134. Untaian Harapan

310 29 0
                                    

❤ Rina

Aku menyandarkan tubuhku di kepala ranjang untuk menerima panggilan telepon dari Mas Rezky.

"Assalamu'alaikum, Mas."

"Wa'alaikumsalam, Na. Nana udah tidur?"

"Belum, Mas. Nana belum tidur. Mas Rezky baru pulang?"

"Iya. Ini, Mas baru aja sampai rumah. Tadi, lumayan banyak pekerjaan yang harus Mas urus. Jadi Mas baru pulang. Maaf ya, kalau Mas jadi ganggu Nana yang udah mau tidur."

"Nggak ganggu, Mas. Nana juga belum tidur kok. Tadi, Mas di Eka Wijaya atau di Sari Laut?"

"Di Sari Laut, Na."

"Banyak tamu yang datang?"

"Alhamdulillah. Tadi, Mas lama di Sari Laut, soalnya bahas pekerjaan juga sama anak-anak Eka Wijaya. Sekalian Mas kumpulin di sana, biar Mas ringkes bisa urus sana-sini."

Aku jadi terdiam karena mendengar deru napas Mas Rezky yang terdengar seperti sangat kelelahan.

"Capek banget ya, Mas?"

"Lumayan, Na."

Setelahnya, aku dan Mas Rezky sama-sama terdiam tanpa bersuara.

"Na."

"Dalem, Mas."

"Kita kan udah ngobrolin soal rencana pernikahan kita sama Ibu, Nana siapnya kapan buat jadi istrinya Mas? Kalau tahun ini, gimana?"

Aku tersentak untuk sesaat karena pertanyaan tak terduga dari Mas Rezky.

"Kalau tahun ini, apa nggak terlalu cepat, Mas?"

"Justru itu. Lebih cepat, lebih baik, kan?"

"Tapi apa nggak terlalu cepat, Mas? Kita masih harus ngurus persyaratan nikah dan juga surat-surat, kan? Sedangkan sekarang, Mas sama Nana, lagi sama-sama sibuk."

Ya. Aku dan Mas Rezky memang sama-sama sedang sibuk dengan pekerjaan kami berdua. Menjelang akhir tahun dan juga tahun ajaran baru untuk sekolah, membuat kami berdua jadi disibukan dengan berbagai macam permintaan dan pesanan yang cukup banyak jumlahnya. Mas Rezky sibuk dengan biro perjalanannya yang sedang padat sekali jadwal pikniknya. Sedangkan aku, disibukan dengan banyaknya pesanan seragam dari sekolah-sekolah yang ada.

"Sekarang, kita lagi sama-sama sibuk, Mas. Jadi kalau tahun ini, Nana pikir, itu terlalu cepat. Dalam waktu satu bulan ini, kita juga lagi susah banget untuk ketemu. Karena memang Nana sama Mas, lagi sama-sama sibuk urus pekerjaan kita masing-masing."

Mas Rezky terdengar sedang menghela napasnya.

"Justru karena itu, Na. Karena Mas yang memang lagi sering banget ke luar kota, Mas jadi sering kepikiran Nana sama El. Mas jadi suka khawatir dan kepikiran yang macam-macam."

"Mungkin, Mas begitu, karena kita udah lama nggak ketemu secara langsung, Mas. Tapi Nana sama El, baik-baik aja kok, Mas. Kami sehat. Jadi, Mas jangan khawatir lagi ya?"

Kali Kedua ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant