Bab 30

17.7K 1.6K 141
                                    

Bagian 30 : DINARA PINDAH APARTEMEN

.

.

.

"Lo yakin bisa masak ini ?"

Dinara masih saja meragukan Gege yang sudah berbelanja kebutuhan untuk makan malam di apartemen Dinara. Dinara benar – benar tidak habis pikir. Gege bukan membereskan dapur milik Dinara, malah membuatnya semakin berantakan.

Sebenarnya, dapur milik Dinara semula tidak seberantakan itu, hanya saja, Gege ingin masak di apartemen Dinara tiba – tiba dan membuat dapur Dinara sangat berantakan.

"Bisa, Ra. Udah diem deh."

Omelan dari Gege itu membuat Dinara berdecak. Dinara juga tidak pandai memasak, hanya saja Dinara setidaknya tau bagaimana cara membuat nasi goreng seafood setelah melihat dari youtube.

Dinara jengah, sudah setengah jam yang lalu, dan nasi goreng itu belum selesai juga. Biarlah Dinara meminum yogurt dulu untuk menenangkan cacing di perutnya. Dia menyalakan televisi dan menonton siaran fim action yang belum selesai ia tonton.

Gege masih sibuk di depan kompor. Gege sudah membersihkan udang, cumi dan beberapa kerang yang sudah dia masak sebelumnya. Kemudian dia beralih pada bawang dan rempah lainnya yang bahkan Dinara tidak hafal satu persatunya.

Sekarang, Gege sedang mengaduk – aduk nasi beserta rempah dan makanan laut tadi di atas wajan yang ada di apartemen Gege.

"Lo emang jarang banget masak ? Wajan lo masih baru gini kayaknya."

Dinara terkekeh, "gue ga pernah masak."

"Hah ? Serius ?"

Dinara mengangguk sambil menyuapkan satu sendok yogurt ke mulutnya dan sendoknya ia tahan di sana.

"Jadi lo selama ini makan apaan ?"

Gege sudah menuangkan nasi goreng seafoodnya di dua piring. Kemudian menmbahkan bawang goreng di piring yang satu. Dan menyimpannya di atas meja di depan Dinara.

"Cepat saji atau yang udah mateng tinggal masukin microwave dan jadi." Ucap Dinara sambil mengambil piring berisi nasi goreng yang sudah dibuatkan oleh Gege.

"Kenapa lo memutuskan buat tinggal sendiri ?" Tanya Gege sambil mengunyah nasi gorengnya.

"Hem." Ucapnya lagi, "lumayan kan, Ra ?"

Dinara mengangguk sambil terus mengunyah makanannya lambat dan masih berfikir untuk jawaban dar pertanyaan dari Gege tadi.

"Karena nyokap tinggal di rumah dulu, gue kayak suka sakit hati gitu kalo tidur di kamar gue yang di rumah. Selalu ada aja bayangan gimana orangtua gue yang berantem dan gimana orang tua gue memutuskan buat cerai."

Itu membuat Gege diam. Dinara sulit mengucapkan ini, Gege tau. Rasanya Gege seperti merasa bersalah sudah menanyakan hal ini.

"Sori, Ra, gue ga maksud buat bikin lo keinget lagi kejadian buruk itu."

Dinara mengumpat.

"Ra. Lo marah sama gue ?"

Dinara terkekeh, "gue mengunpat sama itu tuh." Dinara menunjuk ke arah televisinya.

Gege tersenyum kecil. Dia tau jika Dinara sedang mengalihkan perhatiannya. Gege cuman bisa menjadi pendengar setia saja. Tidak bisa memberi saran dan juga masukan untuk Gege.

"Gue rencana mau pindah apartemen, Ge."

Gege sekarang yang terperanjat karena tadi sedikit melamun. "Hah ? Kemana ?"

Dinara tersenyum, "deket apartemen temen gue. Nanti lo bakal tau."

"Kenapa pindah ?"

"Lo kan yang bilang gue sultan. Jadi gue mau pindah ke apartemen yang agak tinggi dari ini." Ucap Dinara di selingi senyuman.

"Kapan ?"

"Besok."

* * * ** * ** * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * ** * *** * * * ** * * * ** * * ** ** * * * * * **

"Jadi lo nyuruh gue beneran jadi babu, Ra ?"

Dinara terkeeh begitu pagi – pagi, Dinara membangunkan Gege dari tidurnya dan langsung menyuruh Gege untuk beberes. Mempacking dan membereskan barang – barang untuk di pindahkan ke apartemen Dinara yang baru.

"Lah bukannya lo yang janji ya ?"

Kata Dinara menanyakan dan mengingatkan bagaimana Gege berjanji menjadi babu Dinara akan dia jabani. Dan itu membuat Gege mencibir.

"Kok lo dadakan gini juga sih pindahannya ?"

"Mumpung dapet babu baru."

"Araaaaa."

Dinara tertawa saat Gege kesal karena ulahnya menjatuhkan beberapa barang dan tentu saja Gege yang harus membereskannya.

"Gue telpon temen – temen yang lain, aah."

Gege menelepon Desta dan Juan. Bima juga tidak terlewat. Alhasil, tugas Gege menjadi sedikit lebih ringan.

"Lo licik minta ampun, Ge."

Dinara mengomel saat Gege dengan santainya duduk di balkon dengan meminum minuman yang satu paket dengan pizza yang di pesan Gege.

"Dari pada pakai otot lo, mending pake otak lo." Itu motto hidup gue.

Decakan Dinara kini membuat Gege terkekeh, "iyaaa yang jenius." Ucap Dinara.

"Kenapa lo pindah ? Di sini dah enak si, Ra."

Desta yang mulai lelah itu kini duduk di sofa. Menyesap minumannya dan memakan pizza sogokan dari Gege.

"Kurang luas buat gue, bro. Lagian, udah bosen setaun gini – gini aja." Ucap asal Dinara untuk pertanyaan Desta sukses membuat Bima juga bertanya.

"Apartemen mana yang bakal lo tempati ?"

Dinara menelan pizza –nya lalu menjawab, "deket kok. Gue butuh parkiran yang luas. Katanya di sana ada parkiran khusus untuk pemilik apartemen VVIP."

"Lo ga bilang itu sama gue, Ra."

Gege menimpali membuat Dinara terkekeh. "Lo ga tanya juga."

Dinara memang butuh parkiran lebih luas. Dan pemilik apartemen yang nanti akan di tempati Dinara juga menyediakan parkiran luas. Dan khusus untuk Dinara sebagai pemilik ruang VVIP, pemilik gedung itu membuatkan satu parkiran di satu lantai khusus untuk pemilik VVIP lainya.

Di gedung apartemen yang baru, Dinara adalah bagian dari sepuluh anggota VVIP. Jadi kemungkinan akan sedikit mahal untuk urusan uang. Dinara tidak peduli, banyak yang mensposori uang untuknya. Ibu yang merupakan dokter, biasanya men- tranferkan sebagian gajinya untuk Dinara. Dan ayahnya yang pengusaha sukses, juga men- transferkan gajinya.

Lagi pula, Dinara biasanya tidak menggunakan uang itu. Dinara lebih suka makan dan berbelanja hasil dari uang taruhan. Walaupun tidak benar dan haram kata Gege, Dinara tidak peduli. Yang penting itu penghasilanya sendiri.

Uang di dalam rekening tabungannya selama beberapa tahun kebelakang, sudah melebihi uang sewa tempat apartemen baru Dinara nanti dalam setahun. Untuk tahun berikutnya, Dinara mengumpulkannya lagi juga.

Dinara sudah ada di gedung apartemen yang sudah dia sewa kemarin siang. Sudah beres dan bisa langsung pindah. Maka dari itu, Dinara dengan cepat ingin segara pindah. Dan tentu saja, Bara, Ibu dan ayahnya belum di beritahu. Lagian untuk apa diberitahu di awal, mereka pasti 

Senior RuwetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang