Part 18

34.9K 2.7K 58
                                    

Hai everybody!

Jumpa lagi bersama Eleazaro

Kalau ada typo kasih tau aku ya:))

.
.
.
.
.

Happy Reading

.
.
.
.
.

Mika mendekati suaminya yang tengah sibuk membaca berkas kantor. Wanita itu meletakkan secangkir teh di atas meja.

Mika mendudukkan dirinya di samping Atalaric. Dia menjatuhkan dagunya di pundak  Atalaric dengan tangan yang melingkar di perut sang suami. "Mas..." 

Atalaric melepaskan kacamata yang dia kenakan. Jika seperti ini pasti ada sesuatu yang ingin Mika utarakan.

"Kenapa, hmm?"

"Pikirkan kembali keputusanmu. Aku tidak tega melihat wajah sedih Lino." Atalaric menghela napasnya ternyata masalah di ruang keluarga tadi.

"Kamu tau kan alasan aku melakukan itu semua?"

Mika mengarahkan tangannya ke atas tangan kekar Atalaric. "Aku tahu, sangat tahu. Namun membatasi aktivitas Lino juga tidak baik untuk psikisnya. Dia akan semakin jauh dari kita."

"Tapi kau tahu betul Mika bagaimana tabiat anak itu di luar sana. Pergaulannya terlalu bebas. Aku selalu merasa khawatir saat tak melihat dia dalam jangkauan ku."

"Berikan dia sedikit kepercayaan. Aku yakin Lino akan baik-baik saja. Ada Alvano dan Alvaro juga di sana kan? Jadi kamu ga perlu khawatir. Mengenai kebiasaan Lino, kita rubah secara perlahan."

Atalaric memijat pangkal hidungnya. "Akan aku pikirkan," ujar Atalaric kemudian.

Mika mencium singkat pipi Atalaric. Lalu memeluk Atalaric erat. "Terimakasih sayang. Pasti Lino senang mendengarnya."

Di kamar sebelah, El tengah mencak-mencak seperti orang kesurupan. Dia kesal sekali dengan keluarganya. Dia hanya ingin kembali bersekolah, bukan ingin terjun dari lantai 41. Tapi respon keluarganya sangat berlebihan.

"Katanya kaya, tapi sekolahin gue kaga mampu, ck." El berguling-guling tidak jelas membuat bed cover yang tadinya tertata rapi menjadi berantakan tak karuan.

"Apa gue minta bang Bara daftarin gue sekolah lagi ya? Iya deh minta tolong bang Bara aja."

El meraih ponsel pintarnya di atas meja. Dia membuka kolom percakapan dengan Bara. Namun baru beberapa kalimat El ketik langsung dia hapus kembali.

"Ga enak tapi. Gue selalu repotin bang Bara. Ah, ga usah deh."

El merubah posisinya menjadi tengkurap. "Gue di rumah terus, bisa nolep lama-lama."

"Kangen sekolah, kangen main, kangen jajan di kantin, kangen bikin ulah, kangen temen-temen, kangen tawuran juga," ungkap El dengan suara tak jelas karena bantal yang meredam suaranya.

Pagi menjelang, dengkuran halus terdengar dari balik gulungan selimut. Mika membuka gorden kamar sebelum membangunkan putranya.

Mika membuka selimut tersebut. Memperhatikan sejenak wajah yang menyembul dari balik gulungan selimut. "Lino, bangun sayang!"

El menggeliat. Dia bukan tipe orang yang susah dibangunkan. Mendengar suara lirih dan usapan di kepala saja sudah mampu membangun El.

"Bangun, cuci muka terus turun ke bawah. Kita sarapan bersama," ujar Mika sebelum beranjak pergi.

"Hmm." El hanya membalas dengan gumaman. El terlihat mengumpulkan nyawa terlebih dahulu. Setelah itu, pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Tak butuh waktu lama El keluar dengan handuk yang melilit pinggangnya. El membuka lemari pakaiannya. Dia mengeluarkan kaos polos hitam dengan celana selutut yang biasa El kenakan.

