Part 45

18.5K 1.5K 90
                                    

Terima kasih untuk 600k pembaca 🥰🥰

Kalian luar biasa

Bismillah, bisa yuk 1jt xixi

.
.
.
.
.

Happy Reading

.
.
.
.
.

Eleazaro terlihat pasrah kala Danesh menarik tangannya keluar dari ruang penyimpanan wine. Pemuda itu tidak berani memberontak ataupun melawan karena melihat komuk Danesh seperti hewan buas yang siap menerkam mangsanya.

Danesh membawa El menunju kamar mandi yang letaknya tidak jauh dari tempat itu. Eleazaro masih tidak paham kakak sulungnya itu hendak melakukan apa padanya. Akan tetapi detik berikutnya El baru paham. Setelah Danesh menekan leher belakangnya ke arah wastafel.

"Bang ngapain sih?" Akhirnya El bertanya sembari berusaha menyingkirkan tangan Danesh dari lehernya.

Bukannya menjawab pertanyaannya, Danesh justru kembali menekan leher Eleazaro kali ini lebih kuat. El sampai mengaduh kesakitan. Ternyata tak sampai di situ, Danesh memaksa El untuk membuka mulutnya dengan cara memasukkan jari telunjuknya ke mulut pemuda itu.

El yang mendapatkan serangan tiba-tiba itu tidak bisa mengelak. Eleazaro kembali memberontak kali ini lebih agresif, tapi tenaganya kalah jauh. El mulai merasakan mual saat benda asing terus memasuki mulutnya.

El memuntahkan isi perutnya. Aneka sate-satean, gorengan, wedang jahe, hingga wine yang baru saja dia minum kembali keluar. Setelah memastikan El mengeluarkan isi perutnya, Danesh menekan tombol wastafel seketika air mengalir. Lalu pria itu membasuh muka El dengan air untuk membersihkan sisa kotoran di muka adiknya itu.

El sudah tidak peduli dengan apa yang hendak Danesh lakukan padanya lagi. Pemuda itu sudah terlanjur lemas. Bahkan karena ulah Danesh itu wajah Eleazaro sampai memerah. Jangan lupakan buliran keringat yang membasahi dahinya.

Dalam hati El mengumpat. "Danesh bangsat, Danesh bangsat!"

"Mengumpat tidak akan membuat keadaanmu membaik," ujar Danesh santai.

Kemudian Danesh menggendong El di punggungnya. Dia tahu anak itu tidak akan sanggup untuk berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Eleazaro menyembunyikan kepalanya di bahu Danesh saat mereka melewati ruang keluarga yang ternyata terdapat sebagian anggota keluarganya yang tengah mengobrol.

Melihat Eleazaro yang digendong Danesh membuat rasa penasaran Dahayu tak dapat terbendung. "Abang, itu adiknya kenapa?"

"Tak apa. Hanya mengantuk," jawab Danesh singkat. Setelahnya, pria itu pamit untuk mengantar El ke kamarnya.

Danesh merebahkan tubuh El yang masih lemas di atas ranjang. Lalu menyelimuti El sebatas dada. Eleazaro ingin sekali mencekik Danesh karena melihat muka Danesh tetap datar dan tak tampak rasa bersalah sama sekali.

"Jika kau masih berani melakukan hal tadi, Abang pastikan kau akan mendapatkan lebih dari ini. Ingat itu anak nakal." Setelah mengatakan itu, Danesh pergi meninggalkan El yang tak berdaya.

"Dosa apa gue punya Abang modelannya kayak ee monyet."

El pikir semua penderitanya telah berakhir, ternyata belum. Setelah Danesh keluar, selang beberapa menit Arkana masuk bersama Gibran. Kedua pria itu mendekati Eleazaro.

"Sudah puas?" tanya Gibran sambil mengeluarkan alat kedokterannya.

Tahu maksud dan tujuan Gibran, seketika pemuda itu berusaha menjauh dari jangkauan Gibran. Namun sayang seribu sayang, Arkana dengan cekatan menahan pundak pemuda itu dengan kuat. Hal itu berhasil membuat El meringis.

ELWhere stories live. Discover now