Bab 24

15.2K 1.4K 74
                                    

Bagian 24 : CERITA TENTANG FATHUR

.

.

.

Kawasan Samuel adalah kawasan yang benar - benar tidak boleh berhenti. Jika ada yang berhenti, begini nasibnya. Dinara dan Fathur harus bertarung sengit untuk bebas dari daerah itu. Karena berbicara baik - baik tidak akan berhasil.

Fathur dan Dinara harus melawan lima orang yang mempersulit keadaan Dinara. Jalanan lurus itu menjadi jalan yang oaling dihindari sebagain besar masyarakat. Apalagi dini hari menjelang pagi seperti sekarang. Bukan jalanan besar. Dinara dan Fathur memgambil jalur ini untuk mempercepat jalannya ke dunia balapan liar.

Tapi salahkan Dinara yang tidak memperhatikan jalanan. Lubang di sana tidak bisa Dinara hindari tentu saja. Pertarungna itu membuat Dinara dan Fathur cukup kelelahan. Beberapa bagian dari badan dan wajah mereka terluka. Cukup parah namun masih bisa di tahan. Dinara bernafas lelah ketika melumpuhkan musuh terakhirnya. Sepertinya, Dinara harus bertemu dengan Samuel dan mengatakan dia harus mengganti orang yang ada di jalur eksekusi ini.

"Lo okay, Ra ?" Dinara mengangguk pelan sambil memegangi pinggangnya.

Dia lelah tentu saja.

"Gue okay. Lo gimana ? Jari lo ?"

Dinara tentu saja tidak ingat tentang jari Fathur yang cedera karena fokus pada kemenangan pertarungan ini.

"Kayaknya gue kudu balik lagi ke rumah sakit. Ga bisa ngerasain jari gue.

"Dengan segera, Dinara menghampiri Fathur. Menatap jari - jemari Fathur dan mengkhawatirkannya tentu saja. Jika di tidak jatuh di sini, Fathur tidak akan mendapatkan luka serius lagi.

"Gimana dong ? Lo ada temen buat dihubungi ? Lo ga bisa bawa motor. Dan motor lo ga bisa di tinggal di sini."

Fathur terkekeh pelan, "Ra, telponin Tata aja. Suruh cewek itu bawa temen cowoknya. Bilang kita di sini."

Dinara mengangguk, dengan segera dia mengeluarkan ponselnya lalu tidak sengaja melihat jam yang tertera di layar ponselnya.

Setengah empat.

Tanpa memperdulikan waktu, Dinara menelepon Tata dan mengatakan apa yang di suruh Fathur tadi. Tata adalah teman lama Dinara. Sudah lama juga dia tidak berkontak tengan Tata. Tata baik. Dia sepertinya dekat juga dengan Fathur dilihat dari siapa yang dihubungi pertama kali sama Fathur satt seperti ini.

"Ra. sori ya, gue ngajakin keluar lo jadi babak belur gini."

Fathur menunduk seperti menyesal.

Dinara tersenyum, "paan sih lo. Gue seneng kali. Dah lama ga olahraga gini." Ucap Dinara santai.

Fathur ikut terkekeh, dia pikir Dinara akan marah karena baru juga di ajak keluar tapi malah dia kena dampak buruk. Dinara memang berbeda. Dan tentu saja, Dinara adalah gadisnya yang masih benar - benar gadisnya.

Fathur pernah menyukai Dinara.

Pertama kali pertemuannya dengan Dinara saat Dinara sedang tawuran sewaktu sekolah menengah pertama. Dan itu menurut Fathur adalah awal dia menyukai Dinara. Dinara yang barbar dengan senyum cerah dan tawa lembut itu yang Fathur sukai.

Namun saat Bara mulai mendekati Dinara, Fathur mundur beberapa langkah. Fathur tidak mungkin bersaing dengan sosok Bara yang sangat dipuja - puja oleh kaum hawa di sekolah itu.

Fathur dan Dinara beda sekolah. Menjadikan Dinara dan Fathur sulit bertemu. Pertemuan yang tidak sengaja di pertarungan mengatasnamakan sekolah itu membuat Fathur berhenti. Dia sudah tidak tawuran untuk membela sekolahnya lagi. Dia ikut tawuran hanya untuk bisa melihat Dinara. Saat sudah lama bersama Bara, Dinara jarang masuk ke tim tawuran itu. Dinara lebih sering jalan bersama Bara. Dan mengikuti Bara setiap saat.

Senior RuwetWhere stories live. Discover now