[D-12] : Nayla pergi

495 59 8
                                    

📌 DAY 12 - Rabu  📌

Seperti biasa, Nayla akan terbangun ketika mendengar adzan Subuh dari handphonenya. Ia segera mengambil air wudhu lalu menunaikan kewajibannya.

Selesai salat, Nayla segera membuatkan makanan dan kopi untuk Arsen. Setelah siap, Nayla membawanya ke apartemen Arsen.

Tanpa memencet bel, Nayla langsung masuk ke dalam karena ia memang mengetahui passwordnya.

Sesampainya di dalam, Nayla meletakkan nampannya di atas meja yang ada di ruang tamu Arsen. Tak lupa, Nayla memberi sebuah sticky notes yang ada tulisan tangannya.

Lalu Nayla segera keluar dari apartemen Arsen dan kembali ke apartemennya.

Nayla bergegas mandi dan berganti baju. Setelah itu, ia mengambil tiga buah paper bag yang berisi pakaian yang akan digunakannya.

Nayla keluar dari apartemennya. Lalu ia kembali ke apartemen Arsen untuk memencet bel berniat membangunkannya.

🍂🍂🍂

"Siapa sih yang mencet bel? Nggak tau apa gue masih ngantuk," dumel Arsen sambil mengucek matanya.

Dengan malas Arsen membuka pintunya. Dan ternyata...

"Kok nggak ada siapa-siapa? Terus yang tadi mencel bel siapa?" tanya Arsen sambil celingak-celinguk.

Yaa, memang setelah beberapa kali memencet bel, Nayla segera pergi dari apartemen.

Arsen kembali menutup pintunya dan masuk ke dalam. Saat melewati ruang tamu, ia melihat di mejanya ada makanan dan secangkir kopi.

"Dari siapa?" tanya Arsen.

Arsen melihat ada sticky notes di samping kopi dan iapun segera mengambilnya.

Selamat pagi Arsen. Jangan lupa sarapan ya! Semangat buat hari ini :)

"Nayla," gumam Arsen tersenyum.

"Eh, tapi kenapa Nayla ngasih ini ke gue? Berarti tadi dia ke sini dong? Jangan-jangan yang mencet bel itu dia lagi? Wah, kayaknya ada yang nggak beres nih. Gue harus telfon dia."

Arsen berlari ke kamar untuk mengambil handphonenya. Ia segera menelfon Nayla berkali-kali tapi tidak diangkat. Ia mengirim pesan tapi tidak dibalas. Jangankan dibalas, dibaca saja tidak.

Arsen langsung pergi ke apartemen Nayla. Arsen memencet bel berkali-kali tapi tidak ada sahutan.

"Jangan-jangan Nayla pergi? Tapi ke mana? Kenapa pergi? Apa karena kejadian semalem? Apa dia marah gara-gara gue rebut first kissnya? Arrgghhh.. Maafin gue, Nay. Gue bener-bener nggak sengaja," gumam Arsen.

Arsen kembali ke apartemennya. Ia menyeruput secangkir kopi buatan Nayla lalu segera memakan sarapan yang juga dibuatkannya.

🍂🍂🍂

📍Kos Evi

"Hai, Vi," sapa Nayla setelah Evi membukakan pintu.

"Hai, Nay. Akhirnya lo nyampe juga. Ayo masuk dulu!" ajak Evi.

Nayla dan Evi masuk ke dalam kos.

"Thanks ya Vi udah bolehin gue nginep di sini," ucap Nayla.

"Sama-sama, Nay. Btw, emang ada apa di apartemen lo sampe bikin lo nginep di sini? Padahal kan apart lo lebih mewah, lebih lengkap fasilitasnya," tanya Evi penasaran.

"Sebenernya gue pengen ngehindarin Arsen," jujur Nayla.

"WHAT? ARSEN? KENAPA? KOK BISA? LO ADA MASALAH APA SAMA DIA?" kaget Evi.

"Bisa kalem aja nggak, Vi? Nggak usah teriak-teriak gitu."

"Hehehe.. Sorry, Nay. Gue terlalu kaget mendengar lo nyebut nama Arsen. Jadi gimana ceritanya?"

"Gue sama Arsen..."

Nayla menceritakan semuanya.

"Wah, parah lo, Nay! Bisa sampe gitu ya ckckck," ucap Evi yang masih mode terkejut.

"Gue juga nggak tau, Vi. Gue kan nggak ngerencanain ini semua. Tiba-tiba kejadian gitu aja," balas Nayla.

"Yaudah, lo yang sabar ya. Lo boleh nginep di sini selama yang lo mau kok."

"Makasih banyak, Evi. Lo emang temen gue yang the best."

"Tapi sebagai gantinya, lo harus beliin gue sepatu vans ya," ucap Evi dengan watadosnya.

"Yeeee.. Kirain lo ikhlas nolongin gue," ucap Nayla.

"Bercanda kali, Nay. Tapi kalau mau beliin beneran ya boleh lah hehe," balas Evi menyengir.

🍂🍂🍂

Nayla berusaha menjalani hari-harinya seperti biasa. Ia pergi ke kantor saat jam 8 dengan naik taksi tentunya. Sesampainya di kantor, ia langsung disibukkan dengan berbagai macam berkas-berkas dan bahan presentasi untuk meeting.

Berbeda dengan Nayla, Arsen justru terlihat tidak semangat. Jika biasanya saat ia baru datang ke kantor, banyak karyawan yang menyapanya dengan ramah maka iapun akan membalasnya dengan ramah pula. Tapi pagi ini, saat mereka menyapa Arsen, ia malah mengabaikannya. Seolah pendengarannya tuli jadi tidak mendengar suara siapapun.

2812 (COMPLETED)Where stories live. Discover now