96. Alasan Kepergian

394 53 2
                                    

❤ Rina

Aku mengusap-usap punggung Elysia yang sudah tertidur di pangkuanku.

Tadi, Elysia menangis keras sampai akhirnya putri kecilku lelah dan tertidur tanpa sadar seperti saat ini.

"Maaf, Bu Yanti. Karena saya jadi membuat Ibu menunggu dan terkejut dengan kejadian seperti ini."

Bu Yanti yang sejak tadi setia menungguku di sofa, mengangguk dan tersenyum padaku yang masih memangku Elysia. "Nggak papa, Mba Rina. Nggak papa."

Aku balas tersenyum pada Bu Yanti.

Setelahnya, aku menunduk untuk mencium kening Elysia yang basah dan berkeringat karena tadi putri kecilku menangis cukup lama.

"Maafin Mama ya, El," ucapku dalam hati, sambil memeluk tubuh Elysia lebih erat lagi.

"Mba Rina."

Aku mengangkat kepalaku untuk menatap Bu Yanti, "Iya, Bu."

"Tebakan Ibu pasti benar, kalau ada hubungan spesial di antara Mba Rina dan juga Mas Rezky. Apalagi setelah Ibu melihat reaksi El hari ini. Sepertinya, kalian memang mempunyai hubungan yang sudah sangat dekat sekali."

Aku menarik napas perlahan.

Aku tahu kalau Bu Yanti pasti akan menanyakan hal ini. Apalagi setelah beliau melihat sendiri bagaimana histerisnya Elysia yang tadi sangat ingin untuk bertemu dengan Mas Rezky.

Aku menganggukkan kepalaku, "Nggih, Bu. Tadinya, seperti itu. Tapi mungkin, setelah ini, tidak akan ada lagi."

"Maksud Mba Rina? Kenapa Mba Rina jadi bicara seperti itu?"

Aku tersenyum. Mungkin aku memang harus bercerita sedikit pada Bu Yanti supaya beliau tak lagi bertanya karena penasaran.

"Saya juga bingung, Bu. Tak tahu harus menjelaskan seperti apa hubungan yang sedang terjalin di antara saya, El, dan Mas Rezky."

Aku menarik napas sekali lagi. Mencoba merangkai kata dengan baik, yang bisa memberikan penjelasan lugas tanpa aku harus menceritakan kesemuanya pada Bu Yanti. "Dulu, Mas Rezky, adalah kakak kelas saya saat SMA, Bu. Selisih usia kami, terpaut 2 tahun. Setelah Mas Rezky lulus SMA, kami tak pernah bertemu lagi. Karena Mas Rezky melanjutkan kuliahnya. Sedangkan saya, menikah dengan Mas Rama."

Aku menatap lekat ke arah Bu Yanti, "Baru tahun ini kami dipertemukan kembali saat Mas Rezky mengurus acara di sekolahnya Elysia, Bu."

"Lalu?"

Sepertinya, Bu Yanti masih sangat menanti kelanjutan ceritaku tentang Mas Rezky Pramurindra.

"Dulu, saat SMA, tak ada hubungan spesial yang terjalin di antara saya dan Mas Rezky, selain hanya sebatas senior dan junior di sekolah dan organisasi. Beberapa waktu ini, saat saya bertemu lagi dengan Mas Rezky, di sekolahnya El, saya kira juga begitu, Bu. Tak akan ada lagi lanjutan kisah untuk kami. Tapi ternyata, perkiraan saya salah."

"Mba Rina pacaran dengan Mas Rezky?"

Aku langsung menggeleng dengan cepat, "Tidak, Bu. Saya dan Mas Rezky, tidak pacaran. Tapi Mas Rezky sudah meminta saya untuk menjadi istrinya."

Bu Yanti terlihat terkejut dengan ucapanku.

"Saat saya mendengar ucapan dan lamaran Mas Rezky, saya juga sangat terkejut, Bu. Saya tidak menyangka. Awalnya, saya akan menolak. Karena saya rasa, saya tidak pantas untuk mendampingi Mas Rezky menjadi istrinya."

"Kenapa Mba Rina jadi berpikir seperti itu?"

Aku tersenyum sendu, "Mas Rezky itu perjaka, Bu. Mas Rezky masih lajang, dan belum pernah menikah. Sedangkan saya? Sekarang, saya sudah menjadi seorang janda, Bu."

Kali Kedua ✔Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin