101. Terulang Kembali

348 35 0
                                    

❤ Rina

Aku mengedipkan kedua mataku, saat merasa ada seseorang yang kini sedang mengusap lembut puncak kepalaku.

"Hai, Rin. Ini aku, Gita. Aku udah datang."

Aku langsung mendudukkan diriku, setelah berhasil membuka kedua mataku.

Dan aku baru sadar, bahwa ternyata, tadi, aku sampai ikut tertidur ketika berusaha menenangkan tangisan Elysia.

"Maaf ya, Git. Tadi, aku malah ketiduran."

Gita tersenyum manis sekali padaku, "Nggak papa, Rina."

Tiba-Tiba, Gita jadi mengusap bagian bawah mataku. "Matamu bengkak, Rin. Kamu habis nangis ya?"

Ditanya seperti itu, pikiranku jadi langsung melayang pada 8 tahun yang lalu.

Di saat aku masih menjadi si pengagum rahasia, yang hanya bisa memandang dari jauh pada pujaan hatinya.

- Flashback Masa SMA Rina -

Bagian Satu!
Sahabat Baru

Pagi ini adalah hari pertamaku mengikuti masa orientasi siswa di sekolah menengah atas.

Rasanya hatiku terlalu bersemangat.

Jadi aku bangun pagi-pagi sekali, dan menyiapkan semua perlengkapan milikku sendiri.

"Bu, Rina sekolah riyin nggih?" pamitku pada Ibu yang saat ini sedang sibuk menata sarapan di atas meja.

(Bu, Rina berangkat sekolah dulu ya?)

"Sarapan dhisit bae, Rin. Esih gasik banget iki." (Sarapan dulu aja, Rin. Ini masih pagi sekali)

Aku melihat jam dinding yang terpasang menunjukan pukul 05.30 pagi.

"Tapi MOS teng sekolahe Rina mulaine jam 6, Bu. Dadose Rina kudu mangkat saniki, men mboten telat." (Tapi MOS di sekolah Rina mulainya jam 6, Bu. Jadi Rina harus berangkat sekarang, supaya nggak telat)

Ibu menepuk lembut bagian pundakku saat aku mencium tangan beliau untuk berpamitan, "Ya wis, sing ati-ati ya, Rin. Semoga sekolahe lancar." (Ya sudah, hati-hati ya, Rin. Semoga sekolahnya lancar)

"Nggih, Bu. Aamiin. Rina pamit nggih, Bu. Assalamu'alaikum." (Iya, Bu. Aamiin. Rina pamit ya, Bu. Assalamu'alaikum)

"Wa'alaikumsalam."

Aku lekas berjalan dengan cepat supaya tak ketinggalan angkot. Karena jarak rumahku dengan jalan raya memang cukup jauh, jadi setiap berangkat sekolah, sejak SMP, aku memang sudah terbiasa berjalan kaki seperti ini.

*****

Tapi harapanku musnah, karena aku tetap saja terlambat.

Aku sampai di sekolah pukul 06.05 pagi. Hanya terlambat 5 menit, tapi tetap saja aku harus berdiri di tengah lapangan bersama siswa baru lainnya yang juga mengalami nasib yang serupa denganku.

Bersyukur, karena kami hanya diminta untuk berkumpul dan dicatat nama serta kelas kami saja. Tak ada hukuman berat apalagi mengenai fisik kami semua.

"Hei. Kamu kelas berapa?"

Aku langsung menoleh ke sebelah kananku, saat ada seseorang yang mencolek bahuku.

Aku tersenyum, "Oh. Hai. Aku, kelas X-5. Kamu?"

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang