[Nayla pergi, Arsen sakit]

420 61 0
                                    

Keesokan harinya, Nayla terbangun dengan kepala yang terasa sangat berat.

"Kenapa kepala gue pusing banget?" tanya Nayla sambil memegangi kepalanya.

"Loh ini gue di mana? Kok kayak bukan kamar gue sih?" tanya Nayla kebingungan sambil melihat sekelilingnya.

Tiba-tiba handphone Nayla berdering dengan nyaring. Dan ternyata sang mama yang memvideo callnya.

"Mama di mana? Terus ini aku ada di kamar siapa, Ma?" tanya Nayla to the point.

"Mama lagi ada di rumah. Loh bukannya itu di kamar kamu ya?"

"Kamar aku? Sejak kapan aku punya kamar kayak gini?"

"Kamu lupa atau gimana? Kan sejak dua hari yang lalu kamu nempatin kamar itu."

"Hah? Sejak dua hari yang lalu? Bentar-bentar. Emang ini aku lagi di mana, Ma?"

"Kamu kan lagi di Spanyol, Sayang. Masa lupa sih?"

"Apa? Spanyol? Kok aku bisa ada di sini, Ma?"

"Wah, kayaknya kamu bener-bener lupa ya? Dua hari yang lalu, pas kamu habis nolak Raffy sama Arsen, kamu kan mutusin buat pergi ke Spanyol. Katanya kamu pengen nenangin diri sekaligus ngurus perusahaan papa yang di sana."

"Oh gitu ya, Ma?"

"Iya, Sayang."

"Kenapa aku nggak inget sama sekali ya, Ma?"

"Mungkin penyakit pelupa kamu lagi kambuh kali."

"Mungkin. Oh ya, ada apa Mama nelfon aku?"

"Oh ya, hampir aja mama lupa."

"Kenapa, Ma?"

"Itu lho Arsen, selalu aja nanyain kabar dan alamat kamu di Spanyol. Katanya sih mau nyusulin kamu."

"Terus Mama kasih tau nggak?"

"Kalau kabar sih, mama cuma bilang kalau kamu baik-baik aja. Tapi kalau alamat, mama nggak berani ngasih tanpa persetujuan dari kamu."

"Bagus deh. Jangan dikasih ya, Ma! Aku nggak mau ketemu sama Arsen."

"Iya. Mama nggak akan ngasih. Oh ya, di sana udah jam berapa?" tanya mama.

"Baru jam 6, Ma," jawab Nayla setelah melihat jam di handphonenya.

"Oh yaudah. Kamu buruan mandi gih, terus siap-siap berangkat ke kantor. Kata kamu kan hari ini ada meeting penting."

"Serius Ma ada meeting penting?"

"Tuh kan pelupanya kambuh lagi. Iya, semalem kamu bilang katanya mau ada meeting penting. Jam 9 kalau nggak salah."

"Yaudah Ma, kalau gitu aku mau siap-siap dulu."

"Iya. Semangat meeting ya. Jangan lupa sarapan dulu, biar kamu nggak sakit!"

"Siap, Mama. Bye!"

"Bye, Sayang!"

"Gue segitu pikunnya kah sampe-sampe nggak inget kalau lagi di Spanyol dan bentar lagi ada meeting penting?" gumam Nayla.

🍂🍂🍂

Sementara di Jakarta, Indonesia.
Semenjak kepergian Nayla, kondisi kesehatan Arsen semakin menurun. Kini ia tengah dirawat di rumah sakit karena demamnya yang tak kunjung turun.

Ayah, bunda, keluarga, dan teman-temannya termasuk Zifa dan Raffy begitu cemas akan keadaan Arsen. Karena sebelumnya Arsen tidak pernah sakit sampai segitunya.

"Nay.. Nayla.. Kamu di mana, Nay? Nayla! Aku kangen sama kamu, Nay," gumam Arsen.

Yaa, sejak setengah jam yang lalu Arsen terus menggumam memanggil-manggil nama Nayla.

"Hikshikshiks.. Bunda nggak tega ngeliat Arsen kayak gitu, Yah," ucap bunda yang ada dalam dekapan sang suami.

