Part 26

26.7K 2.2K 98
                                    

Halo! Apakah masih ada yang bangun di jam segini?

Kebetulan besok weekend. Jadi aku berusaha buat kejar nulis part ini.

Jika ada typo, mohon harap dimaklumi ya. Kelar nulis langsung aku upload.

.
.
.
.
.

Happy Reading

.
.
.
.
.

Jalanan sudah mulai sepi dan sunyi mengingat waktu telah menunjukkan dini hari. Motor Diego melaju dengan kecepatan sedang di jalanan yang lenggang. El duduk di jok belakang dengan tenang sembari menikmati pemandangan malam.

"El, sepertinya kita diikuti."

El menatap spion motor Diego dan benar saja di belakang mereka terdapat dua motor sport berwarna merah dan hijau. Namun El berusaha positif thinking mungkin mereka searah.

"Perasaan lo aja."

Diego hanya berdecak. "Ck. Mau bukti?"

Belum sempat Eleazaro menjawab, Diego lebih dahulu menambah kecepatan motornya.

"Lo gila?" El mengeratkan pegangannya pada jaket kulit Diego. Hampir saja pemuda itu terjengkang ketika tiba-tiba Diego menarik gasnya.

"See? Mereka ngikutin kita." Kali ini El percaya dengan ucapan Diego. Dua motor di belakang mereka ikut menambah kecepatan motor mereka seperti berusaha menyusul.

"Jadi bagaimana hadapi atau kabur?"

El nampak berpikir sejenak. Kemudian pemuda itu mengeluarkan seringainya. "Main dulu bukan ide yang buruk."

Setelah mendengar perkataan El, Diego mengarahkan laju motornya menuju gang permukiman warga. Motor itu berkelak-kelok mengikuti jalan, diikuti oleh dua motor tadi.

"Mereka siapa sih anjir, nyusahin amat malam-malam?" Tanya Diego mulai jengah. Dia mengantuk dan ingin segera tidur di kasur empuknya.

El mendengus. "Mana gue tau. Gue kan duyung."

"Gue ada ide." Lanjut El kemudian.

Rio, pelaku pengejaran itu terus membuntuti motor Diego bersama kawan-kawannya. Ambisi untuk membalas dendam membuatnya tak menyerah begitu saja. Hingga di persimpangan gang sempit itu mereka kehilangan jejak motor Diego yang tadinya melaju di depan mereka.

Rio dan temannya menghentikan laju motornya kala mendapati jalan buntu. Rio membuka helm yang ia kenakan, lalu membanting helm tersebut. "Sial, kemana mereka?!"

"Cari kita?" Sontak, Rio dan ketiga temannya yang lain menoleh saat mendengar suara Eleazaro.

Dapat mereka liat El yang tengah menyandarkan lengannya di pundak Diego. Sedangkan Diego melipat kedua tangannya di depan dada sembari memandang remeh Rio dan kawan-kawannya.

Rio meludah. "Kalo lo berani hadapi kita!" tantang Rio. Pemuda itu mengeluarkan belati dari saku jaket kulitnya. Begitupun tiga temannya.

"Anjir, bawa senjata El. Kita cuma bawa doa," bisik Diego ketika melihat Rio dan kawanannya menggenggam belati.

"Lo takut? Gue juga."

Diego menoleh kearah El secepat kilat. Merasa ditatap, El pun menatap balik Diego. "Tapi jangan keliatan takut. Kita lawan aja. Bonyok enggak nya liat nanti."

"Cih. Kenapa kalian, takut? Hahah!" Rio dan ketiga temannya itu tertawa jahat.

"Ngapain kita takut sama banci-banci macam lo pada! Beraninya keroyokan bawa senjata lagi. Lemah!!" Ujar El dengan lantangnya.

ELUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum