48. Punya Doa

2.9K 142 21
                                    

💙 Mas Rezky

Siang ini, sepulang dari resto, aku ingin menjenguk Bu Widya di Rumah Sakit. Kebetulan, urusan di biro juga sudah selesai, jadi aku bisa datang ke Rumah Sakit tepat saat jam makan siang selepas sholat zuhur.

Sebelum datang ke sini, aku sudah mengirimkan pesan pada Rina, dan bertanya di mana kamar rawat Bu Widya. Jadi aku tak perlu bertanya lagi di bagian informasi, dan bisa langsung menemuinya di sini.

Akhirnya, aku sudah sampai di depan kamar rawat Bu Widya.

Perlahan, aku mengetuk pintu dan mengucapkan sebuah salam. "Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Mendengar jawaban salam, akhirnya aku segera membuka pintu untuk masuk ke dalam. Setelah menutup pintu, aku bisa melihat kalau di dalam kamar ini ada Bu Widya, Rina, Shinta, dan juga Elysia yang saat ini sedang menoleh ke arahku.

Rina yang pertama kali melihat kedatanganku, langsung menyapa terlebih dahulu. "Hai, Mas. Kok cepet banget udah sampai?" tanyanya, tak lupa dengan senyuman manis yang tersungging di wajah cantiknya.

Aku yang melihat senyuman Rina, tentu saja tak bisa menahan untuk segera balas tersenyum juga.

Baru saja aku ingin memberikan jawabanku, tapi tubuhku sudah sedikit terhuyung karena ada gadis kecil yang saat ini sedang berlari untuk memelukku. "Om Eky!" sapanya riang sekali.

Tentu saja, pelaku yang telah membuatku tak jadi menjawab pertanyaan Rina, adalah Elysia. Si gadis cilik teramat cantik yang selalu berhasil menarik perhatianku selain Mamanya.

"El, kebiasaan banget kalau sama Om Rezky langsung peluk-peluk gitu," tegur Shinta pada Elysia yang kini semakin bergelayut memeluk kakiku.

Aku mengusap belakang kepala Elysia, sebelum meraih tangan kecilnya untuk kugandeng dan berjalan bersama.

Terlebih dahulu aku meletakkan bingkisan yang kubawa di atas meja, sebelum akhirnya aku melanjutkan langkahku menuju bed untuk menyalami Bu Widya. "Assalamu'alaikum, Bu."

Bu Widya tersenyum, walau terlihat masih lemas, tapi senyum Bu Widya tetap teduh dan menenangkan seperti biasanya. "Wa'alaikumsalam, Mas."

"Bu Widya, bagaimana kabarnya? Masih ada yang dirasa sakit?"

Senyum teduh Bu Widya masih terpatri indah di wajah beliau, "Alhamdulillah, sudah agak mendingan, Mas. Cuma masih sedikit ngilu aja di bagian pinggang. Kalau dibawa gerak, masih sakit."

"InsyaAllah, segera membaik ya, Bu. Semoga Allah segera memberikan kesembuhan untuk Bu Widya. Sehat, kuat, jadi bisa berkumpul lagi dengan anak dan cucu di rumah."

"Aamiin. Terimakasih untuk doa baiknya, Mas Rezky."

"Nggih, Bu. Sami-sami." (Iya, Bu. Sama-sama)

"Monggo, Mas. Duduk dulu," kata Bu Widya mempersilakanku.

Aku mengangguk, lalu berjalan ke arah sofa yang ada di tengah ruangan untuk mendudukkan diriku. Tentu saja, masih bersama Elysia yang sejak tadi tetap setia menggenggam erat tangan kananku.

Aku duduk di sofa, dan Elysia juga ikut melakukan hal yang sama.

Aku mendengar Shinta tertawa pelan, "Astaga, El. Om Rezky jangan ditempelin begitu terus dong."

Elysia tak menjawab ledekan dari Shinta. Dan aku juga jadi ikut tertawa melihatnya.

"Iya. Masa Om Rezky baru datang, udah langsung diikutin begitu?" tambah Bu Widya.

Kali Kedua ✔Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz