159. Istri Yang Paling Dikasihi

597 47 0
                                    

❤ Rina

"Dan tak ada yang harus disesali, apalagi alasan untuk bersedih berulang kali. Karena semuanya, sungguhan akan tetap selalu sama, Na. Walau Mas diberi kesempatan untuk merubah satu atau dua hal, tapi Mas akan tetap memilih untuk melewati jalan yang sama, untuk bisa sampai ke sini. Untuk bisa bersama Nana. Dengan Nana sendiri, atau dengan Nana bersama Elysia, semua akan tetap sama, sayang. Nana tetap akan jadi cinta pertama dan terakhir untuk Mas. Seorang perempuan yang akan selalu Mas pinta di dalam setiap doa, untuk jadi istri, dan pendamping setia untuk Mas. Dan Elysia, akan tetap jadi putri pertama yang paling Mas sayangi, walau Papa yang pertama Elysia sebut adalah Mas Rama. Semua akan tetap sama, Na. Nana dan Elysia, akan tetap jadi dua perempuan kesayangan Rezky Pramurindra."

Aku benar-benar jadi ingin menangis setelah mendengar kata-kata super romantis yang baru saja diucapkan oleh Mas Rezky.

Ya Allah, terimakasih karena Engkau telah memberikanku seorang suami sebaik ini. Bukan hanya sosok seorang pendamping yang sangat baik untukku. Tapi insyaAllah, Mas Rezky juga adalah seorang Ayah yang sangat baik dan menyayangi putri tercintaku.

Tak ada lagi yang bisa kupinta, selain semoga, Allah akan senantiasa menjaga rumah tanggaku dan Mas Rezky, sampai akhir hayat kami berdua. Semoga, cinta kasihku dan Mas Rezky akan tetap selalu terjaga, sampai maut yang memisahkan kami berdua.

Aamiin.

Aku tersenyum dengan sangat bahagia. Dan dengan begitu beraninya, kini aku mengecup bibir Mas Rezky yang sejak tadi pagi sudah memberikan senyum teramat manisnya untukku, sampai membuat hariku jadi terasa sangat berwarna.

Mas Rezky langsung membolakan kedua matanya setelah aku mencium bibirnya. Hal teramat menggemaskan yang akan selalu sangat kusuka.

Lagi-lagi, senyum bahagiaku semakin terkembang karena Mas Rezky. "Mas berhasil banget bikin Nana jadi super terharu karena kata-kata Mas tadi. Terimakasih, Mas. Nana sayang dan cinta sekali sama Mas."

Mas Rezky balas tersenyum padaku, "Nana udah berani ya cium-cium Mas."

Aku terkekeh kesenangan, "Sayang sama cintanya Nana, nggak mau dibalas nih?"

Bukannya menjawab pertanyaanku tadi, Mas Reky malah memelukku erat sekali. "Dasar tsundere. Kemarin-kemarin, Mas selalu bilang sayang dan cinta, banyak banget, tapi Nana balasnya selalu lama. Harus dipancing dulu. Atau Mas harus ngambek dulu, baru Nana mau jawab. Sekarang, giliran Nana yang bilang, Mas harus cepat balas. Dasar nakal. Nana tega banget ih sama Mas. Curang ya."

Aku jadi langsung memperdengarkan tawa riangku, karena kini Mas Rezky juga menggelitik bagian pinggangku.

"Mas. Jangan. Nana geli, Mas."

Tapi Mas Rezky tak menghiraukan permintaanku, "Biarin."

Aku menghentikan tawaku saat Mas Rezky menangkup wajahku dengan kedua telapak tangannya, lalu suamiku tercinta mengecup pucuk hidungku dengan begitu lembutnya.

Mas Rezky tersenyum, "Nana mau dengar Mas bilang sayang dan cinta sampai berapa kali? Hm?"

Aku malah jadi terdiam.

Karena disuguhi pemandangan Mas Rezky yang sedang seserius ini, sungguhan hal teramat tampan yang membuat jantungku jadi berdetak kencang sekali.

