Part 33

26.7K 2.1K 124
                                    

Hai! Mana nih yang minta Eleazaro update terus

Udah aku kabulin nihhh....

Jangan lupa tinggalkan jejak

.
.
.
.
.

Happy Reading

.
.
.
.
.


Atalaric menggenggam tangan anaknya yang terasa dingin dengan penuh hati-hati seolah Eleazaro adalah porselen yang mudah pecah. Sekali lagi Atalaric merasa hatinya teramat sakit saat melihat Eleazaro seperti sekarang ini.

Seharusnya Atalaric lebih memilih menemani El dibanding menghadiri rapat. Mungkin El masih bisa membuatnya darah tinggi. Setidaknya itu jauh lebih baik.

Melihat El terkapar di jalan membuat jantung Atalaric berpacu begitu cepat. Darah dalam tubuhnya seakan-akan berhenti mengalir. Ia pernah mengalami sensasi itu sebelumnya. Ya, pada saat Eleazaro dinyatakan hilang dari rumah sakit kala itu.

Sebenarnya Dokter yang menangani El tadi berkata, bahwa anaknya baik-baik saja. Namun tetap saja dia hanya seorang ayah yang takut kehilangan buah cintanya, lagi.

Dari luar Danesh memperhatikan Atalaric dengan seksama. Helaan napas panjang keluar dari mulut Danesh. Dia sedikit memijat pangkal hidungnya. Lalu kembali mengarahkan pandangannya pada Jony yang berdiri di hadapannya.

"Saya tahu ini di luar kendali mu. Tapi kau lalai, jadi kau tahu apa yang harus kau lakukan bukan?"

"Baik Tuan. Saya siap menanggung semua konsekuensinya," ujar Jony tanpa gentar.

Suara gaduh di koridor mengalihkan atensi Danesh dan Jony. Dari kejauhan mereka dapat melihat Mika berjalan seperti orang kesetanan diikuti Ember dan Aurellia yang kewalahan menyeimbangi langkah Mika.

Danesh menatap Jony sekali lagi. "Bersihkan darah di bajumu!"

Jony mengangguk mendengar perintah itu. Lalu segera pergi dari sana. Danesh melonggarkan dasinya saat melihat Mika semakin dekat ke arahnya.

"Danesh, di mana El? Bagaimana kondisinya? Ya Tuhan El, hikss..." Mika mengusap wajahnya frustasi.

Danesh membawa Mika ke dalam dekapannya. Mencoba menenangkan Mika seperti yang biasa Atalaric lakukan.

"El baik-baik saja. Tenangkan dirimu!"

Mika mengambil napas panjang lalu mengeluarkan begitu seterusnya sampai dia benar-benar dapat mengendalikan dirinya. Danesh membantu menghapus sisa air mata di pipi sang ibu.

"Masuklah, Daddy menunggu di dalam."

Mika mengangguk. Lalu memasuki ruang rawat El.

"Mas.." panggil Mika lirih.

Mendengar suara yang sangat familiar baginya, Atalaric pun menoleh dan benar saja itu istrinya.

Atalaric bangkit dari duduknya. "Kemarilah."

Mika mendekati ranjang pesakitan anaknya. Raut wajahnya berubah sendu saat melihat perban di pelipis El dan beberapa luka goresan di sekitar wajah dan tangan anak itu.

Mika kembali menangis. Dia tidak tega melihatnya. "Sayang..."

Atalaric mengusap bahu wanita itu. "Tidak apa. El baik-baik saja."

Sesuai perkiraan dokter yang menangani El, pukul delapan malam anak itu mulai sadar. Mika dengan cekatan menekan tombol yang berada di sisi ranjang.

El meringis ketika merasakan kepalanya berdenyut.

ELWhere stories live. Discover now