El berdiri di depan cermin. Laki-laki itu menyisir rambutnya dengan jari tangan.

"Ganteng lo ga ngotak El," ujar El penuh percaya diri yang tinggi.

.......

Suasana sarapan pagi ini terlihat hikmat. El terlihat menikmati nasi goreng buatan Mika. Atalaric meletakkan sendok di atas meja. Dia meminum air putih sembari memperhatikan Eleazaro intens.

"El, setelah sarapan temui Daddy di ruang kerja."

Merasa namanya disebut, El pun mendongak. El menelan nasi goreng di dalam mulutnya. "Di mana ruang kerjanya?"

"Bondan, nanti antar Eleazaro ke ruangan saya!"

Bondan yang berdiri di belakang El mengangguk. "Baik Tuan."

Setelah itu, Atalaric beranjak pergi karena ada sesuatu yang harus laki-laki itu urus.

Dengan ditemani Bondan, El menuju ruang kerja Atalaric. Dalam hati dia tengah menerka-nerka apa yang hendak laki-laki itu bicarakan dengannya.

Melihat kedatangan sang anak, Atalaric menghentikan kegiatan menandatangani dokumen. Dia mempersilakan anaknya untuk duduk di sofa yang tersedia di dalam ruangan tersebut.

"Berikan satu alasan kenapa Daddy harus mengizinkan kamu untuk sekolah umum?"

El yang sedari tadi sibuk memperhatikan setiap sudut ruang kerja Atalaric menoleh ke arah laki-laki itu. El menatap Atalaric serius.

"Sesuai dengan bunyi pasal 31 ayat 1 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan."

Atalaric menarik sudut bibirnya. Dia sedikit terkejut dengan jawaban tak biasa Eleazaro. "Bukankah Daddy telah memberikan mu pendidikan dengan homeschooling?"

"Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 28 A saja berbunyi setiap orang berhak untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya.."

"Jadi gue berhak atas hidup gue, berhak menolak sesuatu yang ga sesuai dengan keinginan gue."

Atalaric menghela napasnya. "Baiklah. Daddy akan menyekolahkan kamu di sekolahan yang sama dengan Abang-Abang kamu dengan syarat -

Kamu harus memanggil kami dengan seharusnya, ga ada lagi lo-gue. Menaati semua peraturan yang Daddy terapkan. Bagaimana apakah kau sanggup?"

"Kenapa harus di sekolah yang sama dengan mereka? Gu- El maunya di sekolahan yang dulu aja," protes Eleazaro. Jika seperti ini sama saja dia tidak bisa bertemu dengan teman-temannya yang lain.

"Iya atau tidak sama sekali?"

El tampak berpikir sejenak. "Huft, iya iya El sanggup."

"Bilang sanggup Daddy!" ulang Atalaric.

Eleazaro memutar bola matanya malas. Atalaric ambis banget minta dipanggil Daddy. "El sanggup Daddy."

Atalaric tersenyum puas. Panggilan itulah yang selama ini dia nantikan. "Persiapan dirimu, siang ini akan ada tim penguji dari SMA Gutierrez. Jika hasilnya memuaskan dan kamu dinyatakan lulus, Daddy tidak akan menghalangi kamu. Namun jika tidak, katakan selamat tinggal pada keinginan kamu untuk sekolah umum."

"Oke, siapa takut." Baiklah El akan membuktikan pada Atalaric dan lainnya kalau dirinya layak diterima di sekolah bergengsi tersebut.

Mengenai teman-temannya, El akan pikirkan caranya nanti yang penting sekarang dia kembali bersekolah dan tidak terus-menerus terkurung di dalam mansion ini.

.......

TBC

Happy New Year 2022 semua pembaca Eleazaro

Tidak terasa sudah memasuki tahun 2022 saja

Di tahun 2022 ini apa saja harapan kalian?

Kalau aku, aku berharap tahun ini semua wish list aku tercapai di tahun ini. Dan semoga tahun ini lebih baik lagi dari tahun-tahun sebelumnya 🤗

Jangan lupa votmen nya ya ☺️

See you 🥰

ELМесто, где живут истории. Откройте их для себя