Bab 77

99 5 0
                                    

Bagian 77 : PAKET BAJU DATENG DARI BUTIK

.

.

.

"Sialan, gue kesiangan."

Dinara mengumpat. Sambil berlari ke kamar mandi. Untung saja semalam setelah Bima pulang, Dinara menyempatkan mandi. Jadi pagi ini tidak mandi pun mungkin tidak akan jadi masalah. Hanya menggosok gigi dan cuci muka rasanya sudah cukup.

Dengan tergesa, Dinara mengambil ponselnya berniat menelepon Bima dan memberitahu jika dirinya ke siangan. Betapa sialnya Dinara harus tidur sangat nyenyak semalam tanpa mimpi buruk.

Dinara berhenti mengelap wajahnya karena mendapat pesan dari Bima.

'Lo kesiangan, gue tunggu di depan.'

Dinara ingin tertawa tapi belum saatnya. Dinara harus cepat - cepat mengganti baju setelah jam di ponselnya menunjukkan pukul tujuh pagi. Dinara masih tergesa - gesa. Dan tentu saja, Dinara tidak ingin membuat Bima menunggu lama.

Sudah siap dan lengkap, Dinara membuka pintu di sambut dengan senyuman Bima.

"Lo lama nunggu ?"

Bima menggeleng, "belom lama. Yuk berangkat."

Dinara tersenyum lalu berjalan berdampingan dengan Bima.

"Sebenernya, dan padahal gue bisa aja barenga sama Fathur."

Bima menekan tombol lift menuju lobi.

"Gue emang ga ngelarang lo buat temenan sama cowok lain. Apalagi Fathur yang udah lo anggap dia kayak kakak lo sendiri," Bima berkata sambil tersenyum pada Dinara, "tapi selama gue bisa ada buat lo kenapa engga, Di. Jadi gunain gue semau lo."

Dinara terkekeh, "iyaaa deh. Sori ya, gue bahas soal Fathur sama lo."

Bima menggeleng, "lo ga harus minta maaf sama gue. Yang gue mau, lo tetep bisa ngehargain gue. Karena dari pengalaman gue, ga ada yang bisa antara cowok dan cewek temenan lama." Ucap Bima lalu mengenggam tangan Dinara. Menuntunnya keuar dari lift.

"Kenapa ?" Dinara menyahut kecil

Bima membukakan pintunya.

Dinara sudah memasang sabuk pengamannya lalu membalas senyum Bima yang sudah duduk di sebelahnya. Sebelum memasang sabuk pengaman, Bima mencium pipi Dinara terlebih dahulu lalu terkekeh.

"Karena ga ada yang bisa tahan dengan perasaannya. Kayak gue ke lo. Perasaan gue udah ada saat pertama kali cium lo. Setelahnya, gue ga bisa lupa sama lo."

Dinara tertawa, "masa ?"

Bima mengangguk lalu mulai menjalankan mobilnya.

"Percaya ga percaya, lo udah narik perhatian gue saat pertama kali lo dateng ke sekolah."

Dinara menatap Bima, "saat lo sama temen - temen lo ngerjain gue ?"

Pertanyaan Dinara di jawab dengan gelengan kepala Bima.

"Gue udah liat lo di parkiran."

Dinara menemukan fakta baru. "Kenapa lo baru ngomong sekarang ?"

Bima terkekeh, "karena sekarang lo pacar gue."

"Kalo gue ga jadi pacar lo, lo ga akan pernah bilang kalo lo ngeliat gue di parkiran sebelum lo ngerjain gue ?" Tanya Dinara sengit.

Bima tertawa, "pacarku ini sejak kapan jadi pemarah ?"

Dinara memukul lengan Bima, "geli njir."

Lagi - lagi Bima tertawa. Ayolah, Dinara sangat lucu jika sednag marah seperti ini. Bima benar - benar menikmati pagi ini bersama Dinara.

Senior RuwetWhere stories live. Discover now