Part 44

20.6K 1.7K 69
                                    

"Orang yang banyak tertawa itu terkadang sedang berusaha menyembunyikan luka." - El

.
.
.
.
.

Happy Reading

.
.
.
.
.

Eleazaro dan teman-temannya masih asik mengobrol dari mulai membahas janda kembang depan rumah Satrio hingga membahas mengenai kisah para Rasul.

"Eh, Tiara minta balikan," tutur Diego di tengah-tengah obrolan. Pemuda itu memperlihatkan riwayat chat dirinya dan sang mantan di ponsel pintarnya.

Eleazaro merebut ponsel itu, lalu membaca secara seksama setiap kalimat demi kalimat.

"Naruto seribu bayangan. Dia seribu alasan," Komen El setelah selesai membaca pesan tersebut. Pemuda itu mengembalikan kembali handphone itu pada pemiliknya.

"Hmm, seperti tidak asing dengan quote nya deh," ujar Syahlan.

"Dahlah lupain. Terus keputusan lo gimana Go?" Lanjut pemuda itu tak mau ambil pusing.

Diego tampak termenung sejenak. "Gimana ya bang, jujur gue masih ada rasa sama dia. Tapi kalau inget gimana dia mutusin gue, sakit ati dedek."

Eleazaro terlihat menghela napasnya. "Cinta tapi mau buka lembaran baru sangat sulit," ucapnya.

"Tapi beneran alasan dia mutusin lo gara-gara hal konyol itu?" tanya Satrio pada akhirnya. Pemuda itu sedikit merasa penasaran dengan kisah percintaan temannya itu.

"Cewek itu dalam tongkrongan seperti korek gas, kalau bukan hilang ya diambil teman."

Semua orang menatap Eleazaro dengan pandangan aneh. Lantas Syahlan bertanya. "El, lo tadi makan usus yang masih ada tai nya ya?"

Mendengar pertanyaan Syahlan, Teh Elis pun tak terima karena secara tidak langsung Syahlan mengatakan masakan dia kurang bersih. "Enak aja kalau ngomong, Teteh udah cuci bersih kok."

"Jangan dimasukin ke hati Teh, masukin ke usus aja. Nanti keluar sendiri hehe."

Teh Elis melempar serbet ke arah Syahlan. Namun pemuda itu dengan gesit menangkap kain tersebut sebelum mengenai mukanya.

"Paling bener tuh jomblo. Jomblo itu seperti tiang bendera, tidak banyak yang suka, tapi banyak yang menghormati," komen Eleazaro sambil menikmati wedang jahenya.

Pluk

Eleazaro melebarkan matanya saat serbet kotor tadi malah mendarat sempurna di wajah tampannya.

"Tuan muda, Anda baik-baik saja?" tanya Jony sambil menyingkirkan kain itu dari wajah El.

"Ga papa kok ga papa," ujar El tapi tangan pemuda itu memegang sebilah pisau yang dia ambil dari atas meja.

"Weh, ampun bro ampun. Semuanya bisa diselesaikan secara kekeluargaan." Syahlan mengangkat kedua tangannya.

Eleazaro meletakkan kembali pisau tersebut ke atas meja. "Kita bukan keluarga btw. Ngapain diselesaikan secara kekeluargaan!" ucap pemuda itu diakhiri dengusan.

"Ku kira hubungan kita spesial. Ternyata yang spesial itu hanya martabak telor." Syahlan memegang bagian dadanya dengan raut muka sedih, tapi entah kenapa seperti minta untuk dianiayai.

"Ini manusia dilihat-lihat makin ke sini, makin ke sana-sana," ujar Eleazaro sambil menggelengkan kepalanya merasa kasihan pada keluarga Syahlan. Mungkin pihak keluarga sudah berusaha, tapi belum ada titik terang.

ELWhere stories live. Discover now