Part 24

30.1K 2.2K 70
                                    

Hai! Apa kabar semuanya?

Semoga sehat selalu ya

Sorry banget lagi-lagi Eleazaro ngaret karena satu dan lain hal

.
.
.
.
.

Happy Reading

.
.
.
.
.

Pagi menjelang, Eleazaro tengah menikmati nasi goreng telur ceplok buatan Mika. Sedangkan anggota Gutierrez lainnya sarapan dengan french toact yang jika El lihat tidak ada bedanya dengan roti bakar yang sering Diego beli di depan SMA Putra Bangsa.

El selalu berpikir apakah semua orang kaya sarapan seperti itu. Apakah hanya dengan roti dua lembar mereka bisa kenyang. Pemuda itu tidak bisa kenyang hanya dengan roti tawar. Makanya setiap pagi Mika pasti akan turun tangan membuatkannya sarapan.

Setelah menghabiskan satu piring nasi goreng, El menengguk air putihnya. "El, ini untukmu."

El meletakkan gelas kosong tersebut di atas meja. Lalu meraih kotak yang Danesh sodorkan. Kemudian, pemuda itu membuka kotak persegi tersebut. Ternyata isinya ponsel iPhone keluaran terbaru.

El mengangkat ponsel tersebut. "Buat aku?" tanyanya pada Danesh.

"Hmm, disitu sudah ada nomor kami semua. Jika ada apa-apa kau bisa hubungi kami."

"Jangan lakukan kesalahan seperti kemarin!" Imbuh Atalaric.

"Ck. Iya ga lagi-lagi. Btw thanks bang," ujar El tulus sembari tersenyum manis pada Danesh dan tentu saja berhasil membuat anggota Gutierrez lainnya iri. Karena baru kali ini mereka melihat El tersenyum semanis itu.

"Aaahh senyum El manis banget. Aku jadi meleleh," heboh Aurellia.

Atalaric berdeham. "Daddy bisa membelikan yang lebih dari itu," ujarnya.

"Stroberi semangka, sorry ga nanya." Raut wajah Atalaric seketika berubah datar setelah mendengar jawaban El.

"Hari ini kau tak jadi sekolah."

El membelalakkan matanya. "Ya jangan gitu. Masa udah ganteng gini ga jadi sekolah. Baper-an amat jadi orang."

"Mas, udah jangan gitu ih!" Mika melayangkan tatapan tajam pada suaminya itu.

Dan hanya dibalas gumaman oleh Atalaric. "Hmm."

"El, hari ini berangkat dengan ku." El menoleh ke arah Alvano yang duduk di sebelah Danish.

"Siapa lo suruh-suruh gue."

"Eleazaro!" geram Mehawira. Pria paruh baya itu menatap cucunya tajam.

Bukannya takut, El malah cengengesan. "Cuma bercanda, serius amat. Ayo bang kita berangkat!"

El berdiri dari duduknya. Saat hendak melangkah pergi Damian mencekal tangannya.

"Mau kemana? Sebagai hukuman karena telah berbicara sembarangan, kau harus mencium kami semua."

Eleazaro membulatkan matanya. Dia tidak salah dengar kan. Ayolah yang benar saja.

"Cium atau tidak sekolah." Gertak Damian.

"Ck. Iya iya." El mulai berkeliling mencium pipi anggota Gutierrez seperti perintah Raja Damian Al Fir'aun.

Dimulai dengan Dahayu. "Manisnya cucu Grandma."

ELWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu