Part 61

12.4K 1K 311
                                    

"Lo terlalu drama buat gue yang biasa dibanting realita." - El

.
.
.
.
.

Happy Reading

.
.
.
.
.

Semuanya terjadi begitu cepat, membuat El memerlukan waktu sejenak untuk mencerna semuanya. Matanya terus menatap Alvano yang sedang memberikan pertolongan pertama pada Dava. Eleazaro tidak bisa hanya berdiri saja ketika melihat Alvano mengalami kesulitan. Oleh karena itu, ia berniat untuk ikut membantu.

"Sini, gue bantu," ujar Eleazaro sembari berjongkok di samping Alvano. Namun, sebelum ia bisa memberikan bantuan, Olivia tiba-tiba mendorongnya dengan kasar.

"Jangan sentuh anak saya!" pekiknya dengan nada tinggi.

Eleazaro terkejut dan jatuh terduduk. "Lah, biasa aja kali. Lagian cuma mau bantu juga," ucapnya dengan nada sedikit kesal. Olivia menatap El dengan tatapan nyalang.

"Diam, El! Jangan membuat semuanya lebih rumit!" bentak Alvano pada Eleazaro, membuatnya terdiam dengan ekspresi tertahan.

Beberapa saat kemudian, keheningan mereka terputus oleh suara batuk Dava, disertai dengan keluarnya air dari mulut anak itu. "Dava, kau tak apa-apa, nak?" tanya Olivia dengan ekspresi cemas.

Alvano terlihat bernapas lega. "Hubungi Ayah Gibran, dia harus segera diperiksa." Setelahnya, Alvano menggendong Dava memasuki mansion.

Eleazaro hanya dapat memandangi langkah cepat mereka. El menghela napas dalam-dalam. Pemuda itu lalu bangkit dari tempat duduknya, membungkukkan tubuhnya untuk membersihkan kotoran yang mungkin menempel di sekitar pakaiannya.

Dari arah yang berlawanan, Bondan berlari dengan langkah tergopoh-gopoh. Pria itu berhenti tepat di depan El. "Tuan muda, apa yang terjadi? Anda tak apa-apa?"

"Gue ga papa, tapi Dava, dia hampir tenggelam," ucap El.

Bondan merasa tak perlu bertanya lebih lanjut. Dia melihat wajah Eleazaro yang terlihat lelah, dan memutuskan untuk memberinya waktu. "Baiklah Tuan muda, sebaiknya Anda istirahat terlebih dahulu. Saya akan membangun Anda jika waktu makan malam telah tiba."

Mendengar ide Bondan yang tak terlalu buruk, El lantas menyetujuinya. "Bangunin gue ya."

Setelah itu, pemuda itu memutuskan untuk pergi ke kamarnya. Bondan mengikutinya dari belakang, memberikan dukungan tanpa kata-kata yang berlebihan.

Terhitung sudah hampir dua jam Eleazaro tertidur, namun Bondan masih setia menunggu. Sepertinya, El kelelahan setelah pergi ke bengkel. Melihat selimut yang El kenakan sedikit berantakan, Bondan berinisiatif untuk memperbaikinya.

Ketika sedang memperbaiki selimut Eleazaro yang berantakan itu, Bondan dikejutkan dengan suara pintu yang dibuka dengan paksa. Pria itu melihat Atalaric, sang pelakunya.

Bondan mundur beberapa langkah, memberikan ruang bagi Atalaric. Pria itu dapat merasakan suasana hati Atalaric sedang tidak baik. "Bondan, kau bisa pergi."

"Tapi tuan...."

Sebelum Bondan sempat menyelesaikan ucapannya, Atalaric berkata dengan suara dingin, "Apa kau sudah berani membantahku?"

Bondan, mendengar hal itu, sontak terdiam. Meskipun enggan, Bondan keluar dari kamar El, membiarkan El dan Atalaric di dalam sana.

Setelah Bondan pergi, Atalaric menatap anaknya yang tengah terlelap. Dia sebenarnya tak tega untuk membangunkannya. Tetapi, dia teringat tujuan awalnya datang ke sini, sehingga memutuskan untuk segera membangunkan anak itu.

ELOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz