Pamit

9.7K 737 129
                                    

Hai! Apa kabar kalian semua. Tak terasa ya sudah satu bulan El aku anggurin. Aku selalu berusaha supaya bisa update secara rutin. Namun aku cuma manusia biasa yang belum bisa multitasking. Jadi, maaf banget dengan berat hati, aku memutuskan untuk pamit. Terima kasih sudah menemani Eleazaro sampai sejauh ini. Semoga dilain waktu dan kesempatan, aku bisa memberikan yang terbaik untuk para pembaca semuanya.

















Tapi boong hehehe

.
.
.
.
.

Happy Reading

.
.
.
.
.

Eleazaro terbangun dari tidurnya ketika merasakan tubuhnya seperti diguncang. Pemuda itu berusaha untuk membuka matanya meski terasa lengket.

"El, bangun sayang..."

Dengan samar, Eleazaro melihat Ember yang sudah berpakaian rapi. Di belakang wanita itu, terdapat Damian dengan setelan jasanya. Eleazaro lantas merubah posisi menjadi duduk di atas ranjang dan memandang bingung pasangan suami istri itu.

"Kalian mau kemana? Ini jam berapa deh?" Eleazaro hendak mengucek matanya, namun belum sempat tangannya menyentuh mata, Damian dengan cekatan menahan tangan itu.

"Jangan di kucek. Nanti matanya merah." Damian lantas mengusap mata Eleazaro, tanpa rasa jijik pria itu membersihkan jejak kotoran di mata Eleazaro yang menghalangi pandangan pemuda itu.

"El, sayang. Kita mau pamit."

"Pamit kemana?!" tanya El terkejut setelah mendengar ucapan Ember. El menatap Ember dan Damian secara bergantian.

Eleazaro menatap kepergian mobil Damian dengan perasaan tak rela. Pemuda itu sangat terkejut ketika Ember dan Damian mengatakan akan pergi ke New York karena mendapatkan kabar ayah Ember dilarikan ke rumah sakit. Chan dan Manda pun ikut serta dengan kedua orang tuanya.

Sebenarnya yang membuat El sedih, bukan karena mereka pergi secara mendadak. El memaklumi hal itu, namanya juga musibah, siapa yang tahu ayah Ember akan jatuh sakit. Namun, El sedih karena Ember mengatakan mereka akan berada di New York sampai waktu yang belum bisa mereka tentukan. Itu artinya Ember dan Damian tidak akan kembali ke Indonesia dalam waktu dekat.

Meskipun terkadang El dan Damian bagaikan tikus dan kucing, tapi jujur, El pasti akan merindukan pria menyebalkan itu.

"Sudah, jangan sedih. Jika El rindu, kita bisa mengunjungi mereka." Mika berusaha untuk menghibur anaknya yang terlihat murung itu.

Eleazaro hanya mengangguk. "Mommy, El ingin makan hotpot."

"Eh? Ini masih pagi sayang, tapi baiklah akan Mommy buatkan."

Eleazaro tersenyum sumringah mendengarnya. Pemuda itu lantas merangkul lengan Mika dengan manja.

"Sepertinya Daddy transparan. Jadi, El tidak menganggap keberadaan mu." Alvaro menatap perihatin Atalaric. Padahal sedari tadi Atalaric berada tepat di samping El. Namun El sama sekali tidak menyadari keberadaannya.

Atalaric melirik anaknya malas. "Sebaiknya kau diam, Alvaro."

Alvaro sontak menutup mulutnya ketika Atalaric berkata dengan datarnya. Setelah mengatakan itu, Atalaric pergi menyusul El dan Mika yang sudah terlebih dahulu memasuki mansion. Tatapan pria itu terlihat datar, namun siapa sangka di balik wajah datanya terdapat rasa cemburu pada istrinya.

"Kau sudah menghubungi Arkana?" tanya Ember pada suaminya. Mereka saat ini tengah melakukan perjalanan menuju bandara terdekat.

"Sudah, tapi tidak ada jawaban."

ELWhere stories live. Discover now