BAB 4

23.4K 2.1K 36
                                    

Bagian 4 : KEGAGALAN PERTAMA TIM UBUR – UBUR

Satu. Dua. Ti-

"ABIMANYU UTAMA MAHARDHIKA!"

Jebakan Bima dan kawan - kawan yang tadinya diperuntukkan untuk cewek kemarin malah terkena pada guru ini. Alhasil, bukan tawa yang di dapat melainkan teriakan itu yang memenuhi kelas mereka.

'Sialan.' desis Bima pelan.

"Bima dan kawan - kawan maju ke depan ! Sekarang !"

Siapa lagi jika bukan Bima dan kawan – kawannya untuk di hukum dan maju ke depan keas. Semua orang di kelasnya sudah tau. Dan mereka menantikan hukuman seperti apa yang akan di dapat dari guru ini.

Bukan hanya marah bukan ?

Bagaimana tidak marah ?

Dari rambut ke bawah guru ini terlumuri tepung terigu yang sudah di siapkan Bima dan kawan - kawan buat cewek baru yang bakalan masuk kelas ini. Tapi mana cewek itu ? Kenapa malah guru yang ini yang datang duluan ?

Iya.

Itu guru yang mengajar di kelas Bima. Guru matematika yang terkenal sangat menakutkan bagi setiap murid yang dia ajar. Bentukannya tinggi besar dan muka galak. Dan sialnya, guru ini adalah satu - satunya guru yang berhasil membuat ayah dan ibu siswanya diam tanpa banyak bicara. Termasuk orang tua dari lima siswa yang ada di depan kelas kali ini. Orang tua mereka bahkan menitipkan anak – anak ruwet ini pada guru yang satu ini. Bu Sukma. Bu-suk, panggilan dari Bima dan kawan – kawan pada guru ini.

"Kalian pasti mau ngerjain murid baru 'kan ?" Tanya si Busuk, eh Bu Sukma.

Bima dan yang lainnya diam.

Bima malah tersenyum miring.

Tenang aja. Masih ada rencana B.

Batin Bima bersorak.

"Permisi bu, maaf saya telat," kata orang itu masuk kelas tanpa dosa.

Jika saja bukan anak baru, dia pasti sudah bergabung dengan Bima dan kawan – kawannya berdiri di depan kelas dan di cermahi panjang kali lebar kali tinggi. Hanya saja, Bu Sukma memakluminya karena mungkin murid baru kesusahan untuk mencari kelas. Itulah pikiran sang guru.

Padahal yang sebenarnya terjadi adalah anak baru itu adalah memang perbuatan yang di sengaja. Anak itu membuat gurunya masuk terlebih dahulu karena sudah memprediksi apa yang akan terjadi.

Beruntungnya, tebakan sang anak baru benar – benar terjadi. Setelah mendengar teriakan sang guru yang masuk ke dalam perangkap, dengan cepat anak baru itu menengok bagaimana keadaan kelas. Dan tentu saja, mengamati sekitar melalui jendela kelasnya.

Bima tau dengan pasti. Orang itu sedang menahan tawanya saat melihat Bima dan kawan - kawannya ada di depan kelas saat dirinya masuk ke kelas.

Murid baru.

Perkenalan diri di mulai. Murid yang lain bertanya hal ini hal itu dan kemudian Bu Sukma menyuruhnya untuk duduk. Dan disini, Bima tersenyum miring lagi. Rencana B ini mungkin akan berhasil.

Setidaknya itulah yang ada di dalam fikiran Bima.

Tapi yang Bima lihat sekarang adalah hal yang mungkin tidak akan terjadi jika di sana bukan cewek itu. Selama Bu Sukma mengomeli Bima dan kawan - kawan di depan dengan membelakangi Dinara juga semua murid di kelasnya, cewek itu sibuk memindahkan kursi tempat duduknya ke kursi tempat duduk Bima. Tanpa suara. Murid di kelas pun tidak ada yang tidak melihat perbuatan yang sangat berani dari murid baru itu.

Sialnya, cewek itu bahkan sudah tau di kursi itu ada jebakan yang merupakan bagian dari rencana B. Saat cewek itu duduk manis dan berkenalan dengan cewek di sebelahnya, Bu Sukma menyuruh kelima sekawaan ini duduk di kursi mereka masing - masing.

Anjir gue harus gimana.

Batin Bima

Bima tidak mungkin duduk di sana bukan ? Itu akan menjadi jebakan makan tuan.

"Abimanyu, kenapa tidak duduk ? Apa yang kamu mau saya keluarkan dari kelas ?"

Sontak Bima melihat Bu Sukma yang sudah bertolak pinggang di depan kelas dengan buku tebal matematika di tangan kanannya.

Bima tidak yakin akan selamat jika buku tebal itu di lemparkan pada dirinya.

"Saya duduk kok bu," kata Bima pelan.

Bima masih saja kebingungan apa yang harus dia lakukan setelah ini.

"Kenapa sih Bim?"

Bima menatap Cherly di depannya yang menatap Bima heran. Cherly dan yang lainnya hanya menunduk saat diomeli oleh si Bu Suk tadi. Tidak memperhatikan kelakuan cewek yang baru masuk di kelasnya itu.

"Mahardhika ! Duduk !" Kata Bu Suk itu lagi.

Bima nyengir tiga jari lalu menjawab, "ibu ga mau bersihin diri apa? Muka ibu aneh."

Bima sengaja mengeluarkan dulu sang guru agar dia bisa mengakali kursi yang di pasangnya untuk si murid baru itu.

Guru itu berdeham menahan malu. Baru sadar dandanannya pasti sangat berantakan. Dan sebelum dia pergi keluar, dirinya menitipkan tugas pada ketua kelas. Izin mengganti baju ke toilet.

"Lo kenapa sih, Bim?" Kali ini Ryan yang bertanya karena Bima masih saja berdiri di samping kursinya.

"Lo mending duduk deh sini !" Kata Bima sedikit menyentak.

"Emangnya kenapa ?" Tanya Putra, teman sebangku Bima.

Tangan Putra menggapai bangku Bima dan langsung beringsut dan memekik.

"Anjir! Ini mah kursi buat cewek itu. Kapan dia naro di sini ?!"

"Lah elu yang naro di situ, Yan ?" Fanny bertanya

"Kagaklah, orang tadi gue naro di sebelah si Gege," jawab Ryan seraya menyentak Fanny.

"Dia tadi mindahin kursinya sama kursi gue," kata Bima pelan lalu mendesah.

"Dia tau ?! Cewek apaan tuh ?" Kali ini Ryan mengeluarkan suaranya.

"Yang pasti bukan cewek biasa," kata Bima melihat ke arah cewek baru yang duduk dengan santai mengerjakan tugasnya di bangku ke dua dari depan.

"Dia bakal nyesel udah pernah ngelakuin ini sama gue."

Putra menyimpan beberapa lembar kertas untuk Bima di kursinya. Sementara, agar Bima bisa duduk dan tidak berdiri saja seperti itu.

"Apa lagi yang bisa kita lakuin buat si cewek jalang itu."

Cherly bahkan sudah sangat kesal akan kejadian ini. Dan tentu saja mereka tidak bisa terus menerus diam dan menerima kejadian seperti ini.

"Jangan sembarangan itu mulut." Putra malah memarahi Cherly karena kata – katanya yang sangat tidak enak di dengar .

"Liat, mulai belain korban lagi."

Fanny juga menyudutkan Putra. Pasalnya Putra terkadang suka merasa iba dan kasihan. Tapi dalam hati Putra, tidak berniat sama sekali untuk membela. Jika Putra membela, sedari tadi mungkin Putra sudah menggagalkan rencana tim ubur – ubur ini.

"Awas aja kalo sampe lu suka sama korban kayak waktu itu."

Senior RuwetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang