41. Mulai Berani

2.7K 317 62
                                    

💙 Mas Rezky

Akhirnya, aku sudah sampai di butik milik Rina.

"Assalamu'alaikum," salamku, saat aku sudah tiba di depan meja kasir berada.

Lia, asisten Rina, langsung menjawab salamku dengan begitu ramahnya. "Wa'alaikumsalam. Loh? Mas Rezky ya? Mau ketemu sama Mba Rina?"

Aku jelas langsung menganggukkan kepalaku, "Iya. Rina ada?"

"Ada, Mas. Mas Rezky langsung ke ruangan Mba Rina aja. Kebetulan, sekarang, Bu Widya dan Mba Shinta, juga lagi ada di sini."

"Wah, iya kah?"

"Iya, Mas."

"Kalau gitu, udah pada makan siang belum?"

"Belum, Mas. Sebentar lagi, sudah masuk jam istirahat. Jadi nanti, biasanya, anak-anak gantian buat makan siang."

"Kalau gitu, kebetulan banget. Ini, aku bawa bakso. Nanti, bagi-bagi ya sama semua pegawai yang ada di sini. Semoga cukup dan cocok ya sama selera kalian," ucapku sambil meletakkan satu kotak makan cukup besar tepat di atas meja kasir.

Lia terkejut sebentar, lalu mengangkat wajahnya lagi untuk menatapku. "Loh? Ini banyak banget, Mas."

"Semoga cukup ya."

"Pasti cukup banget, Mas. Malah kayaknya, bakalan sisa. Soalnya ini beneran banyak banget porsinya."

"Kalau memang sisa, bagiin aja lagi buat dibawa pulang."

"Wah, terimakasih ya Mas Rezky buat bingkisan makanannya."

"Sama-sama. Oh iya, nanti, boleh pinjam dapurnya sebentar?"

"Dapur? Mas Rezky mau masak?"

"Nggak. Bukan mau masak. Tapi aku mau ambil mangkok, gelas, sama sendok garpu buat dibawa ke ruangannya Rina," kataku sambil menunjuk lagi satu kotak makanan yang masih kubawa.

Paham dengan tanda yang kuberikan, Lia langsung memberikan anggukan. "Tenang aja, Mas. Nanti, biar aku yang antar semua perlengkapan makannya ke ruangan Mba Rina. Mas Rezky bisa langsung ke ruangan Mba Rina aja. Atau mau aku antar juga ke sana?"

"Nggak usah. Aku masih ingat kok jalan ke ruang kerjanya Rina," kataku sambil terkekeh.

Lia juga ikut terkekeh bersamaku, "Oke, Mas. Monggo, ketemu sama Ibu Bos cantik dulu. Nanti, buat perlengkapan makannya, biar aku yang antar ke ruangannya Mba Rina."

"Oke kalau gitu. Makasih ya, Lia."

"Sama-sama, Mas Rezky. Sekali lagi, terimakasih untuk traktiran baksonya," kata Lia sambil menepuk-nepuk kotak makanan yang tadi kuberikan padanya dengan ekspresi yang begitu ceria.

Aku memberikan anggukan kepalaku pada Lia, sebelum akhirnya pamit untuk pergi ke ruangan Rina.

Dan kini, aku sudah sampai di depan pintu ruang kerja Rina. Menarik napas sebentar, aku sedang mencoba untuk menenangkan serta memberikan rasa berani pada diriku karena sebentar lagi akan bertemu dengan Rina dan juga keluarganya di dalam sana. Karena jujur saja, kali ini, aku jadi merasa gugup sekali karena akan bertemu kembali dengan keluarga inti Mas Rama. Tepatnya, aku jadi sedikit gugup karena mempersiapkan banyak hal tentang apa yang harus kusampaikan pada Ibunya Mas Rama, yaitu Bu Widya.

Setelah cukup tenang dan lega, akhirnya, aku memberanikan diriku untuk mengetuk pintu ruang kerja Rina. "Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Setelah mendengar jawaban salam serta izin masuk dari dalam, akhirnya aku pun berani untuk membuka pintu ruangan Rina. Dan ternyata, memang benar sekali adanya. Kalau saat ini, Bu Widya dan Shinta juga sedang berada di sini bersama Rina dan Elysia.

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang