41. Serangan Dadakan

En başından başla
                                    

"Udah selesai?" tanya Alan yang duduk di sebelah Riri.

Mata Riri mengerjap polos. Ia menatap Alan bingung. "Apanya?"

"Ngobatin Gala."

Riri menggeleng. "Ngga mau, Gala nyebelin."

"Kenapa?" Alan mengangkat satu alisnya.

"Ngomel terus."

Alan terkekeh. Jarang sekali cowok yang satu ini bisa tertawa lepas seperti sekarang. "Bukannya tiap hari kaya gitu?"

"Tapi hari ini nyebelin banget."

"Ri," panggil Ilham.

Merasa dipanggil gadis dengan kaos hitam itu langsung menoleh ke sumber suara. "Ilham? Kenapa?"

"Tumben banget kalian akrab?" tanya Ilham menyelidik.

"Emang ngga boleh akrab ya?" balas Riri bertanya dengan raut wajah polos.

Ilham mengoreksi ucapnnya. "Em, bukan gitu maksud gue, Ri. Tumben aja gitu, kalian ngobrolnya akrab."

"Emang biasanya ngobrol gimana?"

Saking gemasnya dengan respon yang Riri berikan. Ilham sampai menggertakan gigi gerahamnya. "Ngga gitu, Ri. Gin..."

"Ilham dari tadi cuma ngomong, bukan gitu, ngga gitu. Bikin Riri pusing tau ngga?!" kesal Riri menyela ucapan Ilham.

Gadis itu mencebikkan bibir bawahnya. Sementara Alan, cowok yang duduk santai sambil mengangkat satu kaki itu masih berekspresi datar seperti biasa.

"Gini Ri, dengerin ya maksud gu..."

"Ngga usah nyolot ngomongnya," tegur Gala yang tiba-tiba datang dibantu salah satu anggota Drax untuk berjalan.

"Astaga, kaget gue." Ilham mengelus dadanya dramatis.

"Lo ngga usah nyolot kalo ngomong sama Riri."

"Kaya lo ngga aja," balas Ilham.

Gala berdecak tidak suka. Cowok itu sudah mengusir anggota Drax yang membantunya berjalan. Sekarang Gala berdiri dengan memegang kedua pundak Riri.

"Serah gue. Pacar gue," sewot Gala. Matanya beralih menatap Riri dan Alan.

"Ngapain duduk di sini sama es batu?" Gala menunggu jawaban dari Riri.

"Es batu? Mana ada es batu?"

Sepertinya Gala salah memilih kosa kata. Bukannya menjawab Riri malah bertanya balik sembari mengedarkan pandangannya ke semua arah. Tapi yang dicari tak kunjung ia temukan.

"Maksud gue kenapa lo bisa duduk sama Alan?" koreksi Gala. "Lo centil ya?"

Bukan jawaban dari Riri yang Gala dapat. Tapi cowok yang sejak tadi masih berekspresi datar itu yang menjawab. "Duduk doang, harus ada alasannya?"

"Ngga ada, ngga ada," ujar Gala kemudian mengajak Riri masuk ke markas.

"Ayo masuk, di luar dingin."

"Emang kita ngga pulang?"

"Kaki gue masih sakit."

Riri menatap Gala bingung. "Terus gimana?"

"Besok deh gue anterin. Lo tidur aja di sini. Ada kamar gue di sini."

Melihat ekspresi Riri yang tampak masih kebingungan. Gala kembali meyakinkan. "Anak-anak banyak tidur sini. Lo bakal aman di sini. Bunda juga ngga bisa pulang malem ini."

Riri mengangguk. "Oh gitu ya? Iya deh Riri bobok di sini. Kata Gala 'kan bahaya kalo tidur di rumah sendirian. Iya 'kan?"

Gala berdecak. "Bukan bahaya. Lo ngga bakal berani sendirian di rumah. Ntar ujung-ujungnya tengah malem lo telfon nangis-nangis nyuruh gue ke sana. Gue yang repot."

MY CHILDISH GIRL [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin