Part 20

38.6K 2.9K 55
                                    

Hai! Ada yang rindu anak bontot ga?

Telakhir update awal Januari dan baru bisa update lagi awal Februari. Miaann🤧

Aku ga tau feel nya dapet apa engga 😔

So, kalau ada typo kasih tau aku ya. Aku tulis langsung aku upload soalnya.

.
.
.
.
.

Happy Reading

.
.
.
.
.

Aelius tampak malu-malu terlihat dari ufuk timur. Sejak lima belas menit yang lalu, Eleazaro sudah stay di meja makan. Bahkan dia telah mengenakan seragam sekolah barunya. Pemuda itu dengan santai melahap nasi uduk yang dibuatkan oleh chef. Ya, meskipun rasanya tidak seperti nasi uduk langganan dia tapi tak apalah.

Sembari mengunyah nasi di mulutnya, El menatap sekeliling. Mansion masih tampak sepi. Sejauh El memandang hanya beberapa maid yang berlalu lalang. Dia belum melihat anggota keluarganya yang lain.

El mengeluarkan ponsel pintarnya dari saku celana kain berwarna hitam itu. "Ck. Udah jam 5 lebih belum pada bangun juga. Pantas tidak ada keberkahan di keluarga ini, orang manusianya ga ada yang sholat Subuh. Jadi keberkahannya dipatok Rembo. Tak patut!"

El menggelengkan kepala dramatis. Dia seakan-akan menjadi manusia paling suci yang selalu melakukan sholat tepat waktu.

"Eh, Om gantiin susu ini sama kopi luwak aja deh. Ga like gue sama ginian!" Perintah El pada chef yang kebetulan tengah meletakkan piring di atas meja.

Merasa dipanggil chef muda itu menoleh. "Tapi Tuan Muda meminum kopi di pagi hari tidak baik untuk kesehatan lambung," jelasnya dengan sopan.

El memutar bola matanya. "Lo chef apa dokter? Kok, banyak bacot kayak Gibran."

Dalam hati chef itu ingin sekali mengepang mulut Tuan Muda barunya itu. Namun apa daya, dia tidak mempunyai nyali sebesar itu. Dia hanya tersenyum tipis. "Lebih baik Anda pesan yang lain Tuan Muda seperti air putih misalnya." Chef itu berusaha bernegosiasi dengan El.

El meletakkan telunjuknya di atas dagu. Laki-laki tersebut tengah berpikir. "Teh manis  aja deh, gulanya tiga sendok. Ga bakal bikin perut sakit kan?"

Kembali chef itu tersenyum. "Terlalu banyak gula bisa menyebabkan tekanan darah tinggi, Tuan Muda."

"Sia, hayu gelud!" El berdiri dari duduknya sembari melipat seragam sekolah sebatas bahu. Pemuda itu melakukan gestur seperti mengajak berantem.

Chef muda itu bergegas menuju dapur sebelum dia babak belur karena ulah bocah bengal tersebut.

El kembali duduk setelah orang itu tak lagi berada di hadapannya. "Macem-macem sama gue. Belum tau dia siapa gue!"

Hingga beberapa menit kemudian, chef tersebut kembali dengan nampan berisi teh manis pesanan Eleazaro.

"Nah, gitu dong!" Sebelum chef tersebut meletakkan cangkir teh di atas meja, El lebih dahulu menyerobot cangkir tersebut.

"Tuan Muda, teh nya...." Ucapan chef itu terhenti ketika sudah terlanjur menyeruput teh tersebut.

"Panas..." Chef tersebut segera menyingkir dari hadapan Eleazaro. Sebelum Tuan Muda itu mengamuk.

Rasa panas seketika menjalar di lidah El. El menjulurkan lidahnya yang terasa babak. "Weeh!" panggil El saat menyadari chef itu malah kabur.

El meneguk susu putih yang telah dingin, hingga tersisa setengah. "Ah! Lidah gue rasanya jadi aneh."

ELWhere stories live. Discover now