81. Kangen?

770 40 4
                                    

❤️ Rina

Baru saja meletakkan ponselku di atas meja, kini, sudah ada seseorang yang mengetuk pintu ruang kerjaku.

"Mba Rina, ini Lia."

Ternyata, Lia.

"Iya, Lia. Langsung masuk aja."

Lia sudah membuka pintu, tapi dia tak langsung masuk ke dalam ruang kerjaku. Lia masih berada di luar ruang kerjaku, seperti sedang mempersilakan seseorang untuk masuk terlebih dahulu.

Jadi aku tetap menunggu.

Dan kini, mataku jadi sedikit membulat ketika seseorang yang datang bersama Lia adalah Bu Yanti, pelanggan yang dua hari lalu pernah berbelanja di sini.

Aku tersenyum sambil menganggukkan kepalaku. "Silakan, Bu Yanti," aku berdiri untuk menyambut kedatangan Bu Yanti dengan Elysia yang masih berada di dalam dekapanku.

Bu Yanti tersenyum, dan kini sudah berdiri tepat di hadapanku.

Lia menghampiriku, lalu meraih tubuh Elysia dari gendonganku. "Aku pindahin El ke kamar atas ya, Mba."

Aku sungguhan bersyukur sekali mempunyai seorang pegawai yang sangat peka dan tanggap seperti Lia. Oleh karena itu, aku sangat menyayangi Lia dan sudah menganggapnya seperti adikku sendiri, seperti Shinta.

Aku tersenyum bahagia, "Makasih, ya Lia."

"Sama-sama, Mba. Kalau gitu, aku pamit keluar dulu ya, Mba. Nanti, habis pindahin El, aku langsung antar minuman ke sini."

Aku menganggukkan kepalaku, dan Lia segera berlalu untuk keluar dari ruang kerjaku.

Aku berbalik menatap Bu Yanti yang masih berdiri di dekatku, "Mohon maaf, Bu Yanti. Mohon maaf, karena jadi menunggu. Monggo, Bu. Silakan duduk dulu."

Bu Yanti mengangguk ke arahku, dan segera duduk di sofa yang ada di sebelahku.

"Maaf ya, Mba Rina. Karena Ibu jadi ganggu waktu istirahatnya Mba Rina."

"Mboten, Bu. Bu Yanti sama sekali tidak mengganggu. Karena sekarang, saya juga sedang tidak sibuk."

Akhirnya, aku dan Bu Yanti terlibat dalam pembicaraan yang cukup panjang siang ini. Ternyata, Bu Yanti datang menemuiku karena ingin memesan baju seragam untuk keluarga beliau di sini.

Kami sudah menentukan model bajunya ingin seperti apa, karena Bu Yanti memang sudah memperlihatkan foto contoh baju yang beliau inginkan sebelumnya. Ukurannya juga sudah Bu Yanti bawa, tinggal nanti kutunjukan beberapa sampel bahan yang tersedia, supaya Bu Yanti bisa memilih sendiri bahan mana yang beliau suka.

Obrolanku dan Bu Yanti harus terjeda sebentar karena kedatangan Lia.

"Silakan, Bu Yanti. Monggo, dinikmati," ucap Lia setelah meletakkan dua cangkir teh hangat dan beberapa cemilan di atas meja.

"Oh iya, Mba Rina. Ini, ada kiriman lagi dari Pak Bos."

Aku tersenyum. Karena sudah paham dan mulai terbiasa dengan panggilan 'Pak Bos' yang Lia sebutkan. Yang jelas membuatku langsung tahu, kalau yang Lia maksudkan saat ini, adalah Mas Rezky Pramurindra.

Lia meletakkan satu paper bag di atas meja, tepat di hadapanku berada.

Aku menganggukkan kepala, dengan senyum bahagia. "Makasih ya, Lia."

Dan Lia, juga langsung mengangguk dengan begitu ceria. "Sama-sama, Mba Rina."

Lalu setelahnya, Lia langsung keluar untuk kembali ke tempatnya semula.

Bu Yanti tersenyum semakin cerah padaku.

Aku juga jadi ikut tersenyum pada Bu Yanti, "Pripun, Bu? Wonten nopo?" (Gimana, Bu? Ada apa?)

Bu Yanti masih tersenyum ke arahku, "Kiriman dari suaminya ya, Mba?" tanya Bu Yanti sambil melirik ke arah paper bag yang tadi Lia berikan.

Aku mengulum bibirku, "Bukan, Bu."

"Terus, kalau bukan dari Papanya El, dari siapa, Mba, kirimannya?"

"Suami saya, Papanya El, sudah meninggal sejak 3 tahun yang lalu, Bu."

Bu Yanti langsung tertegun setelah mendengar penjelasan singkat dariku, "Mohon maaf ya, Mba Rina. Ibu nggak tahu. Maaf, kalau Ibu jadi menyinggung perasaan Mba Rina."

Aku tersenyum, "Mboten nopo-nopo, Bu." (Tidak apa-apa, Bu)

Setelahnya, aku melanjutkan lagi obrolanku dan Bu Yanti yang tadi sempat terjeda. Aku melakukan itu, supaya Bu Yanti tidak merasa semakin bersalah karena telah bertanya tentang Mas Rama.

*****

Bu Yanti telah pulang beberapa menit yang lalu. Yang sebelum pulang, tadi, Bu Yanti telah memilih bahan dan warna mana yang beliau inginkan. Dan katanya, dua hari lagi, Bu Yanti juga akan kembali datang ke sini untuk mencoba contoh baju jadinya seperti apa.

Aku kembali duduk di sofa, dan meraih paper bag yang tadi Lia bawa. Dan ternyata, isinya ada 3 cup dessert dan 2 milkshake di dalamnya. Dan seperti biasa, tak lupa, selalu ada kartu ucapan yang terselip dengan begitu manisnya.

Untuk : Rina dan Elysia

Hai, Rin :)

Kaget ya?

Atau nggak? :D

Aku mau cerita :)

Temanku, baru aja buka cafe di Semarang. Dia jual banyak dessert, kue dan juga minuman. Karena aku nggak bisa datang hari ini, jadi aku cuma bisa kirim ucapan selamat dan karangan bunga buat dia.

Tapi aku minta tolong sama dia, untuk kirimin makanan jualannya buat kamu sama El. Aku nggak tahu apa aja yang dia kirim, tapi semoga, kalian suka ya :)

Nanti, kapan-kapan, kita bertiga, main ke cafe temanku itu ya, dan cobain makan langsung di sana kaya apa :)

Sehat-sehat ya kalian :)

Sampai ketemu besok :)

Secepatnya :)

Salam,

Rezky Pramurindra

Senyum bahagia langsung terkembang dengan begitu sempurna di wajahku.

Masih saja terus merasa terkejut dengan hal-hal teramat manis yang Mas Rezky kirimkan selama tiga hari ini. Dan aku tak tahu, tak menyangka, kalau ternyata, Mas Rezky Pramurindra adalah seseorang yang sangat penuh dengan kejutan amat tak terduga seperti ini.

Tapi, terimakasih, Mas, dan cepat pulang ya.

Sehat-sehat di sana.

*****

Cieee

Kayaknya, udah ada yang mulai kangen nih sama si dia 😍😍😍

Kali Kedua ✔Where stories live. Discover now