Bab 53

10.1K 789 62
                                    

Bagian 53 : DINARA HILANG ( LAGI )

"Dia udah pulang tadi." Ucap Bima saat ada telepon masuk dari Gege beberapa kali ke ponselnya.

Pasalnya, Bima ada janji dengan temannya untuk menonton bola bareng. Jadi telepon dari Gege sedari tadi di abaikan. Dan baru saja di angkat karena Bima merasa tidak enak untuk terus mengabaikan telepon dari Gege.

Setelah ponselnya ada di telinga Bima, Gege sudah mulai mengomel tidak jelas. Namun di akhir kalimat, Gege menanyakan keberadaan Dinara.

'Lo nganterin dia balik ?'

Bima menggeleng, "engga. Gue pulang duluan tadi ada janji. Ini baru mau balik." Sahut Bima setelah melihat jam tangannya sudah menunjukkan angka sepuluh lebih lima belas menit.

Langit pun sudah mulai gelap. Yang artinya, Bima sedang di rumah temannya. Numpang mandi dan nonton bola sampai malam.

'Fathur tadi telepon gue. Katanya, Dinara belom balik.'

"Tau dari mana Fathur, Dinara belom balik ? Dia masuk kamarnya Dinara ?"

Terderngar helaan nafas dari Gege di seberang telepon Bima.

'Lampu apartemen Dinara belum nyala. Terus ada Bara di depan pintu Dinara. Katanya dari tadi, Dinara belom keliatan.'

Perkataan dari Gege membuat Bima cukup kaget. Dinara bilang dia mau mampir ke tempat makan dan balik ke apartemen. Bima juga yakin, Dinara sudah bilang kalau dirinya tidak akan kemana - mana lagi. Dan tentu saja, Bima sekarang menyesal kenapa dia tidak mengantarkannya pulang ke apartemennya dulu. Supaya kejadian ini tidak terjadi.

"Lo udah telepon dia ?"

Bima yakin, di seberang sana, Gege mengangguk.

'Udah. Dinara ga angkat. Nomornya aktif tapi kayaknya dia sengaja ga ngangkat teleponnya.'

Sekali lagi Bima menyisir rambutnya ke belakang. Lalu menahannya di sana. Meremasnya pelan dan mendesah.

"Gue bakal coba cari dia deh."

'Iya. Dia juga tadi bawa mobil 'kan ?' Bima mengangguki pertanyaan dari Gege walaupun Bima tau Gege tidak akan melihatnya. 'Gue rasa dia punya tempat sembunyi sendiri.'

Bima harus berterima kasih pada Gege nanti. Ucapan Gege sangatlah membantu. Dinara pernah bilang jika ada satu tempat yang menjadi pelariannya untuk masalah. Yang pertama club dan yang kedua bukit.

Sebenarnya, Bima tidak tau, club mana yang sering di datangi Dinara. Hanya saja, dia tau dimana tempat Dinara bersembunyi.

'Kata Fathur, dia udah cari ke club yang biasa Dinara datengin. Tapi Dinara ga ada.'

Bima tercerahkan, Bima tidak mempermasalahkan club. Tapi dari situ, Bima sudah tau, kemana Dinara pergi. Dan ada dimana dia sekarang.

"Gue tau kayaknya. Nanti gue telepon lo lagi deh ya."

Setelah menutup telepon dan pamit kepada teman - temannya. Bima mengambil kunci mobilnya lalu menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dalam hati Bima berdoa semoga feelingnya benar mengenai keberadaan Dinara. Jika Dinara tidak ada di sana, Bima akan bingung mencarinya kemana.

* * * * * * * * * * * * * * *

Dinara sudah ada di sana sejak sore tadi. Dinara tidak berniat mengangkat ponselnya yang sedari tadi bergetar. Sampai pada akhirnya, mungkin ponsel Dinara sudah mati kehabisan daya. Karena sedari tadi tidak ada lagi getaran di dashboard mobilnya.

Atau bisa jadi yang sedari tadi menghubungi Dinara sudah lelah karena tidak ada respon yang baik dari Dinara.

Dinara masih menenggelamkan wajahnya di atas tangan yang menekan stir mobilnya. Dinara tidak bisa bicara kepada siapa - siapa. Dinara juga tidak mau ada yang tau. Rasanya, Dinara akan malu setengah mati.

