Bab 27

14.7K 1.4K 59
                                    

Bagian 27 : PERIHAL OTOT PERUT LAKI - LAKI.

.

.

.

Pertandingan basket sudah akan mulai besok. Dan Dinara masih tidak memperdulikannya. Dinara masih ada di area balapan mobil malam ini. Entah lah, Dinara sedang senang dengan keadaannya saat ini. Dinara hanya ingin menambah teman.

Tapi tentu saja tidak mudah bagi Dinara. Dia biasanya sering kali menutup diri waktu ada teman baru yang masuk ke dalam kehidupannya. Dinara hanya bisa tersenyum kecil, berbicara singkat. Namun jika Dinara merasa sudah nyaman, Dinara biasanya lebih membuka diri sepantasnya.

"Lo ga main, Ra ?"

Dinara menggeleng sambil meminum minuman yang dijual di sana. Kebanyakan mengandung alkohol. Dan Dinara tidak mau mabuk malam ini. Toleransi tubuh Dinara terhadap alkohol sudah cukup lumayan. Dinara sudah bisa meminum beberapa gelas.

Butuh banyak gelas ketika Dinara ingin mabuk dan tidur tentu saja.

"Udah ga butuh mobil dia, Ta."

Orang yang berbicara barusana adalah Fathur. Dia bicara dengan santai merangkulkan tangannya di pundak Dinara. Sepertinya, Fathur sudah mulai mabuk. Padahal belum terlalu pagi untuk mabuk.

Sedangkan yang bertanya mau main atau tidak tadi adalah Tata. Biasanya, Tata yang suka ada untuk Fathur. Tapi Fathur sudah bisa mendapatkan keinginannya lagi. Bertemu dan dekat dengan Dinara lagi.

"Dia dah punya banyak mobil. Untuk taruhan ini, mobilnya udah ada satu di garasinya."

Dinara terkekeh, "lo bener. Gue belum niat untuk ikut balap." Ucap Dinara pada Tata.

"Jadi beneran lo rampok elit ?"

Sekarang giliran Fathur yang terkekeh, "iya, dia mana mau punya mobil yang sama di garasinya."

"Jadi lo maunya mobil apa ?"

Sebenarnya, Dinara sedang tidak mau mobil. Dia kayaknya lebih ingin ganti apartemen. Dinara tertawa dalam hati. Dia sudah bosan setahun terakhir tinggal di sana.

"Ferrari 488 Challenge warna abu atau merah mantep kayaknya." Ucap Dinara sambil terkekeh karena dia tidak benar – benar menginginkannya lagi.

"Bukannya kemaren lo masih pake ?"

Dinara meneguk minumannya, lalu mengangguk. "Gue kasiin ke temen gue."

* * * ** * * * * * * * * * * * ** * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *

"Dinara !!!!"

Dinara tersentak dari tidurnya. Dia tidur karena mabuk semalem. Janji Dinara tidak mabuk tapi kenyataannya, terlalu menyenangkan mengobrol di sana.

Suara melengking itu dari ponselnya sendiri. Fathur yang memberikan ponsel itu di telinga Dinara.

"Apaan sih ?" Dinara merengek.

"Lo baru bangun ?"

Dinara mengerjapkan matanya lalu menatap Fathur tanpa pakaian atasnya. Sial, dari cerita Gege bahwa laki – laki tampan dan memiliki otot perut itu benar – benar luar biasa, Dinara baru menyadarinya sekarang.

"Ra, lo di sana 'kan ? Tadi yang ngangkat telepon gue siapa dah ? Kok dari suaranya aja ganteng."

Dinara mengerjap lagi ketika suara Gege tadi melengking dengan pertanyaan yang benar – benar tanpa ada ambilan nafas dari mulut Gege. Gege lagi – lagi meng – introgasi Dinara. Dinara terkekeh begitu melihat Fathur sudah ada di balkon dan menyulut rokoknya tersenyum ke arahnya yang baru saja bangun tidur.

Senior RuwetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang