129. Masakan Mantap

328 39 0
                                    

💙 Mas Rezky

Waktu makan siang sudah tiba, dan di meja makan sudah tersaji banyak sekali masakan yang sangat menggugah selera.

Ada sayur asem, ayam goreng lengkuas, lele goreng, ikan asin, tempe tahu goreng, capcay. Dan juga dua sambal kesukaanku, sambal bawang dan sambal tomat matang. Tak lupa lalapan segar, juga buah-buahan yang telah dipotong-potong dan siap untuk disantap.

Sepertinya, Ibu benar-benar meminta Rina untuk memasakan semua menu makanan kesukaanku.

Tadi, saat Rina dan Elysia datang, aku benar-benar dilarang Ibu untuk tak boleh bergabung bersama mereka. Rina langsung ditarik untuk ikut Ibu. Sedangkan putri cantikku, Elysia, dia dibawa Mba Nadia untuk bermain bersama Rio dan Mas Rangga.

Aku mendengus sebal karena tadi aku sungguhan dibiarkan sendirian dan hanya boleh berdiam diri di dalam kamar.

Tapi kekesalanku langsung hilang saat melihat makanan kesukaanku sudah tersaji dan terlihat sangat menggiurkan di atas meja makan. Apalagi yang memasak adalah Rina. Maka tentu saja, itu membuat nafsu makanku langsung meningkat dengan sangat pesat. Aku benar-benar sudah tak sabar ingin segera mencoba bagaimana hasil masakan dari calon istriku tercinta.

Kini, semua orang sudah berkumpul di meja makan.

"Wah, semua ini, yang masak Rina, Bu?" tanya Mas Rangga yang sudah duduk di sebelahku.

Ibu mengangguk, "Iya, Mas. Yang masak, calon menantunya Ibu."

"Ini mah, menu masakannya kesukaan Rezky semua, Bu," kata Mas Rangga lagi.

"Iya lah. Yang masak kan calon istriku, Mas. Kalau Mas Rangga pengin dimasakin makanan kesukaannya Mas, ya Mas minta Mba Nadia yang masakin," kataku menimpali.

Mas Rangga langsung mendengus padaku, "Pamer. Sok banget ih. Padahal yang masak Rina, bukan kamu."

"Biarin," kataku menyombongkan diri.

"Wah, Mba Rina udah jago banget ya masaknya. Padahal tadi, rasanya, cuma sebentar loh, tapi udah selesai masak segini banyak," kata Mba Nadia yang kini sudah mendudukkan dirinya di sebelah Rina.

Rina tersenyum ke arah Mba Nadia, "Tadi, dibantuin Ibu sama Mba Marni juga, Mba. Jadi bisa cepat selesai masaknya."

"Tapi pasti Mba Rina juga udah terampil masaknya. Kalau dulu, waktu pertama kali aku masak sama Ibu, masak opor ayam buat Mas Rangga, itu beneran lama banget, Mba. Untungnya, Ibu sama Mas Rangga sabar banget nungguin aku. Padahal, dulu itu, aku cuma tinggal masak opornya aja, ketupatnya udah dibikinin sama Ibu. Tapi tetep aja aku masaknya lama banget," masih Mba Nadia yang bercerita.

"Nggak papa, sayang. Yang penting, dulu, opormu juga habis kan dimakan sama Mas?" hibur Mas Rangga pada istrinya.

"Iya. Walau pun kurang asin sedikit," kata Mba Nadia sambil terkekeh pelan.

Aku ikut tersenyum melihat bagaimana rukunnya kakak-kakakku. Dan aku berharap, bahwa semoga, nanti, aku dan Rina juga akan bisa seperti itu.

Mba Nadia menoleh lagi pada Rina, "Nanti, kapan-kapan, masak sama aku ya, Mba? Biar aku bisa belajar lagi. Sekalian tuker-tukeran resep masakan."

Rina langsung mengangguk tanda setuju, "Siap, Mba. Nanti, sama-sama belajar ya?"

Mba Nadia mengangguk dengan begitu senangnya.

Kali Kedua ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora