15. Tak Terduga

3.1K 389 144
                                    

❤ Rina

To : Rezky Pramurindra

Assalamu'alaikum, Mas Rezky 😊

Ini, Rina.

Terimakasih, Mas, untuk traktirannya tadi siang 🙏

Maaf, karena Rina sama El jadi banyak buat repot Mas Rezky 🙏

Maaf juga, karena Rina malah nggak tahu kalau ternyata Mas Rezky yang punya Sari Laut 🙏🙏🙏

Aku meletakkan ponselku di atas nakas samping tempat tidurku.

Tadi siang, setelah semua rasa keterkejutanku karena baru mengetahui fakta bahwa ternyata rumah makan Sari Laut adalah kepunyaan Mas Rezky, aku langsung meminta nomor telepon Mas Rezky melalui Mba Kasir yang tadi menjaga. Karena Mba Kasir tadi tetap menolak menerima uangku, atau pun memberitahu berapa jumlah total makan siangku dan Elysia selama di sana. Katanya, karena itu sudah menjadi pesan dari Mas Rezky, dan dia jelas tak berani jika melanggarnya. Alhasil, aku jadi meminta nomor telepon Mas Rezky kepada pegawainya. Yang untungnya, langsung diberi tanpa aku harus kembali memaksa.

Jadi tadi, aku mengirimkan pesan ucapan terimakasihku pada Mas Rezky. Sebab aku jelas masih merasa tak enak hati karena sudah diberi gratisan. Padahal sepertinya, makanku dan Elysia tadi siang cukup banyak totalannya. Mungkin lain kali, jika Mas Rezky tetap menolak dan tak mau menerima uang ganti dariku, maka sepertinya, aku akan mengantarkan sesuatu ke sana sebagai balasan ucapan terimakasihku karena traktirannya tadi siang.

Ya. Begitu saja.

Menunggu beberapa saat, ternyata, Mas Rezky tak kunjung membalas pesan yang telah kukirimkan padanya. Mungkin, Mas Rezky sedang sibuk di restorannya. Jadi lebih baik, aku gosok gigi dan cuci muka terlebih dahulu, sebelum nantinya menyusul putriku tercinta yang kini sudah terlelap dalam tidurnya.

Dan untuk Mas Rezky Pramurindra, terimakasih untuk baik yang tak pernah berubah dari semenjak kami berdua masih remaja.

*****

💙 Mas Rezky

Alhamdulillah, hari ini, rumah makan ramai sekali. Pengunjung terus-menerus datang silih berganti.

Bahkan, gazebo-gazebo yang disediakan penuh, semua sudah dipesan. Meja-meja di depan juga terus berganti diisi oleh para tamu yang berdatangan.

Alhamdulillah, gusti Allah yang sudah memberikan rezeki lancar dan banyak hari ini.

Aku langsung masuk ke dalam ruanganku yang ada di restoran setelah tadi selesai menghitung laba hari ini. Karena resto ramai, akhirnya aku juga ikut turun tangan menangani bagian pembayaran di kasir, membantu Diba yang hari ini terlihat kewalahan sekali jika harus menanganinya seorang diri. Dan resto pun jadi tutup agak lebih malam hari ini. Yang biasanya tutup setiap jam 8 malam, hari ini, jam 9 lebih baru bisa tutup karena tamu yang memang masih saja ramai sejak tadi pagi.

Alhamdulillah, disyukuri. Selalu. Karena pengunjung yang ramai, itu artinya, restoku sudah mulai dikenal oleh banyak orang di sini. Semoga para tamu cocok dengan makanan dan pelayanan yang ada di Sari Laut. Dan kedepannya, diharapkan, mereka akan mengulang dan datang kembali untuk makan di tempatku ini.

Aamiin.

Doa baik terus. Sebab kita tak tahu kalimat baik mana yang akan bisa langsung dikabulkan.

