Bab 21

18.3K 1.6K 100
                                    

Bagian 21 : AYAH CUMAN PAMER

.

.

.

Mereka sudah berada di Jakarta saat ini. Sudah pulang dengan perasaan cukup senang atas liburan yang sudah di lakukan mereka walaupun tidak semua Bali di jelajahi, tapi mereka bersyukur atas itu.

Mereka semua lalu berpisah saat orang tua dari mereka menjemput, tinggal sisa Bima, Bara dan Dinara. Dinara juga membawa mobil yang diparkir di dekat bandara. Sedangkan Bima sedang menunggu Renny menjemputnya. Katanya, Renny ditemani supir keluarga. Lalu Bara sedang menunggu Dinara. Dia harus berbicara empat mata lagi dengan Dinara.

"Ara, Ayah mau ketemu."

Dinara seketika menatap sebal Bara lalu mendecih. "Gue tau."

"Jadi mau ketemu hari ini ?"

Dinara diam. Di satu sisi, Dinara tidak ingin menemui ayahnya. Namun, ayahnya tetap ayahnya. Sebenci – bencinya Dinara pada ayahnya, ayahnya- lah yang menyisihkan uang dan memberi kebebasan pada Dinara. Dinara sayang ayah ? Dinara rasa tidak. Dia hanya butuh seorang ayah ketika ditanyakan ada di mana ayahnya Dinara.

"Nanti aja." Sahut pelan Dinara.

Bima merangkul Dinara lalu mendekatkan bibirnya pada telinga Dinara, "Di, Renny udah sampai, mau ketemu ga ?"

Mata Dinara berubah dari suram menjadi bersinar. "Mau."

Dinara menganggap Renny adalah adiknya sendiri. Mereka cukup dekat. Sangat dekat jika harus dikatakan. Renny juga nyaman berada di dekat Dinara. Seakan dia punya kakak perempuan yang sama sayangnya dengan abangnya, Bima.

"Kak Dinara." Seru Renny berlari lalu memeluk Dinara erat.

Bima bingung, jadi siapa di sini yang kakak kandungnya Renny. Kenapa Renny melomplat ke arah Dinara bukan ke arahnya.

"Hati – hati Ren, lo bakal lukain kaki lo kalo lari ceroboh kayak gitu."

Renny terkekeh sambil melepaskan pelukan Dinara. Dinara benar – benar seorang kakak.

Walaupun Dinara tidak suka berbagi kasih sayang dari orang yang dikenalnya kepada orang lain, tapi Renny berbeda. Bukan hanya Dinara pernah menolongnya waktu itu. Renny hampir seperti dirinya waktu ayah dan bundanya masih bersama di rumah. Tentram, ceria dan sangat super semangat.

"Okay, gue sedih." Ucap Bima.

Renny dan Dinara terkekeh, "apa kabar Bang ? Kenapa lo balik ?"

Bima tertohok. Dia membuka mulutnya menganga atas pertanyaan yang terlontar dari mulut adik kecilnya.

"Gue pites juga lo."

Renny bersembunyi di balik punggung Dinara. "Udah Bim, sana balik."

"Loh, Kak Dinara ga ikut Renny ?"

Dinara menggeleng lalu mengusap rambut panjang Renny. "Gue bawa mobil."

"Yaaaah, Renny ada rahasia buat kakak padahal."

Dinara tersenyum lalu merangkul Renny, "teleponan kita nanti malem ya."

"Tunggu – tunggu rahasia apaan nih. Kok gue ga tau."

Renny menarik Bima menuju mobilnya setelah berkata, "kalo lo tau, namanya bukan rahasia lagi, Bang."

Senyuman Dinara muncul ketika Renny sudah berhasil membawa Bima masuk ke dalam mobilnya. Lalu melihat Renny melambai dan berteriak, "bye – bye kak Dinara. Nanti malem telpon gue ya."

Senior RuwetOù les histoires vivent. Découvrez maintenant