143. Sahabat Setia

266 33 0
                                    

❤ Rina

Aku menggandeng tangan Elysia untuk masuk ke butik milik Gita, sahabatku tercinta.

"Tante Gita!" seru Elysia saat dirinya sudah melihat Gita yang kini sedang berbicara dengan asistennya di meja kasir berada.

Gita menolehkan kepalanya, lalu tersenyum saat melihat kedatanganku dan Elysia. Dan setelahnya, Gita langsung berlutut serta membuka kedua lengannya untuk memeluk Elysia yang saat ini sudah berlari menuju ke arahnya.

"Halo, sayangnya Tante Gita. Apa kabar?" tanya Gita sambil mengusap-usap punggung Elysia.

Elysia sudah memeluk erat leher Gita, "Baik, Tante. Tante Gita apa kabar? Udah lama banget nggak main sama El."

Gita terkekeh bahagia, lalu sedikit melonggarkan pelukannya untuk menatap Elysia. "Maaf ya, sayang. Tante Gita udah lama nggak main ke rumah El. Soalnya, Tante Gita lagi banyak bikin baju."

Elysia langsung mengangguk tanda mengerti, "Nggak papa, Tante. Nanti, kapan-kapan, El sama Mama yang main ke rumah Tante Gita ya? Jengukin Adek Chay juga."

Gita tersenyum dan langsung mengangguk pada Elysia, "Siap, cantik. Oh iya, Om Gilang baru bikin tempat main baru loh buat Adek Chay, di rumah. Nanti, El main bareng sama Adek Chay ya di sana?"

Kedua mata Elysia langsung berbinar sangat bahagia, "El boleh ikut main di sana, Tante?"

Gita terkekeh sambil mengusap-usap pipi Elysia, "Boleh dong, sayang."

Elysia langsung berseru dengan begitu gembira, "Asik! Terimakasih, Tante Gita!" ucap Elysia sambil kembali memeluk leher Gita lebih erat lagi daripada sebelumnya.

Gita tertawa, lalu menoleh ke arahku dengan menaik-turunkan kedua alisnya. "El emang mirip banget sama kamu, Rin. Girang banget kalau udah dikasih mainan."

Aku ikut tertawa, "Itu dulu, Gita. Dulu. Kalau sekarang, aku udah jaim, nggak bakal mempan lagi kalau cuma disogok sama mainan."

Tawa Gita terdengar semakin bahagia, lalu berdiri dan menggandeng tangan kanan Elysia.

"Yuk, kita ke ruang tengah," ajak Gita.

Aku mengikuti langkah kaki Gita untuk duduk di sofa yang ada di ujung ruangan, dekat jendela besar yang tepat menghadap ke arah parkiran.

Aku, Gita, dan Elysia telah mendudukkan diri kami di atas sofa.

"Ke sini, sama siapa, Rin?" tanya Gita.

Aku tersenyum bahagia, lalu segera menunjuk dengan daguku pada satu mobil hitam yang baru saja selesai parkir di depan butik milik Gita.

"Hah?" tanya Gita bingung dengan petunjukku. Tapi Gita tetap ikut menolehkan kepalanya untuk mengikuti arah pandangku.

"Sejak kapan kamu ganti mobil, Rin? Kok nggak kasih kabar sama aku?"

Aku terkekeh semakin bahagia, "Aku nggak ganti mobil, Gita."

"Terus? Itu, mobilnya siapa? Mobilnya Shinta? Kamu ke sini sama Shinta?" tanya Gita, yang kini sudah memutar tubuhnya untuk menghadap padaku lagi seperti sebelumnya.

Senyum bahagia semakin terlihat jelas di wajahku dengan begitu sempurna. Dan aku segera menggelengkan kepalaku ke arah Gita, "Jam segini, Shinta masih kerja, Git. Shinta jelas masih ada di Rumah Sakit."

"Terus? Kamu ke sini sama siapa? Atau Ibu yang ganti mobil? Kamu ke sini diantar sama sopirnya Ibu? Iya?"

Ibu yang dimaksud Gita adalah ibuku, Bu Widya. Gita memang biasa memanggil Ibu dengan sebutan Ibu juga, karena Gita memang sudah aku kenalkan pada Ibu semenjak aku menikah dengan Mas Rama.

Kali Kedua ✔Where stories live. Discover now