87. Saling Rindu

312 39 2
                                    

❤️ Rina

"Karena saya memang harus menghindar, Bu. Supaya tak ada orang yang tersakiti di antara kami."

Bu Yanti mengangguk, lalu tersenyum padaku.

Aku menghembuskan napas lega. Karena sepertinya, Bu Yanti sudah langsung paham dengan maksud ucapanku sebelumnya.

"Bu Yanti, silakan diminum dulu tehnya, mumpung masih hangat."

Bu Yanti menganggukkan kepala, dan segera meminum teh hangat yang tadi diantarkan oleh Lia. Dan aku juga melakukan hal yang sama.

"Oh iya, Mba. Hari ini, kenapa El nggak ikut ke sini?"

"El sedang di rumah dengan Eyang Utinya, Bu. Kebetulan, sejak kemarin, Ibu sedang menginap di rumah. Jadi, El saya tinggal."

"Ibunya Mba Rina, sedang berkunjung? Asli Semarang?"

"Ibu saya, asli Purwokerto, Bu."

"Oh, berarti, Ibu lagi nengok ke sini ya?"

Aku tersenyum penuh arti, "Mboten, Bu." (Tidak, Bu)

Bu Yanti terkejut di hadapanku, "Loh? Terus? Gimana?"

"El sedang di rumah bersama Eyang Uti, Ibu dari almarhum suami saya, Bu. Kalau orangtua saya, sudah meninggal cukup lama."

"Maaf ya, Mba Rina. Lagi-lagi, Ibu jadi menyinggung perasaan Mba Rina."

"Nggak papa, Bu. Bu Yanti kan memang tidak tahu."

"Ibu minta maaf ya, Mba Rina. Kalau Ibu boleh tahu, dulu, suaminya Mba Rina, meninggal kenapa, Mba?"

"Mas Rama, meninggal karena kecelakaan waktu sedang dinas luar, Bu."

"Dinas luar? Dulu, suaminya Mba Rina, dinas di kantor ya, Mba?"

Aku langsung menganggukkan kepalaku, "Nggih, Bu. Leres." (Iya, Bu. Betul)

"Waktu kecelakaan, suami berangkat dinas luar, dengan siapa, Mba?"

"Dengan ajudan Mas Rama, Bu."

"Ajudan? Memangnya, dulu, suaminya Mba Rina, dinas di mana, Mba?"

"Di kepolisian, Bu."

"Wah, kalau sudah punya ajudan, berarti, dulu, suaminya Mba Rina, sudah diangkat jadi kepala ya, Mba? Atau malah sudah jadi kapolres?"

Aku masih mencoba untuk terus mempertahankan senyumanku, "Nggih, Bu. Alhamdulillah."

"Berarti, sebelum meninggal, dulu, almarhum suaminya Mba Rina, sudah diangkat jadi Bapak Kapolres?"

Aku tersenyum lagi, lalu mengangguk ke arah Bu Yanti.

"Masih muda, tapi sudah diangkat jadi kapolres. Pasti, almarhum suaminya Mba Rina, orang yang hebat. Tekun kerjanya. Dan trengginas."

Aku tersenyum.

Lalu ingatanku jadi kembali berputar pada masa ketika Mas Rama masih ada.

Ya, Mas Rama memang orang yang hebat perangainya. Bagiku, Mas Rama adalah sosok suami dan Papa yang sangat hebat untuk Elysia. Mas Rama selalu tekun, dan amanah sekali dengan setiap tanggungjawab yang diberikan padanya.

"InsyaAllah, almarhum suaminya Mba Rina, meninggal dalam keadaan husnul khotimah ya, Mba. Diampuni segala dosa-dosanya, dan diberikan tempat yang terbaik disisi-Nya."

"Aamiin. Mohon doanya nggih, Bu."

Bu Yanti tersenyum ke arahku, dan langsung menganggukkan kepala beliau.

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang