Bab 49

19.1K 1.3K 176
                                    

Bagian 49 : MASALAH DENGAN APHRODITE

( ekstra part hari ini )

"Jadi bukan mereka."

Ryan menyelesaikan kata – katanya saat Dinara meminta penjelasan. Dinara mengangguk paham.

"Lo lagi sih, Bim. Main serang."

"Sebenernya gue yang nonjok duluan." Ucap Putra pelan.

Dinara terkekeh, "minta maaf gih sama Guntur." Perkataan Dinara membuat Putra diam.

"Tenang. Guntur galak cuman pas di ring aja." Kata Dinara setengah berbisik.

Mereka ada di basecamp milik Guntur dan anak – anak lain. Butuh waktu sekitar lima belas menit dari tempat tadi untuk masuk ke basecamp ini.

"Ga galak gimana. Dia itu petarung hebat." Ucap Fathur pelan juga.

Dinara terkekeh, lalu mengangguk. "Dia biasanya ga bisa bertarung di luar ring. Tapi ya kalian yang mulai duluan."

Putra beranjak dari tempat duduknya menuju Guntur yang sedang menyesap rokoknya. Yang Dinara tau Putra meminta maaf. Lalu menatap Dinara dan mengangguk.

"Lain kali kenalin gue ke temen lo kayak gini, Ra. Mereka jago juga kalo tarung." Suara Guntur sampai ke telinga Dinara. Dinara mengangguk lalu tersenyum canggung.

Sebenarnya, Dinara tidak mau melibatkan orang – orang seperti Bima dan yang lainnya ke tempat dimana Dinara sering bermain. Karena mungkin dalam wakktu dekat, Dinara akan membuka semua yang sudah di tutup – tutupinya dari Bima dan yang lain.

"Jadi kalau bukan mereka siapa, Di ?" Tanya Bima pelan.

Dinara menatap Bima, "lo masih mau membalaskan dendam lo itu ?"

Bima mengangguk cepat. "Gue kayaknya harus urus dulu masalah ini."

Dinara menatap Fathur lalu menatap Guntur untuk menerima persetujuan membocorkan siapa yang sudah memukuli Ryan. Dan lagi pula, siapa lagi jika bukan mereka.

"Jadi dari dulu, ada orang – orang yang ingin bergebung dengan tim kita. Tapi dia selalu berbuat sesukanya."

Dinara mulai menjelaskan bagaimana dan siapa yang berbuat rusuh.

Samuel. Samuel adalah nama ketua sekaligus nama kelompok itu. Mereka biasanya ada di sepanjang jalanan lurus dan gelap. Basecamp mereka tidak jauh dari itu. Hanya saja, Dinara dan yang lainnya tidak tau dengan pasti dimana keberadaan basecamp mereka. Karena biasanya, saat siang, mereka selalu hilang bagai di telan bumi. Sedangkan jika malam. Mereka berkeluyuran dan mencari masalah.

Awal persoalannya adalah ketika tim Guntur menolak mereka untuk bergabung karena reputasi mereka sangat jelek di mata masyarakat, jadi Guntur tidak mengijinkan mereka masuk. Guntur takut tim mereka juga akan terbawa dengan sifat jelek mereka.

"Aphrodate itu..."

"Nama tim kami."

Ryan terkekeh, "jadi mereka nyangka gue salah satu tim kalian kali ya. Gue berhenti sebentar cuman cek ponsel."

Dinara mengangguk pelan. "Apa lo masih mau balas dendam ? Gimana kalo pertarugan di atas ring ?"

Bima diam. Sebenarnya, Bima tidak terlalu pandai dalam bertarung. Apalagi di atas ring. Untuk itu sepertinya Bima sudah menyerah. Dan sudah memasrahkan dirinya sendiri.

"Kalo lo ga bisa, gue bisa gantiin lo juga."

Perkataan itu membuat Bima mendongkak. Menatap siapa yang tadi berbicara. Ada Guntur yang sedang tersenyum kepadanya.

Senior RuwetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang