83. Aku Mau

722 38 0
                                    

❤️ Rina

Saat ini, aku dan Elysia sudah berada di kamar Mas Rezky.

Tadi, saat aku dan Elysia sampai di sini, ada satu orang laki-laki yang sudah menunggu kami di depan pintu rumah Mas Rezky.

Dia, Andika. Seseorang yang Satrio katakan diberi tugas untuk mengantar Mas Rezky sampai di rumahnya.

Dan saat aku tiba, Andika langsung mengantarkan aku dan Elysia untuk masuk ke kamar di mana Mas Rezky sedang istirahat. Saat aku tanya Andika, apakah Mas Rezky sudah minum obat atau belum, dia bilang, sudah. Tapi Mas Rezky belum makan. Katanya, Mas Rezky minum obat hanya dengan pengganjal roti dan air mineral saja. Setelahnya, Mas Rezky langsung tertidur sampai sekarang.

Tadi, aku minta tolong pada Elysia untuk menyentuh kening Mas Rezky, mengecek bagaimana suhu tubuh Mas Rezky saat ini. Dan Elysia langsung mengangkat telapak tangannya, dan mengatakan, kalau katanya, kepala Mas Rezky panas sekali.

Mendengar hal itu, aku langsung keluar dari kamar Mas Rezky dan mencari di mana letak dapur berada untuk mengambil baskom berukuran sedang dan menyiapkan kompres air hangat untuknya. Beruntung, tadi, di kamar mandi dekat dapur, aku juga menemukan handuk kecil bersih di dalam nakas yang ada di sana. Jadi kini, aku bisa mengompres kening Mas Rezky, dan berharap, bahwa semoga, demamnya bisa turun dengan segera.

Kompresan Mas Rezky sudah kuganti beberapa kali, jadi semoga demamnya bisa cepat turun setelah ini.

"Om Eky belum bangun-bangun ya, Ma? Om Eky sakit banget ya?" tanya Elysia dengan suaranya yang kentara sekali masih sangat khawatir dengan keadaan Mas Rezky saat ini.

"Iya, El. Om Rezky lagi sakit. Om Rezky kecapean, jadi butuh istirahat sekarang."

Hening.

Karena aku dan Elysia sama-sama sedang memperhatikan Mas Rezky yang tiba-tiba jadi membuka kedua matanya.

"Om Eky," panggil Elysia dengan suaranya yang jadi lirih sekali.

Sepertinya, Elysia tahu kalau Mas Rezky mungkin saja akan terkejut jika dirinya memanggil dengan panggilan yang dia lakukan seperti biasanya. Jadi sekarang Elysia jadi memelankan suaranya.

Mas Rezky mengedip-ngedipkan kedua matanya, sedang berusaha untuk mengumpulkan semua kesadarannya.

"El," panggil Mas Rezky pelan.

"Iya, Om. Ini, El. Sama Mama."

Mas Rezky seperti ingin bangkit dari tidurnya, jadi aku langsung bergerak maju untuk mencegahnya. "Tiduran dulu aja, Mas. Jangan dulu bangun," kataku sedikit menasihatinya.

Beruntung, karena Mas Rezky langsung mau untuk menurut, dan kembali berbaring di atas tempat tidurnya.

"El nggak mau dekat-dekat sama Om Eky?" tanya Mas Rezky dengan senyum yang terlihat sangat lemah di wajahnya. Sepertinya, Mas Rezky memang benar-benar sedang kelelahan sekarang, sehingga raut wajahnya jadi tak ada rona seperti biasanya.

Elysia menoleh padaku, "Mama, boleh?"

Aku langsung menganggukkan kepalaku, "Iya, sayang. Boleh."

Setelah mendapat persetujuan dariku, Elysia tersenyum, lalu segera turun dari pangkuanku untuk mendekat ke arah Mas Rezky.

Mas Rezky juga memberikan senyumannya, dan langsung mengusap pipi Elysia dengan begitu lembutnya. "El dari kapan di sini?"

"Tadi sore, Om. El ke sini, sama Mama."

Mas Rezky beralih menatapku, "Rina."

"Iya, Mas Rezky."

"Kamu tahu dari mana alamat rumahku?"

Kali Kedua ✔Where stories live. Discover now