BAB 5

29.5K 2.1K 56
                                    

Bagian 5 : SATU SISI YANG MENDERITA

"Gue minta maaf sama lo, waktu itu gue ga sempet bilang kalo bangku lo di kasih lem sama Bima. Gue di ancem. You know what i mean, right ?"

Suara itu membuat Dinara cukup yakin apa yang di bicarakan oleh orang di depannya adalah Abimanyu. Untuk sekarang, Dinara sudah muak walau hanya mendengar namanya saja.

Teman sebangkunya itu baru bisa berdekatan dengannya sekarang – sekarang. Dulu – dulu dia sering mengabaikan Dinara. Dan mungkin itu ancaman dari Bima CS. Sudah pasti.

Dalam sebulan ini Dinara harus benar - benar menggunakan otaknya untuk menghindari jebakan Bima cs. Masalahnya, saat sejak Dinara menggantikan bangkunya dengan bangku Bima waktu itu, mereka sangat gencar menjaili Dinara. Tidak berhenti walaupun mereka selalu gagal. Mereka sepertinya punya banyak ide untuk mengerjai Dinara sampai akhir bulan seperti sekarang. Bahkan teman sebangku Dinara sekarang banyak menanyakan kenapa Dinara bisa mengatasi kejailin dari Bima CS.

Gege, Geany teman sebangkunya Dinara hanya bisa geleng - geleng ketika Dinara menjawab pertanyaannya.

"Gue dulu sempet jadi pem - bully juga."

Iya.

Dinara dulu di masa Sekolah Menengah Pertama adalah seorang yang jailnya melebihi Bima cs. Dan yang sekarang Bima lakukan padanya adalah kejailan kecil yang Dinara lakukan saat dirinya duduk di bangku menengah pertama. Oleh karena itu, Dinara selalu lolos dari kejahilan yang Bima perbuat. Strategi dan cara mem – bully yang di berikan Bima kepada Dinara hanya sebagian kecil dari kajailan Dinara dulu.

Entah, tapi baru - baru ini Bima cs tidak mengerjainya sejak berita yang di dengar Dinara bahwa adiknya Bima sakit. Bima mungkin orang yang jail di sekolah, anak badung dan keras kepala. Tapi jika di rumah, Bima orangnya sehangat selimut tidur. Itu kata Gege. Bukan Dinara yang bilang. Tapi mana mungkin ?

Pemikiran Dinara di jawab oleh Gege.

"Waktu itu pernah sih, si Bima ngajakin adeknya ke sekolah pas ada acara apa gitu, lupa. Pas waktu tau adeknya di sentuh sama si Ryan tuh, Bima langsung mecak - mecak di sana. Mungkin terlalu sayang sama adeknya. Padahalkan Ryan temennya Bima juga."

Dinara yang saat itu duduk di depan Gege dengan meja kantin ditengahnya saat itu hanya tersenyum kecil. Tapi mengingat kejadian yang sudah di perbuat Bima padanya beberapa waktu lalu, senyumnya memudar.

"Masa sih ? Dia 'kan nyebelinnya minta ampun," kata Dinara mendelik untuk Gege.

Gege mengangguk kecil, "awalnya sih gue ga percaya si Bima gitu sama adeknya. Over - protektif. Tapi pas gue liat kejadiannya langsung waktu itu, gue percaya deh si Bima itu baik."

Dinara mengangguk kecil lalu meminum jus alpukat yang tadi di pesannya.

"Udah ganteng baik lagi."

Perkataan Gege yang satu itu membuat Dinara tersedak jusnya.

"Lah anjir."

"Apaan sih ?" Tanya Gege pada Dinara yang tersedak tadi. Sambil memberikan Dinara tissue. Walaupun sebenarnya apa yang musti di lap ?

"Ya itu, elu. Kenapa bilang dia ganteng dah ?" Sahut Dinara saat sesudah mendingan dari tersedaknya. Dan mengelap bibirnya. Walau entah apa yang di lap.

"Ye apa banget. Lah lu ga sadar emang ? Dia 'kan ganteng. Jadi pengen jadi adek - nya tau ga sih lo," Gege memejam - mejamkan matanya manja.

Najis sih. Tapi mau gimana lagi. Gege adalah teman pertamanya. Dinara dan pikirannya.

Senior RuwetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang