"Hidup itu mirip kupon undian, kalau hasilnya coba lagi, ya coba lagi lah sampai ada notif selamat anda pemenangnya. Jangan malah menyerah, tolol itu namanya." - El

.
.
.
.
.

Happy Reading

.
.
.
.
.

Pagi ini, ruang rawat Eleazaro terlihat ramai dengan kedatangan Diego dan Kenzi. Meskipun hanya ada tiga orang termasuk El, namun suasana di ruangan tersebut seperti pasar. Tentunya di dominasi oleh obrolan antara El dan Diego, sedangkan Kenzi hanya sesekali ikut nimbrung.

"Btw, lo sama Kenzi ke sini janjian apa gimana?" Eleazaro bertanya karena tadi Diego dan Kenzi datang secara bersamaan.

Diego menggeleng. "Kaga, tadi gue ga sengaja liat nih bocah di depan resepsionis lagi tanya soal ruangan lo. Ya, gue ajak bareng lah dari pada kayak bocah ilang. Lagian lo, kebangetan, ga sekalian ngasih tau ruangannya di mana. Kan, yang ga tau nyariin."

Eleazaro menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal. Pemuda itu jadi merasa tak enak hati. "Hehehe, mood gue kemarin lagi nano-nano sampai lupa kasih tau. Maaf ya Kenzi," ujarnya penuh penyesalan.

Kenzi menggerak-gerakkan tangannya panik. "Ga papa El, ga papa. Aku ngerti kok."

Eleazaro kembali menatap Diego. "Lah, lo sendiri Go tau dari mana. Perasaan gue juga belum kasih tau deh."

Diego tersenyum bangga. "Diego gitu, apa sih yang gue ga tau."

"Najis, sok banget. Himpunan penyelesaian dari 25𝑥+2 = 53𝑥−4 berapa coba?" Tanya Eleazaro menantang Diego.

Diego mendengus. "Ya, ga gitu juga lah El. Gue taunya dari Alvaro."

Eleazaro tampak terkejut mendengar ucapan Diego. "Akrab banget gue liat-liat. Sejak kapan lo punya nomor Abang gue?"

"Dih, kudet. Sejak Abang lo main ke kafe waktu itu. For your information, Abang lo duluan yang minta nomor gue. Katanya, biar gampang nyari lo kalo sewaktu-waktu lo ilang lagi," ucap Diego panjang lebar. Eleazaro hanya manggut-manggut saja.

Kenzi tampaknya tertarik dengan topik pembicaraan itu. "Kamu pernah hilang, El?" tanyanya penasaran.

"Pernah, dua kali. Yang pertama, ilang cuma hampir 16 tahunan sih. Terus yang kedua sebenarnya bukan ilang sih. Jatuhnya gue kabur sementara dari rumah." Eleazaro berkata dengan santainya.

Kenzi tak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya. "Bagaimana El?" tanyanya memastikan. Bukan Kenzi gimana-gimana tapi selama Kenzi mengenal El, pemuda itu selalu tak serius.

Kenzi lalu menatap Eleazaro dan Diego bergantian, berusaha mencari kebohongan dari ucapan itu, tapi Kenzi tidak mendapati tanda kebohongan di raut wajah keduanya. "Beneran?" ujarnya lagi.

"Beneran lah Ken. Lo ga tau aja, idup nih anak ngalahin sinetron Indosiar."

"Udah Ken. Gau usah bingung gitu mukanya, gue jadi mau ngakak."

Kenzi hanya tersenyum. Dia tidak berani bertanya lebih lanjut mengenai hal tersebut. Pemuda itu takut menyinggung perasaan El atau semacamnya.

"Ngomong-ngomong kaki lo udah sembuh Ken?" Eleazaro sedikit menunduk untuk melihat pergelangan kaki Kenzi yang sempat diperban.

Kenzi juga turut memperhatikan pergelangan kakinya. "Sudah El. Aku hari ini mulai masuk sekolah lagi, tapi malah gantian kamu yang ga masuk."

"Hahaha, iya ya Ken. Ada-ada aja hidup." Setelahnya, mereka melanjutkan obrolan dengan topik yang berbeda.

ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang