Bab 81

99 7 0
                                    

Bagian 81 : HADIAH UNTUK BARA DAN UDANG DARI LUNA

.

.

.

Dinara tersenyum kecil ketika sudah selesai membungkus kado kecilnya untuk Bima. Kecil, tapi mungkin Bima akan menyukainya. Itu harapan Dinara. Semoga.

Tadi pagi, Dinara ijin untuk membawa mobilnya sendiri. Kemudian pulang sekolah juga sama. Bima dan Dinara berjalan berdua, makan berdua dan belajar bersama di sekolah. Tapi Dinara dan Bima berpisah saat pulang sekolah. Dinara bersama Gege dan Bima bersama Putra.

Gege sempat bingung kenapa Dinara membutuhkan bantuan Gege. Tapi Dinara membungkam pertanyaan Gege saat Dinara berbicara tujuan dari Dinara membawa Gege. Lagi pula, Gege sedang ada masalah dengan Desta. Entah kenapa, tapi bukankah saat itu adalah kesempatan Gege untuk bercerita pada Dinara ?

Kejadiannya tadi malam, Desta bilang dia akan bermain ps dengan anak - anak. Dan anak - anak yang Gege tau adalah Juan dan Bima. Tapi salah, Gege tau bahwa Juan sedang bersama Arika. Dan Bima sedang bersama Renny mempersiapkan acara besok lusa. Gege tau, Juan dan Bima tidak bersama Desta dari instastory instagram pribadi milik mereka.

Dan Desta baru memberitahu Gege jika dia pergi dengan teman - teman yang lainnya. Dan Gege semakin naik darah begitu tau, di tempat yang sama ada mantan kekasih Desta sebelum bersama Gege.

"Terus udah baikkan sekarang ?"

Dinara bertanya pada Gege saat itu. Gege menggeleng.

"Belom. Gue masih kesel aja sama dia. Kenapa ga bilang aja gitu. Kan gue bisa maklum. Desta juga jarang banget ngurus - ngurusin masa lalu gue dan dia. Kita fokus untuk masa depan."

Perkataan Gege itu seolah membuat Dinara sadar. Jika masa lalu penting dan hanya di jadikan pengalaman. Bukan sebagai tujuan utama di kehidupan selanjutnya.

Setelah itu, Gege mengambil apa yang di butuhkan Dinara di rumahnya dan pergi ke mall untuk bersama - sama mencari kado untuk Bima besok malam. Gege sudah membeli barang yang cocok untuk Bima.

"Ini ga berlebihan 'kan, Ra ?" Tanya Gege pada Dinara saat membelikan Bima parfum cowok.

Dinara mencium parfum itu, "gue suka sih. Tapi Bima bukan pake ini biasanya."

Gege mendengus, "iya deh yang pacarnya. Jadi yang mana yang suka Bima pake ?"

Dinara terkekeh, "gue cuman cium parfum Bima kalo di deketnya. Dan baunya enak. Gue juga suka. Dan kayaknya, Bima juga suka. Soalnya setiap hari baunya sama."

Dinara berkata sambil mencium beberapa parfum untuk cowok. Lalu berhenti di botol ke tiga yang di ciumnya.

"Nih, lo kenal ga ?" Ucap Dinara lalu memberikan botol parfum itu pada Gege.

Gege mengendusnya. Lalu kurang yakin, Gege menyemprotkan ke pergelangan tangannya kemudian menatap Dinara yang masih membaui beberapa botol parfum.

"Lo kenapa tau parfum Desta ?"

Dinara tertawa, "gue liat dia pake parfum itu pas kita liburan di Bali waktu itu." Ucap Dinara.

Dia menyerahkan satu botol parfum pada Gege. "Nah ini baru baunya Bima."

Setelah itu, Dinara berjalan menuju kasir dan membayar barang yang sudah dia pilih sedari tadi. Kecil namun Dinara suka.

"Gue beli juga buat Desta kali ya."

Dinara mengangguk, "baikkan dong. Kan mau double date. Eh nanti ada empat pasangan. He he ."

"Fathur udah punya pacara ?"

Dinara menggeleng. "Bukan pacar. Tapi tunangan."

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *

Dinara membereskan hal - hal kecil termasuk alat yang tadi di pakai Dinara membungkus kado untuk Bima. Dinara memegang gunting lalu menatap pakaian yang harusnya di pakai dua hari setelah ulang tahun Bima ke undangan ibunya. Orang tuanya. Dan nanti sepertinya, Dinara tidak akan mengaku punya orang tua jika orang bertanya.

Sebenarnya, Dinara benci dengan fikiran jahatnya.

Di dalam fikiran jahat milik Dinara, gunting itu mengunting beberapa bagian dari baju miliknya yang seharusnya di pakai dengan cantik di hari spesial ibunya. Menggunting di bagian punggung supaya lebih terbuka. Lalu memotong bagian rok yang memanjang ke belakang dan di hilangkan tentu saja.

Selanjutnya, bagian dada di gunting di bagian V- neck lebih ke bawah untuk memperlihatkan betapa mulusnya kulit leher menuju bagian penting seorang wanita milik Dinara. Lalu Dinara akan menggunting di kedua bagian pinggangnya dan menjadikannya semakin terbuka.

Tapi Dinara menggeleng.

Fikiran jahat itu mungkin saja terealisasikan nanti. Saat Dinara ada masalah lain selain masalah orang tua dan Bara. Dan Dinara sangat berharap jangan ada lagi hal itu. Jangan ada lagi masalah setelah orang tuanya dan Bara. Jika ada, Dinara mungkin akan benar - benar menyerah dengan semuanya.

Dinara berdecak saat ada yang membunyikan bel apartemennya. Padahal ini sudah malam. Jam dinding di ruang tengah Dinara sudah menunjukkan pukul sepuluh. Dan tamu macam apa yang datang jam segini.

Setelah melihat di lubang pintu, Dinara tersenyum.

"Ampir aja gue menyumpah serapahi orang yang neken bel gue." Kata Dinara setelah membuka pintu apartemennya.

Fathur dan Luna ada di sana.

"Ngapain lo pada ? Sini masuk - masuk."

Dinara masuk terlebih dahulu lalu di susul oleh Luna dan Fathur. Mereka duduk di sofa seperti biasa.

"Kenapa sih ? Tumben." Kata Dinara, "ini juga apa lagi ? Kok banyak lagi bawaannya ?"

Luna dan Fathur tersenyum.

"Luna pengen masakin lo sesuatu yang enak. Lo udah makan apa belom ?" Fathur yang menjawab.

Dinara tersenyum, "gue kira kalian mo ngapain jir. Kaget gue."

Luna terkekeh, "gue tadi liat lo baru balik sore. Jadi gue belanja agak banyak. Sekalian masak di apartemen lo aja."

Dinara kini tersenyum.

"Lun, dapurnya dia mah ga pernah di pake." Kata Fathur, "paling banter ya masak emi instan lah."

Anggukan Dinara membuat Fathur dan Luna terkekeh karena Fathur tidak tau jika Dinara memiliki keahlian yang bertingkat.

"Gue bisa masak selain emi instan by the way." Kata Dinara sombong setelah Luna masuk ke area dapur milik Dinara.

"Masak apa ?"

Dinara masih menyombongkan. Dagunya terangkat.

"Telor. Omelet sederhana. Dan air."

Dinara tertawa di susul oleh Fathur yang dengan enak dan renyah sekali mentertawakan lelucon milik Dinara. Luna juga ikut terkekeh sambil mengeluarkan barang - barang dan bahan - bahan yang akan dipakainya untuk memasak.

"Jadi lo mau masak apa sekarang ?"

Dinara sudah berjalan menyusul Luna yang sibuk mengeluarkan bahan makanan.

"Udang asam manis."

Dinara diam.

"Untung saja bukan udang saus tiram."

"Bukannya itu sama ?"

"Eh iya kah ? Jangan kalo sama. Gue lebih suka udang goreng tepung." 

Senior RuwetOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz