21. Masih Tentang Dia

2.8K 358 43
                                    

💙 Mas Rezky

Keterkejutanku harus segera diselesaikan, karena keberadaanku sudah disadari oleh Rina yang kini sudah mengajukan pertanyaan.

"Loh? Mas Rezky?"

Baru saja aku ingin berbalik dan melarikan diri, tapi keberadaanku memang benar-benar sudah disadari.

Aku tersenyum pada Rina, lalu jadi mendudukkan diriku di kursi kosong yang ada di seberangnya.

"El tidur?" tanyaku.

Rina langsung mengangguk ke arahku, "Iya, Mas. Kayaknya, capek. Soalnya tadi, El semangat banget waktu di Taman Pintar."

"Kamu nggak mau belanja?"

Kukira, jawabannya, adalah iya. Tapi ternyata, Rina malah menggelengkan kepalanya. "Nggak, Mas. Lagian, El juga lagi tidur."

"Kalau kamu mau belanja, belanja aja. El bisa aku jaga dulu," tawarku.

Tapi Rina kembali memberikan gelengan kepalanya. "Nggak usah, Mas."

"Beneran?" tanyaku ingin memastikan.

"Iya, Mas. Beneran. Belanjanya, bisa lain kali aja."

Akhirnya, aku diam.

Karena aku bingung.

Ingin bertanya lagi, tapi aku takut kalau nanti malah jadi keterusan dan sulit untuk berhenti.

Mau tetap diam, tapi kok rasanya jadi tak nyaman?

Tak mau semakin berkutat dengan pikiran dan perkiraanku sendiri, akhirnya aku berdiri dan ingin pamit untuk undur diri. "Aku ke depan dulu ya, Rin."

Rina menganggukkan kepalanya padaku, jadi aku benar-benar langsung pergi dari hadapannya untuk melaksanakan niatku.

Aku menepuk bahu Satrio sekilas. "Yo. Aku balik ke mobil ya."

"Sini aja lah, Mas. Daripada gabut di mobil sendirian."

Baru saja aku ingin menolak ajakan Satrio, tapi tiba-tiba, Rina datang dan hampir melewatiku sambil menggendong Elysia.

"Loh? Kamu mau ke mana, Rin?"

"Ini, Mas. El tiba-tiba bangun, terus pengin makan bakso."

"Bakso yang mana?"

Rina menunjuk dengan dagunya, "Itu, Mas. Bakso Malang yang ada di sebelah."

Aku ikut melirik ke arah tempat penjual bakso yang ditunjuk oleh Rina, "Oh, yang itu."

Setelahnya, aku langsung menepuk bahu Satrio seperti sebelumnya. "Yo, pesenin bakso Malang, sana. 4 porsi, sekalian buat kamu juga."

"Oke, Mas," jawab Satrio patuh sekali.

Aku menoleh lagi ke arah Rina untuk bertanya. "Buat kamu, kaya biasa, Rin? Pakai mi putih aja?"

Rina langsung tersentak setelah mendengar pertanyaan dariku. "Loh? Kok Mas Rezky tahu?"

Aku langsung melipat bibirku, "Dasar emberan," batinku berteriak kesal.

"Jadi, masih sama?" tanyaku mengulang.

Dan kini, Rina langsung menganggukkan kepalanya. "Iya, Mas. Masih sama. Buat El juga, pakai bihun aja."

Aku mengangguk, lalu segera meraih dompet yang ada di saku celanaku. Setelahnya, kutarik satu lembar uang seratus ribu, lalu kuserahkan langsung pada Satrio yang sejak tadi masih memusatkan perhatiannya padaku. "Ini, Yo, uangnya. Sama sekalian tambah ekstra pangsit ya. Kalau kamu mau, pesan aja sekalian. Terus kalau uangnya kurang, kamu bilang aja. Nanti pasti langsung aku tambahin."

Kali Kedua ✔Where stories live. Discover now