Part 40

22.5K 1.8K 57
                                    

Hai! Apa kabar semuanya? Semoga baik-baik aja ya

.
.
.
.
.

Happy Reading

.
.
.
.
.

Eleazaro sampai di kediaman keluarga Gutierrez sekitar pukul satu dini hari. Pemuda itu mengucapkan terima kasih kepada beberapa bodyguard yang tengah berjaga karena telah membukakan pintu gerbang untuknya.

El lalu memarkirkan motornya di garasi mobil mewah para Titan Gutierrez. Setelah memastikan motornya aman, El berjalan memasuki mansion dengan menenteng helm.

Kondisi mansion terlihat sangat sunyi dan sepi saat El membuka pintu. Ya, bagaimana tidak di jam segini memanglah waktu yang tepat untuk menjelajahi alam mimpi.

Eleazaro berniat untuk langsung menuju kamarnya. Akan tetapi baru hendak menaiki anak tangga, lampu ruangan tiba-tiba menyala.

"Kenapa baru sampai?"

Dengan jantung berdegup kencang akibat terkejut, Eleazaro segera menoleh ke asal suara. El melihat Atalaric tengah duduk sembari melihat kedua tangan di dada. Pria itu menatap lurus ke depan.

"D-daddy sejak kapan disitu?" Tanya Eleazaro gugup. Jantung pemuda itu kian berdebar tatkala Atalaric menatapnya.

"Mommy sedari tadi menunggu mu pulang."

El menundukkan kepala. Dia sama sekali tidak berani menatap Atalaric. "Maaf..." ujarnya lirih.

Eleazaro bisa merasakan Atalaric berjalan mendekatinya. Tanpa sadar ia memejamkan matanya.

Pluk

El kembali dibuat terkejut ketika merasakan usapan lembut di kepalanya. "Ganti pakaianmu setelah itu pergi tidur."

"I-iya."

Sesuai perintah Atalaric, El mengganti bajunya dengan piyama tidur. Setelah itu, ia langsung naik ke atas ranjang lalu tertidur.

Pagi menjelang, seluruh keluarga Gutierrez kecuali Damian dan Ember tengah menikmati sarapan mereka. Mehawira melipat koran yang telah selesai ia baca. Lalu menyerahkannya pada maid yang berdiri tidak jauh darinya.

"Pukul berapa Eleazaro pulang, Atalaric?" tanya pria tua itu.

Mendengar adiknya telah kembali lantas Alvaro bertanya. "Daddy, El sudah pulang. Benarkah?"

Atalaric meletakkan cangkir kopinya di atas meja. "Hmm, sekitar pukul satu," jawabannya setelah itu.

Lalu Atalaric menoleh ke arah Alvano yang hendak beranjak pergi. "Mau kemana kamu?" tanya pria tersebut.

Alvano menatap Atalaric datar. "Bertemu Eleazaro."

Mendengar jawaban anak keduanya itu, Atalaric menatap tidak kalah datar. "Duduk. Habiskan sarapan mu!"

Melihat cucunya tak kunjung duduk, Mehawira pun berkata. "Alvano, jangan menjadi seorang pembangkang!"

Dahayu mengelus lengan sang suami agar mengendalikan emosinya.

"Duduklah, kau bisa mengatakannya nanti," bisik Alvaro pada kembarannya tersebut.

Alvano menghela napas kasar. Dengan berat hati ia kembali duduk.

Mika tersenyum lembut. "Nanti ya bang. Biarkan El tidur lebih lama ya. Kasian dia baru tidur dini hari." Mika berusaha memberikan pengertian kepada anaknya tersebut.

ELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang