Part 42

21.1K 1.6K 71
                                    

Halo! Apa kabar?

Izin mengingatkan, jika bahwasanya besok adalah hari Senin ༎ຶ‿༎ຶ

.
.
.
.
.

Happy Reading

.
.
.
.
.


Eleazaro masuk ke dalam kelas setelah dua hari absen. Beberapa teman kelasnya menyapa dan menanyakan kabar pemuda itu.

"Tumben lo masuk El biasanya bolos," ujar salah satu teman El.

"Iya dah, berasa sekolah punya bapaknya kali," sindir teman yang lainnya dengan nada bercanda.

"Lah, emang nih sekolah punya bapak gue," balas Eleazaro dengan tampang angkuhnya.

"Idih najis!" Gelak tawa pun terdengar.

Setelah itu, Eleazaro memutuskan untuk duduk di kursinya. Dia sedikit heran ketika melihat bangku sebelahnya masih kosong.

"Tumben jam segini Kenzi belum dateng," ujar El dalam hati. Biasanya Kenzi paling rajin datang pagi.

"Oy, Kenzi kok belum dateng ya?" tanya El pada pemuda yang duduk di depannya.

Pemuda itu menoleh. "Mana gue tau, emang gue emaknya."

"Ditanya bener-bener juga," ujar El sembari menjitak kepala temannya itu.

"Sakit ege. Lagian nanti juga dateng orangnya. Nah tuh dia."

El mengikuti arah telunjuk temannya itu dan benar saja Kenzi baru datang rupanya.

"Tumben Ken, baru nyampe. Eh itu muka kenapa?" tanya El saat Kenzi duduk di sampingnya. Pemuda itu berhasil dibuat gagal fokus dengan luka lebam di pipi Kenzi.

Kenzi meraba pipinya. "G-ga papa kok. K-kemarin aku jatuh," ucapnya gelagapan.

El memicingkan matanya. Dia terus menatap Kenzi penuh curiga. Ditatap intens oleh El membuat Kenzi bertambah gugup.

"El, jangan tatap aku kayak gitu," ujarnya lirih.

"Selama gue ga masuk, lo dibully lagi kan? Sama siapa kali ini?" Kali ini Eleazaro bertanya serius.

Eleazaro tahu selama ini Kenzi menjadi korban bullying. Akan tetapi, semenjak mereka tahu El selalu berada di samping Kenzi tidak ada yang berani macam-macam pada pemuda itu. Namun sepertinya jika El tidak masuk sekolah, Kenzi kembali mengalami perundungan.

Entah apa yang menjadi penyebab Kenzi di bully. Bahkan teman sekelasnya yang lain pun seakan enggan mendekati pemuda itu. Apa karena penampilannya yang dapat dikatakan cupu? Masa hanya karena itu, tapi bisa juga sih. Dahulu waktu sekolah dasar El pun pernah dibully hanya karena tidak mempunyai ayah.

"T-tidak ada El. A-aku beneran jatuh kemarin."

Eleazaro menghela napas lalu pemuda itu berkata. "Kalau ada yang macem-macem sama lo, bilang ya sama gue!"

Kenzi menganggukkan kepalanya. "I-iya El, kamu tenang aja."

Bel tanda masuk berbunyi, anak-anak yang lain segera menuju mejanya masing-masing karena guru fisika mereka memasuki kelas.

"Kumpulkan semua buku kalian di bangku paling depan. Hari ini kita ulangan."

Eleazaro membulatkan matanya. "Heh? Tau hari ini ada ulangan mending bolos lagi aja dah, apes-apes."

Kenzi hanya dapat menggelengkan kepalanya mendengar keluh kesah teman sebangkunya itu.

"El, buku kamu mana?" tanya Kenzi saat melihat El tak kunjung menyerahkan buku fisika nya untuk dikumpulkan sesuai perintah guru mereka.

ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang