Part 29

24.7K 2.1K 85
                                    

"Sedikit kaget tapi oke." - El

.
.
.
.
.

Happy Reading

.
.
.
.
.

Eleazaro menatap bangunan di depannya dengan raut wajah resah. Kakinya seakan terasa berat untuk melangkah. Alvaro berbalik menatap El yang berjalan sangat lambat di belakangnya.

"Ayo dek!"

"Bang, g-gue ke toilet dulu yaa. U-udah diujung nih."

Alvaro mengerutkan alisnya. "Jangan mencari alasan El. Daddy sudah menunggu di dalam."

Alvaro menggenggam tangan El erat, bukan apa-apa namun hanya mengantisipasi jika adiknya mencoba kabur. El kembali menghela napas. Dalam hati pemuda itu berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

Hingga kakak beradik itu tiba di salah satu lorong rumah sakit yang menuju ruangan Gibran. El merasakan dejavu, dia pernah ke sini dan berakhir tidak baik-baik saja.

Sekarang kejadian itu seperti terulang. El merasakan firasat buruk. Benar saja dari jarak beberapa meter El dapat melihat tatapan tajam Atalaric yang mengarah padanya.

Tanpa sadar El menelan salivanya susah payah. Tatapan itu seakan-akan mengulitinya dan itu berhasil membuat El salah tingkah.

Bola mata El bergerak liar ke penjuru arah, hingga sebuah ide melintas di otaknya. El kembali menatap Atalaric yang kali ini berjalan mendekat.

Dalam hati El mulai berhitung. "Satu, dua, tiga..."

"ARGAHH!"

Lolongan menyakitkan itu memecah keheningan. Alvaro mengibas-ngibaskan tangannya yang berdenyut menyakitkan. Cap gigi tampak terlihat jelas di tangan putihnya.

Seperti tengah memproses apa yang tengah terjadi, Atalaric berlari ke arah Alvaro.

Seakan tahu tatapan Atalaric, Alvaro pun berucap. "Tidak apa Dad. Sebaiknya kejar saja El."

"Kenapa kalian diam saja, hah?! Tutup semua akses keluar!"

Bodyguard Atalaric yang ada di sana tersentak lalu berlari mengejar Eleazaro yang berhasil kabur.

Atalaric mengusap wajahnya kasar. "Anak itu sudah keterlaluan," desis Atalaric sembari mengepalkan tangannya.

Kali ini Atalaric akan bertindak tegas. Anak seperti El akan semakin menjadi-jadi jika dibiarkan begitu saja.

Eleazaro berlari sepanjang lorong rumah sakit. Sesekali pemuda itu menoleh ke belakang untuk memastikan bodyguard Atalaric masih mengejarnya atau tidak.

"Shit! Kok makin banyak." El mengelap keringat di pelipisnya dengan kasar.

Semakin lama El berlari, penglihatannya perlahan kabur. Beberapa kali pemuda itu menggelengkan kepala untuk menormalkan penglihatannya.

"Gue kenapa?" Panik El saat merasakan tubuhnya mulai tak sejalan dengan keinginannya.

BRAKK

El menabrak troli stainless steel yang dibawa oleh suster yang kebetulan melintas. El jatuh terduduk.

"Tuan muda..." Beberapa bodyguard termasuk Bondan mendekatinya.

El menoleh. "Meninggol aja dah gue."

Setelah mengatakan itu, El pingsan dan berhasil membuat mereka yang di sana panik. Padahal anak itu hanya pura-pura pingsan karena tidak sanggup menanggung malu.

........

Eleazaro masih konsisten memejamkan matanya. Bahkan anak itu tetap bergeming saat tubuhnya digotong atau saat Atalaric murka pada bodyguard yang membawanya.

"Bangun anak nakal!"

Dengan mata yang masih tertutup rapat, El sedikit tersentak kala mendengar ucapan Gibran.

"Ayah tau kamu hanya pura-pura."

El tetap diam berusaha mempertahankan peran dia sebagai orang yang tengah sekarat.

Gibran menghela napas. Memang buah jatuh tak jauh dari pohonnya, tidak Atalaric tidak Eleazaro sama-sama berkepala batu.

"Baiklah kamu lebih memilih merasakan jarum suntik ternyata."

Mendengar hal itu, sontak El terbangun. "Bangun nih, bangun!" ujar El setengah berteriak.

BRAKK

Eleazaro terlonjak kaget saat pintu dibuka dengan tidak berperikepintuan. Atalaric, tersangka utama hanya menatap datar.

"Kenapa?" tanyanya sembari mengecek kondisi tubuh sang anak.

El hanya menggeleng kaku. "Ga ada yang sakit... Aww."

Eleazaro mengaduh kesakitan saat dengan sengaja Atalaric menekan bekas lukanya. Darah segar kembali menetes keluar.

"Anjing, bangsatt..." umpat El sembari menyingkirkan tangan kekar Atalaric dari lengannya.

"Masih bilang ga ada yang sakit?Gibran, jahit kembali luka itu."

El membulatkan matanya mendengar kalimat terakhir Atalaric. "Asu lah!"

"Gibran, sekalian kau jahit mulut kotor ini!"

"Dasar durjana!" Pekik El tepat di telinga Atalaric.

Karena ulah Atalaric, luka di lengan El harus kembali dijahit. Lantaran ada beberapa jahitan yang lepas. Eleazaro rasanya ingin sekali mendownload aplikasi santet online. Atalaric benar-benar manusia paling menyebalkan yang pernah El temui.

Setelah selesai menjahit luka di lengannya dan melakukan serangkaian periksaan. Akhirnya El bisa pulang bersama Atalaric tentunya. Sedangkan Alvaro setelah insiden gigitan tadi, dia sudah pulang ke rumah.

El menatap keluar jendela. Dia masih gondok dengan Atalaric. Hingga netranya tak sengaja melihat toko bunga di pinggir jalan. El lantas menyuruh supir Atalaric untuk berhenti.

"Pak, pak berhenti sebentar!"

"Apa lagi sekarang?" tanya Atalaric pada anaknya itu.

"Apa sih gue lagi ga ngomong sama lo. Pak, berhenti sebentar. Budeg ya lo?"

Supir Atalaric itu melirik Atalaric dari spion. Atalaric menghela napas kasar. "Berhenti!"

Setelah mendapatkan perintah dari tuannya, supir tersebut baru berani menghentikan laju mobilnya.

"Ya elah, dari tadi kek. Terlewatkan," ujar El kesal.

Saat hendak membuka pintu mobil, tangannya ditahan oleh Atalaric. "Kenapa lagi sih, Ya Tuhan?"

"Mau kemana kamu?"

El mengelus dadanya. Kesabarannya yang setipis benang tengah diuji. "Mau ke toko bunga dulu bentaran."

"Daddy ikut." Final Atalaric seakan tak ingin dibantah.

"Sekarepmu."

.......

TBC

Hai! Selamat malam wahai pembaca yang budiman

Bagaimana kabar kalian??

Semoga selalu dalam keadaan baik yah...

Oh yah, kalau ada typo atau kalimat yang ambigu tolong komen...






See you 😍

ELWhere stories live. Discover now