Part 51

15.7K 1.3K 105
                                    

Halo! El balik lagi nih hehe

Jangan lupa tinggalkan jejak ya

.
.
.
.
.

Happy Reading
.
.
.
.
.

Setelah satu hari full bed rest, Eleazaro sudah kembali sehat wal afiat. Bahkan El sudah bisa membuat seisi rumah kalang kabut. Bagaimana tidak, pagi-pagi pemuda itu nekat memanjat pilar penyangga rumah.

"El, turun nak. Itu sangat berbahaya sayang. Bagaimana jika kamu jatuh?" Kembali Mika membujuk anak itu untuk segera turun.

Masih dengan posisi memeluk pilar beton itu, El lantas menjawab. "Ogah. Enakan di sini."

Eleazaro sudah persis seperti kera liar yang suka memanjat pohon.

Atalaric menghembuskan napas kasar. Ia memijat pangkal hidungnya. Dia tidak boleh terbawa emosi.

"Baiklah kau menang. Daddy izinkan kau pergi hari ini." Dengan berat hati Atalaric mengatakan hal tersebut.

Dari atas El menatap Atalaric berusaha mencari kebohongan di muka tampan itu. "Kalau bohong, pantatnya bisulan 100 loh ya."

"Sekarang turunlah!"

Setelahnya, Eleazaro akhirnya mau turun. Semua orang lantas menghela napas lega. Kelakuan anak itu benar-benar di luar galaksi Bimasakti.

"Lain kali jangan seperti itu. Kamu membuat Grandma jantungan saja," ujar Dahayu sesaat setelah Eleazaro turun.

Eleazaro memperlihatkan deretan giginya yang tampak putih. "Grandma ga perlu khawatir, aku udah pro."

Eleazaro menatap Atalaric. "Berarti aku boleh pergi jalan-jalan hari ini kan?"

Kembali Atalaric menghela napasnya. "Ya, tapi di sekitar sini."

"Dih, kok gitu. Aku tuh mau cium tangan sama Ratu Elisabeth. Mumpung kita satu negara loh."

Alvaro yang sedari tadi menonton drama pagi itu dari lantai dua menatap kembarannya. "Emang bisa?" bisiknya.

Alvano menoleh ke arah Alvaro. "Apa kau juga sudah kehilangan akal?" Tanya balik Alvano. Setelah itu, pemuda itu melenggang pergi. Sudah cukup menyaksikan pertunjukan hari ini. Hasil akhirnya akan tetap sama, Atalaric akan tetap kalah.

Alvano cukup dibuat heran. Semenjak Eleazaro hadir, Atalaric tidak setegas dan sekeras dahulu. Sejujurnya Alvano senang akan perubahan itu karena Atalaric terlihat lebih hidup dan berwarna. Pria itu lebih sering tersenyum ketika bersama El. Bahkan hanya melihat foto anak itu saja, Atalaric bisa senyum-senyum sendiri. Ya, mungkin poin tambahannya Atalaric menjadi tidak waras.

Alvano juga menginginkan hal itu. Akan tetapi, dia selalu gagal mendekati El. Setiap kali ia mencoba, mereka justru berakhir dengan keributan. Terkadang dia merasa iri dengan Alvaro yang dapat dengan mudah mendapatkan hati anak itu.

Alvaro menatap kepergian Alvano dengan penuh keheranan. Dia kan cuma bertanya. Memang Alvano sulit untuk ditebak. Sudahlah lupakan orang itu, lebih baik kita lanjut menyaksikan tingkah Eleazaro yang masih saja merengek pada Atalaric.

"Aku naik lagi aja deh." Eleazaro hendak kembali memanjat pilar ketika Atalaric tidak memberikannya izin untuk pergi berjalan-jalan menyelusuri Kota London.

Atalaric memang bedebah sialan. Ternyata jalan-jalan yang dimaksud pria itu adalah halaman depan dan belakang rumah. Harusnya sebelum turun tadi, El pastikan terlebih dahulu definisi jalan-jalan menurut pria itu.

ELWhere stories live. Discover now