Suamiku ganteng banget!

Serius.

Mas Rezky mencium pipi kananku.

"Mas sayang Nana."

Sekarang, Mas Rezky langsung beralih mencium pipi kiriku dengan ekspresi begitu senang.

"Mas cinta Nana."

Kini, aku jadi memejamkan kedua mataku, saat Mas Rezky mencium bibirku sedikit lebih lama dari sebelumnya.

"Untuk sekarang, esok, dan seterusnya. Akan tetap sama. Mas cinta Nana."

Aku memberikan senyumanku, lalu membuka kedua mataku, untuk menatap wajah tampan suamiku. "Nana juga cinta Mas."

Dan saat Mas Rezky kembali mencium bibirku, aku lekas menutup kedua mataku, dan langsung berseru riang sekali di dalam hatiku. "Aku cinta kamu, Mas! Aku mencintaimu, suamiku."

Mas Rezky menempelkan keningnya padaku setelah kami berciuman cukup lama, "Bibir Nana manis. Mas suka."

Aku jadi terkekeh pelan, "Dasar mesum."

Mas Rezky ikut terkekeh juga bersamaku, "Biarin. Mesum sama istri sendiri, kan nggak papa. Malah jadi pahala."

"Iya, Mas. Aamiin. Alhamdulillah."

Bagian bibirku kembali diberikan kecupan teramat manis dari Mas Rezky.

Oh tidak.

Jantungku.

Semoga kamu kuat ya.

Karena sepertinya, Mas rezky benar-benar sudah mulai cerdik sekali ingin meruntuhkan pertahanan hatiku dengan serangan ciuman manisnya.

Bahaya!

"Nana."

"Dalem, Mas."

"Sayang."

"Iya, Mas."

"Istri."

"Dalem, Mas Suami."

"Tadi, kita sudah sholat sunah, kan?"

Aku langsung tersenyum karena mengerti ke mana arah pembicaraan suami tampanku saat ini.

Aku lekas menganggukkan kepalaku, dengan senyum bahagia yang terus terkembang di wajahku. "Nggih, Mas. Sampun." (Iya, Mas. Sudah)

Mas Rezky juga semakin mengembangkan senyumannya, lalu meraih pinggangku untuk lebih mendekat padanya. "Mau sekarang ya? Boleh?"

Aku tersenyum seperti tadi, lalu menganggukkan kepalaku lagi.

Mas Rezky baru saja ingin mendekatkan wajahnya padaku, tapi aku langsung menahannya dengan kedua tanganku. "Mas," panggilku pelan sekali.

"Iya, sayang."

"Tapi, pelan-pelan ya, Mas. Soalnya, Nana udah lama banget nggak pernah," ucapku sedikit malu dengan permintaanku saat ini.

Mas Rezky terkekeh senang sekali di hadapanku, "Memangnya, Nana pikir, Mas udah pernah? Ini, juga pertama kalinya untuk Mas, sayang."

Aku menundukkan kepalaku semakin dalam, "Iya, Mas. Jadi, pelan-pelan aja ya, Mas? Nggak papa, kan?"

Mas Rezky menarik daguku untuk mau bertemu tatap dengannya, "Nggak papa, sayang. Asal itu sama Nana, Mas akan tetap selalu bahagia."

Aku tersenyum lega sekali. Bersyukur sekali memiliki suami yang sangat pengertian seperti Mas Rezky.

"Mas juga nggak mau Nana kesakitan malam ini."

Dan aku semakin bersyukur dan bahagia karena mempunyai suami seperti Mas Rezky. Suamiku benar-benar manis sekali!

Aku cinta kamu, Mas!

Dan saat Mas Rezky kembali mendekatkan wajahnya padaku, aku jelas tak bisa menolaknya lagi. Karena malam ini, aku memang harus menjalankan kewajibanku sebagai seorang istri.

*****

Kali Kedua ✔Where stories live. Discover now