"Kenapa harus ada gue sih ?" Dinara bermonolog sendiri.

Dinara terkejut begitu mendengar ada yang mengetuk kaca mobilnya. Dengan takut - takut Dinara melihat ke jendela sebelah kanannya. Kemudian Dinara bernafas lega ketika melihat Bima ada di sana. Tersenyum lalu mengangkat kantong keresek yang entah apa isinya.

Pintu mobil Dinara terbuka lalu Dinara menapakkan kakinya yang telanjang secara langsung ke rumput yang ada di bawahnya. Lalu tersenyum menatap Bima.

"Lo kok tau gue ada di sini ?"

Bima juga tersenyum, "lo sendiri pernah bilang kalo ini adalah tempat kabur lo dari masalah."

Dinara kali ini mengangguk, "lo bawa apa ?"

Senyum dari wajah Abimanyu tidak luntur. Dinara memperhatikan Bima yang membuka jaketnya kemudian menggelarnya di atas kap mobil Dinara.

"Kita camping dulu bentar."

"Mana ada camping di atas mobil."

Dinara mengikuti Bima yang sudah duduk di atas kap mobil miliknya sendiri. Kemudia duduk di samping jaket Bima yang di gelar. Bima membuka kantong plastiknya lalu mengeluarkan satu persatu barang yang di bawanya.

Di beli oleh Bima, tepatnya.

"Ya ampun, lo sengaja bawa ginian ?"

Bima mengangguk, "beli tadi. Gue yakin lo belum makan dari sore. Jadi gue beli mie cup. Siapa tau lo laper."

Ngomong - ngomong tentang laper, Dinara memang lapar. Namun, Dinara sudah malas untuk balik ke arah mini market di bawah sebelum jalan menanjak ke arah sini.

"Lo bawa air panasnya ?"

Bima mengangguk lagi, "gue selalu bawa termos untuk air dingin kalo latihan basket. Tadi gue beli air panas terus gue masukin ke sini."

Boleh tidak Dinara memeluk Bima saja ? Bima cukup membuat Dinara tenang dan benar - benar merasa diperhatikan. Tapi Dinara malu jika memeluk Bima sekarang. Dinara tidak ada apa - apa dengan Bima. Hanya sebatas teman.

"Gue seduhin buat lo."

Lihat, bagaimana cara Bima memperlakukan Dinara. Sangat membuat Dinara menghangat.

Dinara tersenyum begitu Bima memberikan mie cup kepada dirinya. Dinara mendiamkannya sebentar, menunggu mie - nya matang. Bima juga menyeduh satu untuk dirinya sendiri.

"Kalo lo ke sini dan gue ga ada. Lo mau cari gue kemana ?" Tanya Dinara pelan.

Bima tampak berfikir, "gue ga tau sih. Belum kepikiran. Cuman, gue yakin aja lo ada di sini."

"Seyakin itu ?"

Bima mengangguk, "seyakin itu."

"Kalo gue ga ada di sini dan lo udah beli semua ini." Tunjuk Dinara pada makanan - makanan seperti roti, susu dan camilan lain juga lengkap dengan minuman yang dikeluarkan Bima, "lo bakal apain ?"

"Adek gue di rumah mungkin suka ini semua."

Dinara terkekeh begitu mendengar Bima terkekeh. Bima juga tidak menanyakan kenapa Dinara di sini. Namun Dinara yakin, Bima pasti penasaran.

"Tadi, nyokap gue nyamperin gue ke sekolah."

Dinara mulai membuka percakapan.

"Makan dulu mie punya lo. Udah lembek."

Pintar sekali Bima ini membaca situasi sebelum Dinara selesai berbicara. Bima sepertinya tau, Dinara belum siap menceritakan semuanya. Jadi Bima mengalihkan topiknya. Hanya saja, Dinara tidak enak jika harus menutupi ini dari Bima yang sudah dengan baiknya memberi Dinara camilan dan makanan.

"Bunda bilang, dia mau nikah lagi."

Seketika, Bima tersedak oleh mie yang tadi sedang di makan olehnya.

"Hah ? Nikah ? Lagi ? Kenapa ?"

Senior RuwetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang