Bab 85

96 8 0
                                    

Bagian 85 : CERITA TENTANG GADIS BERNAMA BERLIAN

.

.

.

Dinara menceritakan awal ayahnya selingkuh dan menjadi pertengkaran di rumahnya. Dinara awalnya tidak tahu jika yang jadi selingkuhan ayahnya itu adalah ibunya Bara. Dinara hanya tahu, bahwa ayahnya adalah seorang laki - laki penghianat.

Dari sana, Dinara menjadi sangat tidak bisa di tanya. Kehidupan di rumahnya menjadi membosankan. Dia makan sendiri, berangkat dan pulang sendiri, di rumah sendirian.

Biasanya, ayah dan ibunya akan pulang ke rumah. Dinara tahu. Mereka pulang, bertemu dan bertengkar. Dinara sudah muak. Dinara jadi jarang berbicara di rumahnya. Suasana di rumah itu dingin. Tidak ada pembicaraan panjang.

Dinara hanya berbicara dengan pembantu rumah tangganya saja. Walau bahasannya hanya tentang makan, mandi atau tentang membangunkan sekolah.

Di sekolah, Dinara seperti anjing yang lepas dari kurungan. Dinara bebas melakukan apapun, Membully, berbuat nakal dan segala jenis kebadungan yang biasa di buat oleh anak sekolah menengah pertama.

Dinara sebenarnya bukan orang yang berniat mencari perhatian. Karena Dinara bisa saja langsung membuat kegaduhan di rumahnya jika Dinara berniat mencari perhatian dari orang tuanya. Tapi Dinara tidak seperti itu. Dinara memang ingin bebas. Dari masalah ataupun dari kehidupan sesaknya di rumah.

"Kapan Bara ngasih tau lo kalau ibunya Bara adalah selingkuhannya ayah lo ?" Bima bertanya karena penasaran.

Dinara menarik nafasnya, "tepat beberapa hari sebelum ayah gue nikah sama nyokapnya Bara. Lo mungkn udah tau ceritanya. Kenapa gue benci banget pantai Bali waktu itu."

Bima mengangguk - anggukkan kepalanya. Bima mendengar cerita dari Gege dan Bara secara langsung waktu itu.

"Tapi berkat lo, gue jadi suka lagi pantai Bali." ucap Dinara dengan senyum manisnya.

Bima pun juga ikut tersenyum.

"Apa itu alasan lo bersikap dingin sama Bara ?"

Dinara mengangguk, "Bara juga dingin banget sama gue waktu gue ngejar - ngejar dia. Waktu gue mau dia jadi pacar gue. Dia dingin. Dan sekarang, Bara bilang kalo dia nyesel ninggalin gue. Dan ya, penyesalan selalu datang terakhir, bukan ?"

Bima mengangguk ragu.

Pasalnya, dia sudah benar - benar melakukan hal yang sama terhadap perempuan seperti Dinara. Mengejarnya, sampai pada akhirnya, Bima yang menyesal dan merasa kehilangan.

"Bi. Gue sebenarnya mau tanya inti ceritanya sih."

Bima mengangguk lagi, "tanya aja, Di."

"Pertanyaan ini mungkin agak sensitif buat lo. Gue cuman pengen tau kebenarannya. Gege yang cerita sama gue, tapi gue juga yang pengen Gege cerita. Jadi jangan marah sama Gege ya ?"

Lagi. Bima mengangguk. Bima tidak berkata lagi karena Bima ingin Dinara melanjutkan pertanyaannya.

"Lo punya cewek sebelum gue ? Dan kata Gege, lo nyesel juga udah nyuekin dia. Apa bener ?"

Bima diam. Membatu.

Sebenarnya, Bima sudah tahu pertanyaan ini akan ditanyakan oleh Dinara. Tapi, Bima tidak tahu akan seterkejut ini saat Dinara menanyakannya secara langsung.

"Bi ?"

Bima mengerjap. Sebenarnya, Bima ada hak untuk tidak menjawab. Tapi rasanya, jika pertanyaan Dinara yang satu ini tidak di jawab, mungkin nanti ada sisi dimana Dinara berkata jika Bima menyembunyikan sesuatu. Bima tidak mau hal seperti itu terjadi.

Senior RuwetOnde histórias criam vida. Descubra agora