Part 1

91.4K 3.9K 23
                                    

Seorang pemuda terus menggeber motornya di jalanan yang tampak lenggang. Sesekali pemuda tersebut menoleh ke belakang di mana seorang pemuda lain juga terus menggeber motornya. Berusaha menyusul laju motor di depannya.

Seringai tercetak di balik helm full face berstiker tengkorak pemuda itu, kala melihat kerumunan orang yang telah menunggu ke datangan mereka.

Suara sorakan dan tepuk tangan bergema saat salah satu motor melewati garis finish. Diikuti oleh motor lain di belakangnya.

"Weh, mantep bener temen gue ini!" ujar seorang pemuda dengan tato naga di lengannya. Regan, nama pemuda tersebut.

"Selamat El, lo menang lagi malam ini," ujar pemuda lain dengan sepuntung rokok di tangannya.

Pemuda yang dipanggil El tersebut membuka helm full face yang dia kenakan lalu meletakkannya di atas tangki motor. Terpampang jelas wajah dengan pahatan bak dewa Yunani itu menarik sudut bibirnya kala mendengar ucapan teman-temannya atas kemenangan ke sekian kalinya.

Pemuda tersebut menyisir rambutnya ke belakang, "Eleazaro Adelino gitu loh," kata El dengan senyum pongahnya.

Diego menghembuskan asap dari gulungan tembakau yang dia hisap ke udara "Sombongnya bukan main."

El terkekeh kecil mendengar ucapan Diego tersebut. Hingga pandangan mereka teralihkan pada lawan El yang berjalan mendekat ke arah mereka.

El turun dari motor sport nya dan berjalan mendekati lawannya tadi, "Nih hadiah lo. Hari ini lo boleh menang tapi next time ga bakal."

El menerima segepok uang tersebut dengan senang hati, "Thanks. Kita liat aja nanti." Kedua orang tersebut bersalaman sebagai tanda perdamaian.

"Yok kita pesta amer, gue traktir!" seru El sembari memamerkan uang hasil balapannya.

Kembali, seruan memecahkan keheningan malam tersebut. Setelah itu, rombongan motor gede itu meninggalkan area balap liar.

.......

Pukul tiga dini hari, El baru sampai rumah yang terlihat gelap gulita tersebut. Dengan sedikit sempoyongan, pemuda tersebut turun dari motornya. Lalu membuka pintu bercat putih itu. Kesunyian lah yang menyambut kedatangan pemuda tersebut.

Helaan napas keluar dari bilah bibir El. Dia menutup pintu rumahnya lalu berjalan ke arah tangga di mana saklar lampu berada. El menekan saklar seketika ruangan tersebut diisi oleh cahaya lampu.

Pemuda tersebut menutup mulutnya kala merasakan kantuk mulai menyerang. Akhirnya El memutuskan untuk pergi ke kamarnya yang berada di lantai dua.

El berhenti saat dia melewati kamar orang tuanya. Dengan perlahan dia membuka kamar yang berada tepat di sebelah kamarnya itu.

Bau bunga lavender menyeruak masuk dalam indera penciumannya. Mata hitam legam tersebut terpejam menikmati aroma yang sangat disukai oleh orang yang paling dia cintai.

El mendudukkan dirinya di atas ranjang. Dia meraih figura yang ada di atas nakas. Senyum terbit di bibir pemuda tersebut. "Mama, El kangen banget sama mama," ujar pemuda tersebut sembari mengelus figura mamanya.

Tidak terasa air mata menetes tanpa dia sadari. Namun, dengan kasar pemuda tersebut menghapusnya. Dia sudah berjanji untuk kuat.

El meletakkan kembali figura tersebut di tempatnya.

"Tuhan, tolong jaga mama buat El," lirih pemuda itu.

Patah hati paling nyata adalah saat kita kehilangan orang yang kita sayangi untuk selamanya. Dan Eleazaro sudah merasakannya tiga tahun lalu, kala wanita yang paling dia cintai kembali ke pangkuan Tuhan dan meninggalkan El seorang diri.

Dinda, mamanya pergi setelah satu tahun lebih berjuang melawan kanker yang dia derita. El tidak pernah putus berdoa kala itu untuk kesembuhan mamanya. Namun Tuhan lebih sayang pada wanita itu. El harus kehilangan sosok ibu dan ayah sekaligus dalam hidupnya.

Sepertinya El harus menjernihkan pikiran nya terlebih dahulu. Jika seperti ini terus, sampai pagi menjelang pun dia tidak akan bisa tidur nyenyak.

El memasuki kamar yang berukuran tidak terlalu besar namun tidak terlalu kecil juga. Setidaknya dapat memuat satu kasur, lemari pakaian dan juga meja belajar.

Pemuda itu berjalan ke arah balkon yang berada di kamarnya. Dinginnya malam kembali menerpa wajah rupawan nya. El duduk di kursi kayu yang sengaja dia letakan di sana.

El mengeluarkan sepuntung rokok dan sebuah korek api dari saku jaket kulit yang dia kenakan. Pemuda itu memasukkan rokok itu ke belahan bibir nya lalu mengarahkan korek api di ujung tembakau tersebut.

Seketika asap mengepul. El menghisap rokok tersebut. Kemudian menghembuskan ke udara. Hingga tidak terasa satu puntung rokok sudah habis.

Setelah merokok, pikiran pemuda itu sedikit lebih tenang. Akhirnya, El memutuskan untuk kembali masuk ke dalam kamar dan berniat mengistirahatkan tubuh nya. Lantaran besok dia harus masuk sekolah.

.....

TBC

Aku comeback dengan cerita baru. Semoga kalian suka

El bakal nemenin kalian setiap hari Selasa 😉

Jadi tetep stay tuned!

ELWhere stories live. Discover now