Kini, aku mendudukkan diriku di atas kursi kerjaku. Sedikit mengendorkan otot-otot leherku yang saat ini terasa sedikit pegal karena seharian ini telah bekerja keras mengurusi semua usahaku.

Kalau sedang sangat lelah seperti ini, aku jadi rindu dengan Ibu dan ingin sekali untuk dipijiti.

Kulirik jam dinding yang ada di dalam ruanganku, jam setengah 10 malam. Jadi sepertinya, Ibu juga masih terjaga. Apalagi karena hari ini adalah malam Minggu. Jadi pasti, keluarga Mas Rangga sedang menginap di rumah Ibu.

"Telepon Ibu dulu lah sebelum pulang," gumamku sambil tanganku membuka laci meja kerjaku untuk meraih ponselku yang sejak tadi sore telah kusimpan di sana.

Baru membuka kunci layar ponselku, ternyata aku sudah melihat ada beberapa telepon tak terjawab dan juga pesan yang masuk untukku.

Kubuka pesan terlebih dahulu, karena siapa tahu, ada panggilan penting yang sudah menungguku.

Ternyata, kiriman laporan biro dari Satrio dan juga Mita. Lalu pesan dari Ibu. Dan pesan lainnya, hanya berisi pesan-pesan promo atau orang iseng yang mengirimkan pesan 'mama minta pulsa'.

Memang ada-ada saja ya. Zaman sekarang, orang ingin menipu memang ada saja caranya. Termasuk pura-pura jadi seorang mama-mama. Kalau Ibuku, tak mungkin beliau mengirimkan pesan seperti itu hanya karena ingin meminta pulsa. Karena jelas kalau aku dan Mas Rangga selalu rutin mengirimkan pulsa atau paket data internet untuk Ibu tanpa Ibu harus memintanya.

Masih menggulir pesan baru yang ada di kotak masukku, ternyata ada satu pesan dari nomor tak dikenal yang belum masuk di dalam kontakku.

Langsung kubuka pesannya, karena di kalimat pertama, si pengirim pesan sudah menyebutkan namaku. Jadi sepertinya, dia memang sudah mengenalku terlebih dahulu.

From : +6281********

Assalamu'alaikum, Mas Rezky 😊

Ini, Rina.

Terimakasih, Mas, untuk traktirannya tadi siang 🙏

Maaf, karena Rina sama El jadi banyak buat repot Mas Rezky 🙏

Maaf juga, karena Rina malah nggak tahu kalau ternyata Mas Rezky yang punya Sari Laut 🙏🙏🙏

"Loh? Rina?" gumamku sedikit tak percaya, setelah selesai membaca pesan yang katanya dari Rina.

"Berarti, kayaknya, bener apa yang tadi Diba bilang. Kalau Diba ngasih nomor teleponku sama Rina."

Kulirik jam dinding lagi, "Kalau jam segini telepon, sopan nggak ya?" tanyaku lebih kepada diriku sendiri.

Aku berpikir lagi, haruskah aku menelepon Rina atau tidak kali ini?

"Suaminya Rina, sama El, udah tidur belum ya? Sopan nggak si kalau aku telepon jam segini?"

Aku langsung berdiri dan berjalan menuju balkon yang menghadap tepat ke arah gazebo dan taman yang ada di belakang resto. "Telepon aja kali ya, cuma mau mastiin ini bener nomor Rina atau bukan. Kalau nanti suaminya Rina yang ngangkat, ya tinggal kujawab apa adanya aja. Ya, gitu aja lah ya," aku sibuk meracau sendiri hanya karena bingung harus tetap menelepon Rina atau tidak.

Memang ya. Entah dulu saat masih remaja, atau kini ketika sudah beranjak dewasa, adanya Rina memang akan selalu sangat berhasil untuk memberikan efek kejut yang begitu luar biasa.

Rina yang terlalu kuat?

Atau aku yang memang selalu bisa jadi lemah karenanya?

*****

Kali Kedua ✔Where stories live. Discover now