[D-14] : Takut jatuh cinta?

466 57 4
                                    

📍Ruang CEO

Setelah masuk ke dalam ruangan, Arsen langsung mengunci pintunya.

"Kenapa dikun-"

Belum sempat Nayla melanjutkan ucapannya, tiba-tiba Arsen kembali memeluknya. Kali ini lebih erat dari yang tadi, membuat jantung Nayla berdetak lebih kencang dari yang seharusnya.

Dear jantung. Mohon bersabar ya, ini ujian. Semoga lo kuat ya. Batin Nayla.

"Arsen!" panggil Nayla seolah memberikan kode untuk melepaskan pelukan.

"Please Nay, biarin gini dulu!" pinta Arsen. Nayla menurutinya.

5 menit kemudian.

"Gue capek Sen berdiri terus," keluh Nayla membuat Arsen mau melepas pelukannya.

"Oh iya, sorry. Ayo duduk dulu di sofa!" ajak Arsen.

🍂🍂🍂

"Lo mau ngomong apa?" tanya Nayla setelah duduk.

"Lo ke mana aja selama dua hari kemarin? Kenapa nggak ada di apart? Kenapa gue telfon nggak pernah diangkat? Semua chat gue juga nggak ada yang lo baca kan? Kenapa, Nay? Apa gue ada salah sama lo? Apa lo marah gara-gara first kiss lo gue yang ngambil? Gue bener-bener minta maaf, Nay. Itu semua terjadi secara nggak sengaja. Gue juga nggak tau kalau kejadiannya akan kayak gitu. Lo boleh marah sama gue, tapi tolong jangan ngejauh dari gue, Nay. Gue mohon!"

"Gue ngejauhin lo ada sebabnya Sen dan itu bukan karena first kiss gue."

"Terus sebabnya apa, Nay?"

"Gue ngejauhin lo karena gue pengen ngasih batasan di antara gue sama lo. Lo udah punya pacar dan gue harus ngejaga perasaan seseorang yaitu Raffy. Jangan sampe karena kita ketemu setiap hari dan bikin kita jadi deket, malah nyebabin adanya perasaan yang nggak seharusnya, Sen."

"Maksud lo gimana?"

"Gue yakin lo pasti ngerti maksud gue."

"Lo takut jatuh cinta sama gue gara-gara kedekatan kita?" tebak Arsen.

Gue nggak perlu takut untuk itu Sen, karena gue-

"Nayla!" panggil Arsen.

"Intinya gue takut nyakitin perasaannya Raffy sama Zifa," jawab Nayla.

"Tapi kan mereka nggak tau tentang kedekatan kita," ucap Arsen.

"Justru karena mereka nggak tau, Sen. Lo bayangin gimana perasaan mereka kalau suatu hari nanti mereka tau ini semua. Pasti mereka bakal sakit hati, Sen. Apalagi Zifa yang notabene pacar lo selama 6 tahun ini. Jadi gue harap lo bisa ngerti, Sen," balas Nayla.

"Kalau gitu, kita bisa deket sebagai sahabat. Gimana?" usul Arsen.

"Sebagian besar persahabatan antara cewek cowok tuh nggak murni, Sen. Salah satunya pasti ada yang jatuh cinta atau bahkan dua-duanya," jawab Nayla.

"Yaudah kita temenan aja, tapi tetep deket. Pokoknya intinya gue nggak mau lo jauhin gue. Asal lo tau, selama lo pergi, nafsu makan gue bener-bener turun. Gue jadi nggak semangat ke kantor gara-gara belum minum kopi bikinan lo, Nay."

"Jangan ketergantungan sama gue, Sen. Ntar lo malah susah lepasnya."

"Bodomat. Lagipula gue nggak akan pernah ngelepasin lo kok."

"Ma-maksud lo?" kaget Nayla.

Arsen menggenggam tangan Nayla. "Please, stay with me, Nay! Gue janji akan lakuin apapun asalkan lo mau balik ke apart dan meneruskan kebiasaan kita."

Nayla melepaskan genggaman tersebut. "Sorry, Sen. Gue nggak bisa."

"Please, Nay! Kalau lo nggak mau balik, gue akan mogok makan. Nggak peduli gue bakal sakit atau apapun itu," ancam Arsen.

"Ya jangan gitu dong, Sen!"

"Bodomat. Pokoknya selama lo nggak balik, selama itu pula gue nggak akan makan apapun."

Gue harus gimana? Kalau gue balik, ntar perasaan itu beneran ada. Tapi kalau nggak balik, bisa-bisa Arsen sakit. Duh, gue bener-bener bingung! Batin Nayla.

"Gue nggak pernah main-main sama ucapan gue, Nay," ucap Arsen dengan raut wajah seriusnya.

"Kalau lo sakit, kasian Zifa ntar khawatir sama lo," ucap Nayla berusaha membujuk Arsen.

"Zifa nggak akan tau kalau gue sakit."

"Kalau gitu, kasian bunda lo, Sen."

"Bunda juga nggak akan tau karena gue nggak akan ngasih tau."

Nayla berdecak. Ia semakin bingung harus bagaimana.

"So? Mau balik atau nggak?" tanya Arsen.

Nayla menghela napas, lalu, "Oke fine, gue bakal balik," putusnya.

Seketika Arsen tersenyum. "Beneran?" tanyanya memastikan.

"Heem," jawab Nayla.

Arsen kembali memeluk Nayla.

"Thank you, Nayla."

"Nggak usah meluk juga kali."

Arsen melepas pelukan. "Sorry, refleks hehe."

"Yaudah. Gue mau balik ke kantor ya," ucap Nayla.

"Di sini aja dulu, Nay," ucap Arsen.

"Kerjaan gue banyak, Sen," balas Nayla.

"Yaudah gue anterin kalau gitu."

"Nggak usah. Gue mau naik taksi aja."

"Gue maksa dan gue nggak terima penolakan!"

"Yaudah buruan!" seru Nayla.

"Sabar kali, Nay," ucap Arsen.

🍂🍂🍂

Saat di depan ruangan, keduanya bertemu dengan Ana.

"Pak Arsen!" panggil Ana.

"Kenapa?" tanya Arsen.

"Bapak mau ke mana?" tanya Ana.

"Saya ada urusan sama Nayla. Nanti kalau ada yang mencari saya, bilang aja saya ada urusan di luar, tapi jangan bilang kalau sama Nayla ya," jawab Arsen.

"Baik, Pak," ucap Ana mengerti.

"Ayo, Nay!" ajak Arsen.

"Duluan ya, Ana," pamit Nayla.

"Iya, Bu," balas Ana.

🍂🍂🍂

"Zifa mau ke sini?" tanya Nayla saat di dalam lift.

"Enggak," jawab Arsen. "Kata siapa?"

"Nebak aja. Habisnya lo pesen gitu ke sekretaris lo."

"Cuma buat jaga-jaga aja."

2812 (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang