Bab 14

21.4K 1.1K 130
                                    

Bagian 14 : BISAKAH DINARA BELAJAR TERBUKA UNTUK ABIMA ?

.

.

.

Yang di katakan Dinara benar - benar terjadi pada Juan. Bima dan yang lainnya tersenyum menggoda saat sedang berada di bandara. Juan membawa gadisnya.

"Apaan ?" Kata Juan saat dirinya juga gadis yang di gandengnya sampai di depan Bima dan yang lainnya.

Menjawab pertanyaan Juan, Bima juga temannya hanya tersenyum menggoda.

"Ga nyangka gue ga nyangka ya tuhan. Ternyata si Juan dingin - dingin beneran laku," Desta berbicara dengan nada menyebalkan.

Gege dan Dinara mengangguki pernyataan Desta yang alay bin lebay itu.

"Gue Arika, panggil Rika atau Ari juga gapapa," kata orang di sebelah Juan tersenyum memandangi satu persatu di depannya.

"Panggil Ari kesannya ke cowok, Rika aja deh yaaa," kata Gege lalu memperkenalkan satu persatu teman Juan. Termasuk Bima yang tersenyum geli memandangi Juan.

Bima terkekeh kecil lalu sedikit berjalan mendekati Juan, "selamat Wan. Lu ga jomblo," katanya.

Juan tersenyum kecil, "thanks. Gue ga jomblo kayak onoh noh," balas Juan menggedikkan dagunya ke arah Desta.

"Sialan nih dia," ucap Desta sebal, "noh depan lo juga jomblo keles." Desta menujuk – nujuk Abima di samping Dinara.

"Gue mah jomblo pilih - pilih. Lah elu, jomblo nasib," kata Bima menimpali.

"Lagian si Bima udah ada calonnya kali," kata Juan lalu melirik Dinara.

Bima diam melihat lirikan Juan yang jatuh pada Dinara, "pesawatnya udah mau berangkat, lama ah. Ayok," kata Dinara membuat Bima tersenyum kecil.

"Caaaaawww," ucap Desta berjalan mengikuti Dinara dan Gege yang sudah berjalan duluan.

"Bali ay' em koming," kata Gege so inggris.

Bima terkekeh. Sialan, mereka membuatnya tidak bisa melepas senyum di wajahnya. Apalagi liburan kali ini bisa di bilang perdana bersama mereka. Duh, ga disangka emang. Bima bakal berteman dengan mereka ? Mereka yang itu ?

Yang dulu pernah Bima bully habis - habisan. Apalagi si Gege. Doyan dia mah. Bukannya nyerah ngelawan geng- duh ga enak nyebut 'geng' ya. Komplotan ? Berasa penculik. Ya pokoknya, si Gege yang terus ngelawan kalau di bully sama Bima cs. Asik.

Ya gitu, dulu mereka pernah jadi sasaran bully oleh Bima cs. Khususnya Bima. Tapi tidak lama. Tidak selama Bima mem- bully tuh anak satu. Si Dinara. Entah. Bima betah aja liat ekspresi si Dinara yang dingin gitu. Yang santai walaupun tadinya abis di kerjain. Yang nyaman - nyaman aja sama kelakuan Bima yang bragajulan. Ya gimana sih ya, ga niat juga Bima ngerjain si Dinara. Tapi lucu aja gitu, sekarang semuanya berteman. Di tambah lagi si Juan yang bawa cewek. Ah sial, bikin iri.

Setelah itu, mereka menaikki pesawat yang sudah di pesan oleh Gege. Dan sialnya, Gege salah memberikan nomor pesawat. Jadilah dia sendiri yang duduk di sebelah Desta yang ga bisa diam ditempat.

"Ta, lo bisa ga si diem. Lo baru apa naik pesawat, kok katro."

Desta mendengus, "bukan gue katro, tapi gue ga biasa aja duduk di pesawat sama cewek."

Juan sedikit menendang kursi belakang Desta yang membuatnya melirik ke belakang.

"Paan sih, Ju ?"

Ju adalah panggilan pada Juan dari Desta ketika lagi marah. Biasanya Wan doang.

"Lo dah biasa kan sama si Gege. Ngapa musti salting ?"

Ketika Desta baru saja akan menyemburkan kemarahan, pesawat sudah akan landing dan semuanya di suruh untuk mempersiapkan diri.

Sedangkan di sebelah Gege ada Bima yang sedang memperhatikan Dinara dalam diam. Tidak mau ikut campur urusan Gege, Desta dan juga Juan. Dia sedang asik dengan pemandangannya sendiri. Ketika pesawat sudah meninggi, Dinara memilih diam dan menikmati suasana di luar jendela.

"Lo baru terbang lagi, Di ?"

Dengan suara rendahnya, Bima bertanya pada Dinara.

Dinara menoleh lalu tersenyum kecill, "terakhir gue terbang gini masih sama Bara."

Bima mengerutkan keningnya, "Bara ? Kemana ?"

Dinara mengembalikan pandangannya pada langit diluar jendela di sampingnya. "Iya. Waktu Bara masih pacaran sama gue. Ke Bali juga."

Lalu Bima menganggukkan kepalanya paham. Sudah lama sekali. Bima senang menjadi salah satu tokoh yang ada di kehidupan Dinara.

"Lo berdua sama Bara ?"

Dinara tersenyum tapi raut mukanya layu. Sedih dan tidak terlihat oleh Bima.

"Iya. Waktu itu, Bara ngehibur gue sebelum dia ngasih tau gue kalo orang yang di nikahin sama bokap gue itu nyokapnya dia." Dinara terkekeh, "dia ngasih tau pas gue lagi seneng – senengnya diajak liburan ke Bali."

Bima diam. Sudut bibir Dinara sedikit turun. Ada kesedihan di dalam cerita Dinara.

"Gue diajak seneng – seneng dulu sebelum di kasih tauhal terburuk buat gue."

"Buruk karena lo ga bisa pacaran lagi sama Bara ?" Tanya Bima pela.

Dinara terkekeh, "iya. Setelah bokap dan nyokap gue cerai, gue ga punya siapa – siapa lagi selain Bara. Dan untuk itu gue nyesel kenapa Bara yang harus jadi pegangan gue saat itu."

Bima terenyuh. Tangannya terangkat untuk mengambil tangan Dinara. Dinara terkekeh dengan perlakuan Bima.

"Gue okay, Bim. Untuk itu gue pengen liburan lagi. Dan saat Desta bilang kalo kita mau ke pantai dan tepatnya di Bali. Gue agak ga suka. Tapi ada temen – temen kayak lo dan semua orang yang ikut, gue jadi nyaman."

Dinara meregangkan jemarinya. Bima mengaitkannya spontan. Lalu keduanya tersenyum.

"Tapi lo musti inget, gue udah pernah bilang. Gue bukan orang baik yang kayak lo sangka." Dinara tiba – tiba mengingatkan Bara tentang selama seminggu dia menghilang.

"Kalo lo bukan orang baik, lo jahat ? Pernah bunuh orang, Di ?"

Dinara tertawa.

"Lo bakal jadi orang pertama yang gue bunuh kalo lo nyangka gue gitu."

Bima mengeratkan jari jemarinya di sela – sela jemari Dinara.

"Gue bakal bikin lo ngerasa, kalo lo orang baik. Dan bikin lo ngerasa kalo lo ga ngerasa kalo lo ga baik."

Dinara diam.

"Gue yakin, bisa ngebuat lo seperti apa yang lo inginin."

Dinara menatap Bima. "Lo emang tau apa yang gue mau ?"

Bima membalas dengan senyumannya, "bisa. Lo harus terbuka sama gue."

"Terbuka gimana, Bim ?"

Bima meneguk ludahnya susah payah. "Bilang apapun yang lo rasain sama gue, bilang apapun itu. Baik atau buruk keadaan lo."

Dinara menatap Bima.

"Bisa kita mulai dari itu sekarang ?"

Dinara melepaskan tautan jemarinya lalu beranjak menuju toilet pesawat.

Bisakah Dinara ? Terbuka kepada orang yang baru dikenalnya belum tepat setahun. Dan bisakah Abima di percayai oleh Dinara ? Atau Dinara harus mencobanya dulu ? 

Senior RuwetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang