17. Kabar Berita

3.5K 405 55
                                    

❤️ Rina

Hari ini, adalah hari yang paling ditunggu-tunggu oleh Mas Rama. Hari di mana adik perempuan kesayangan Mas Rama, Shinta, akan dipersunting oleh pria pilihannya.

Shinta akan menikah.

"Cantik banget kamu, Dek," ucapku sambil mengusap lembut bahu Shinta yang kini sudah terbalut apik dengan kebaya berwarna putih.

Shinta meraih tanganku yang sejak tadi telah bertengger di bahunya. "Terimakasih ya, Mba. Kebaya pilihan Mba Rina, cantik banget. Aku suka."

Aku tersenyum memandangi bagaimana Shinta yang hari ini terlihat sangat bahagia dengan senyum yang tak pernah luntur dari wajah ayunya. "Dasar kamunya yang memang cantik, Dek. Jadi mau pakai baju apa aja, ya tetep ayu."

Senyum Shinta semakin merekah dengan begitu sempurna. Tapi tiba-tiba, Shinta malah memutar tubuhnya berbalik ke arahku. Dan aku bingung, karena kenapa wajah Shinta berubah jadi sendu?

"Mba Rina, kapan nyusul aku?"

"Nyusul apa?"

"Nyusul kaya Shinta sama Mas Cahyo."

Aku tertegun dengan ucapan Shinta.

Shinta meraih tanganku, lalu menggenggamnya dengan sangat erat. "Ini sudah 3 tahun, Mba. Dan aku rasa, itu waktu yang sudah sangat cukup dan pantas untuk Mba Rina buka hati Mba lagi."

Aku hanya tersenyum dan mengusap-usap punggung tangan Shinta, "Kamu ngomong apa si, Dek?"

"Mba Rina jelas pasti tahu apa yang aku maksud, Mba."

Aku diam saja.

Keterdiamanku membuat Shinta jadi kembali menggenggam tanganku. Bahkan sekarang, jadi lebih erat daripada sebelumnya. "Mba, Mba Rina sudah jadi menantu dan kakak perempuan yang luar biasa hebat buat aku dan Ibu. Kalau dulu, alasan Mba Rina belum mau menikah lagi karena aku yang masih kuliah, maka sekarang, aku udah lulus, Mba. Aku udah jadi dokter. Aku udah kerja. Bahkan, aku juga udah mau nikah. Sebentar lagi, insyaAllah, aku sudah jadi istrinya Mas Cahyo. Jadi, Mba Rina udah nggak ada beban tanggungjawab lagi untuk bantu bayar biaya kuliahku. Aku udah bisa jaga diri dan memenuhi semua kebutuhanku, Mba. Jadi, Mba Rina nggak ada alasan lagi buat ngulur waktu sendiri terus. Karena Mba Rina juga butuh seorang pendamping."

Aku menarik napas secara perlahan, "Mba nggak sendiri, Dek. Karena Mba punya El."

"Aku tahu. Tapi Mba Rina tetap butuh seorang pendamping untuk temenin Mba sama-sama besarin El."

"Mba masih harus rawat Ibu."

Shinta langsung menggelengkan kepalanya ke arahku. "Ada aku sama Mas Cahyo juga, Mba. Kita akan sama-sama jaga Ibu di masa tuanya."

"Mba sudah merasa sangat cukup dengan hidup Mba sekarang, Dek. InsyaAllah, gusti Allah juga selalu paring lancar. Mba bisa besarin dan didik El, Mba juga tetap bisa berbakti sama Ibu seperti pesan Mas Rama."

"Tapi Mas Rama nggak minta Mba Rina untuk sendiri terus, Mba. Mas Rama nggak minta Mba Rina untuk terus jadi seorang janda. Mas Rama juga pasti mau Mba Rina menikah lagi. Ini sudah 3 tahun berlalu setelah Mas Rama meninggal, Mba. Sudah cukup untuk Mba Rina habisin waktu Mba jagain aku dan Ibu."

"Tapi Mba masih harus tetap jaga Ibu, karena itu pesan Mas Rama sama Mba."

"Mas Rama memang titip pesan seperti itu, Mba. Tapi bukan berarti Mba Rina nggak boleh menikah lagi. Mba Rina masih muda. Dan percaya sama aku, kalau Mba Rina tetep cantik banget walau udah punya El. Jadi Mba, coba buka hati Mba lagi. Ya? Karena Mba Rina juga butuh seorang pendamping setelah Mas Rama nggak ada. Mba Rina harus menikah lagi. Dan nggak mungkin kalau Mba Rina akan sendirian terus sampai El besar nanti."

Kali Kedua ✔Where stories live. Discover now