Part 53

13.5K 1.1K 86
                                    

"Namanya juga manusia, pasti diselimuti masalah. Kalau diselimuti istri orang, boleh dicoba itu." - El

.
.
.
.
.

Happy Reading

.
.
.
.
.

Alvaro mengetuk pintu kamar Eleazaro. Pemuda itu berniat mengajak El turun ke lantai satu sambil menunggu waktu makan malam tiba.

"El, Abang masuk ya?" Lantaran tak mendapati jawaban dari si empunya kamar, lantas Alvaro memasuki kamar tersebut.

Dapat Alvaro lihat gundukan menyerupai tubuh manusia, terbalut selimut di atas kasur. Pemuda itu segera mendekati gundukan tersebut. Alvaro tiba-tiba dihinggapi rasa khawatir. Jangan-jangan Eleazaro kembali demam.

Alvaro lantas menggoyangkan gundukan tersebut untuk membangunkan manusia di dalamnya. "El, bangun.... El."

Merasakan guncang yang cukup ekstrim membuat Eleazaro mau tak mau membuka matanya. "Apa sih bang?" tanyanya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Tidak langsung menjawab, Alvaro berusaha menyingkirkan selimut yang membungkus tubuh adiknya. Lalu mengecek suhu tubuh anak itu. Setelahnya, barulah Alvaro dapat bernapas lega karena suhu tubuh El dalam keadaan normal.

El mengernyitkan bingung. Pemuda itu menyingkirkan tangan Alvaro yang sibuk mengubek-ubek wajahnya. "Bang, bang.... Bisa berhenti ga? Ini muka loh bukan adonan bakwan."

"Bukan gitu, Abang cuma mau memastikan sesuatu saja. Kamu tidur?"

Eleazaro menatap Alvaro dengan tampang kesal. "Kaga bang, habis gali kubur! Ya, lo liatnya gue habis ngapain?" Alvaro mabok kecubung apa bagaimana, aneh sekali kelakuannya.

Tidak tersinggung dengan ucapan adiknya, Alvaro justru merasa gemas. "Aaaahhh, lucunya adik Abang...." Alvaro menarik kedua pipi El yang mulai berisi. Pipi itu tak lagi setirus  ketika awal mereka berjumpa.

"Sakit ege!" Sentak El jengkel. Pemuda itu menyingkirkan tangan Alvaro dari pipinya.

Eleazaro kemudian mengelus kedua pipinya yang terasa panas. "Bang, kandangin nih kembaran lo, ngeselin banget!" Ujar El pada Alvano yang baru saja memasuki kamarnya.

Alvano melipat kedua tangan di depan dada. Ia menatap pipi El yang memerah, lalu beralih menatap pelaku yang membuat pipi itu memerah dengan tajam. "Tadi disuruh apa, Alvaro Gutierrez?"

Tanpa sadar tubuh Alvaro menegang mendengar ucapan Alvano. Jika pria itu sudah menyebutkan namanya seperti itu, itu artinya dia dalam bahaya.

"Tiba-tiba bisu?"

Mengerti suasana berubah mencekam, El bangkit dari tempat tidur. "Udah-udah. Gue paling ga bisa kalau soal musang."

"Ayo turun, dah laper nih!" Sambung Eleazaro. Kemudian ia mengajak Abang kembarnya itu untuk turun ke lantai satu.

Alvaro mengikuti Eleazaro dan meninggalkan Alvano begitu saja. Saudara kembarnya itu jika sudah marah akan terlihat jauh lebih menyeramkan. Bahkan setan saja kalah seramnya.

ELWhere stories live. Discover now