"Iya, Bun. Ayah juga. Tapi kita nggak bisa berbuat apa-apa," balas ayah.

"Maaf, Pak, Bu. Sebaiknya ajak Nayla ke mari. Karena saya yakin, dengan adanya Nayla akan membuat keadaan Arsen cepat pulih," saran dokter yang baru selesai memeriksa dan memberikan obat penenang untuk Arsen.

"Baik, Dok. Nanti akan kita usahakan mengajak Nayla ke sini."

"Iya, Pak. Kalau begitu saya permisi dulu."

🍂🍂🍂

Ceklek.. Pintu ruangan terbuka memunculkan sosok Zifa, Raffy, dan yang lainnya. Yaa, mereka memang rutin menjenguk Arsen.

Sebenarnya baik Zifa maupun Raffy masih kecewa dan merasa sakit hati akan apa yang sudah Arsen lakukan. Tapi bagaimanapun juga, Arsen tetap teman mereka. Apalagi kini kondisi Arsen begitu memprihatinkan. Jadi mereka akan tetap berada di samping Arsen untuk memberikan support.

"Assalamu'alaikum, Om, Tante," ucap mereka bersamaan.

"Wa'alaikumsalam," balas ayah dan bunda.

"Gimana keadaannya Arsen, Tan?" tanya Zifa mewakili yang lain.

"Demamnya masih belum turun dan tadi Arsen terus manggil-manggil nama Nayla. Tapi barusan udah dikasih obat penenang sama dokter jadi Arsen bisa tidur lagi," jawab bunda.

"Segitu cintanya kamu sama Nayla, Sen. Sampe-sampe Nayla pergi dan kamu sakit kayak gini," ucap Zifa dengan miris.

"Maafin Arsen ya, Zif."

"Udah aku maafin kok, Tan."

"Gimana kalau kita suruh Nayla ke sini buat nemuin Arsen?" usul Angel.

"Tadi dokter juga nyaranin kayak gitu," ucap bunda.

"Tapi kita nggak tau Nayla ada di mana," ucap Raffy.

"Iya juga sih," ucap Angel.

"Lo udah nyoba nanya ke ortunya Nayla nggak, Raf?" tanya Fina.

"Pernah sekali. Tapi mereka nggak mau ngasih tau, katanya itu privasinya Nayla."

"Yahhh.. Terus gimana dong?" tanya Angel.

"Gimana kalau kita trendingin masalah ini?" usul Mira.

"Maksud lo, Mir?" tanya Zifa.

"Iya, jadi gini. Kita sebarin berita kalau Arsen sakit dan dia butuh Nayla. Dengan begitu Nayla akan tau seberapa menderitanya Arsen tanpa dia. Terus Nayla pasti akan mikir dan dia akan mau ke sini buat nyamperin Arsen," jelas Mira.

"Gue setuju sama ide lo," ucap Zifa.

"Gue juga," ucap yang lain.

"Tante sama Om gimana?" tanya Mira.

"Kita ngikut aja gimana baiknya," jawab bunda.

"Oke. Kita mulai malam ini. Semoga secepetnya Nayla bisa ke sini," ucap Mira.

"Aamiin."

"Eh, gimana kalau kita ngevideoin Arsen ngomong?" usul Argi.

"Maksudnya gimana?" tanya Zifa.

"Ntar Arsen bilang kalau dia sakit dan butuh Nayla. Biar Nayla percaya kalau Arsen beneran sakit gitu," jawab Argi.

"Tapi kan Arsen belum siuman."

"Ya kita tunggu aja sampe dia siuman."

"Gini aja deh. Sementara kita upload fotonya Arsen terbaring, terus besok kalau Arsen udah sadar, baru deh kita bikin video kayak yang dibilang Argi tadi," ucap Zaki.

"Boleh tuh," setuju Zifa dan yang lain.

"Yuk! Gaskeun up di ig," seru David.

Zifa, Raffy, dan yang lain mulai memotret Arsen dari segala sisi. Lalu mereka menguploadnya di feed instagram masing-masing. Tak lupa juga mentag akun ig Arsen dan Nayla.

2812 (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang