Bab 29

16K 1.4K 61
                                    

Bagian 29 : JANJI TENTANG OTOT PERUT

.

.

.

"Kita ga turun ?"

Dinara bertanya pada Gege yang masih terus menatap ke arah lapangan.

"Bentar, Ra. Ini adalah momen yang gue tunggu – tunggu."

Dinara tidak menyangka tas kecil yang sedari tadi di pakai Gege mengeluarkan kamera profesional dengan lensa panjang itu. Sepertinya, Gege punya obsesi pada otot perut laki – laki. Apa jadinya jika Dinara menceritakan tentang Fathur yang tidur bersamanya dengan keadaan telanjang dada dan otot perut sangat terjaga itu.

Bima melambai ke arah Dinara membuat Dinara tersenyum. Bima belum membuka kaus basketnya. Atau mungkin tidak akan membukanya ? Dinara bertanya dalam hati. Lantas setelah itu, Bima mengobrol bersama anak – anak lainnya.

"Yah Bima ga buka baju lagi."

Dinara mengerjap atas ucapan Gege barusan. Gege sepertinya punya obsesi tersendiri terhadap Bima.

"Biasanya, Bima buka baju juga ?"

Gege menggeleng, "udah empat keli Bima ikut pertandingan kayak gini. Gue belum liat otot perut Bima sama sekali."

Dinara terkekeh, "jangan – jangan Bima ga punya otot perut yang seperti lo harapkan."

Sesi memotret Gege berhenti seketika ketika Gege mendengarkan apa yang Dinara ucapkan tadi lalu mulai mengangguk kecewa.

"Lo ada benernya juga. Mungkin, Bima ga punya otot perut."

Lagi – lagi Dinara terkekeh begitu melihat wajah Gege yang kecewa.

"Lo mau ngasih apa ke gue kalo gue bisa buka perut Bima ?"

Sekali sentak Gege berdiri lalu menatap Dinara.

"Apapun. Gue kasih apapun deh." Ucap Gege penuh semangat membuat Dinara tertawa renyah.

"Gue mau yang mahal – mahal loh." Suara yang keluar dari mulut Dinara membuat Gege mendesah kecewa.

"Ya udah deh ga jadi. Anak sultan minta barang pasti ga liat harga."

Dinara tertawa lagi, "ga kok. Mahal karena temen ga bisa di beli. Iya gak ?"

Gege kembali bersinar. Matanya berbinar cerah. "Iya, gue jadi babu lo juga gue jabanin deh."

Dinara mengangguk. Sebenarnya, Dinara tidak cukup yakin dengan apa yang dijanjikannya untuk Gege. Tadi, Dinara berencana untuk bercanda. Tapi tanggapan Gege yang begitu bersemangat membuat Dinara tidak tega untuk mengerjai Gege.

Entah, kejadiannya gimana nanti aja.

"Gue ga janji ini bakal berhasil. Inget itu, Ge."

Gege mengangguk antusias, "gapapa, lo sekedar memastikan ada atau engganya otot perut Bima itu dah cukup. Kalo bisa buka perut ya buka aja. Biar lebih puas."

Gege dan Dinara tertawa. Hingga akhirnya, mereka turun ke tribun pemain. Masih banyak yang menyoraki mereka walaupun pertandingan sudah habis. Dinara bisa menyimpulkan, mereka bukan hanya sekedar menonton pertandingan dan mencari perhatian. Setidaknya 85% orang di sini hanya untuk cuci mata.

Bara melambai melihat Dinara turun. Dinara diam. Dia tidak mau jadi bahan bincangan orang – orang di luar sekolahnya. Cukup hanya di sekolahnya. Dan itu sudah membuat Dinara muak. Apalagi dia juga sempat menjadi bahan gunjingan mereka ketika, Bima mengecup bibirnya.

Dinara hanya tersenyum kecil saat Bara menghampirinya lalu mengusap pelan puncak kepala Dinara. Dinara menghempaskan pelan tangan Bara karena banyak yang menyorakinya. Dinara merasa tidak enak.

"Nanti lagi, Bar." Sahut Dinara pelan lalu Bara mengangguk pelan.

Gege sudah diam saja melihat Bara dengan otot perut yang sempurna. Bara tersenyum melihat Gege. Dan Gege jadi belingsatan saat di senyumi Bara. Sialnya, Bara sudah tampan walaupun sudah berkeringat.

Dinara berjalan menuju ke arah teman – temannya. Ada Bima, Desta dan juga Juan di sana. Ah jangan lupakan, Ryan dan Putra.

"Sori, ini pertama kalinya lo nonton dan gue ga menang."

Dinara terkekeh begitu sampai sana melihat Bima berbicara sambil termenung. Dinara mengangguk pelan lalu mengusap lengan Bima. Menepuknya dua kali di sana lantas berkata, "It' s okay. Lo bisa liatin kemenangan lo nanti."

Bima tersenyum lalu berdiri di samping Dinara.

"Bangsat. Fotoin gue sama dia dong." Kata Bima pada Ryan.

"Lo sekali lagi manggil gue bangsat, gue culik juga adek lo."

Dinara diam. Adiknya Bima yang dimaksud Ryan adalah Renny 'kan ? Bima tidak punya adik lagi selain Renny.

"Awas aja kalo macem – macem sama dia. Gue ga mau temenan sama lo lagi."

Ryan tertawa, "serah, lo ga mau temenan sama gue tapi gue jadi adik ipar lo gimana ?"

Bima yang tadi sudah berpose untuk berfoto, malah menimpuk Ryan dengan bola basket yang ada di dekatnya. Alhasil, Ryan kabur.

'Sini dah ribet amat, gue yang fotoin kalian berdua." Kata Gege kemudian.

"Selanjutnya, foto gue sama Gege ya." Ucap Desta yang entah datang dari mana.

Bima dan Dinara sudah bersiap. Namun Dinara mengintrupsi untuk menunggu sebentar.

"Kenapa, Di ?"

Dinara berbisik pada Bima, "gue nanti bakal foto sama Bara. Bara buka baju loh di sana."

Seketika Bima diam. Dinara tersenyum. Sepertinya janji pada Gege akan segera terwujudkan. Karena Bima munkin tidak terima, jadilah dia membuka bajunya. Membuat penonton bersorak.

"Abis foto gue pake lagi." Kata Bima pada Dinara.

Dinara tesenyum lalu mengangguk. Bima sudah mengalungkan tangannya di pinggang Dinara lalu berpose tersenyum ceria. Begitupun Dinara, berpose sedetik. Kilatan dari kamera Gege menandakan sudah selesai acara foto dengan Bima.

Bima yang malu, mulai memakai kausnya lagi. Gege dengan cepat menonaktifkan flash kameranya dan mengambil gambar otot perut Bima secara close up. Sialnya, kenapa Dinara malah tidak suka penonton yang lain ikut memotret bagian tubuh Bima.

Gege tersenyum begitu Bima selesai memakai bajunya. Dia menunjukkan jempolnya pada Dinara. Gege sendiri tidak tau apa yang membuat Bima membuka bajunya. Mungkin Dinara mengucapkan kata yang membuat Bima mau tidak mau membuka bajunya demi Dinara.

Dan Gege sempat terkejut bagaimana sempurnanya garisan sempurna keenam kotak di perut itu. Gege bahkan tidak berhenti tersenyum melihat hasil pengambilan gambarnya.

"Lo pulang sama siapa ?" Tanya Bima kemudian setelah memotret Gege dan Desta juga anggota tim lainnya.

"Gue bawa motor."

Bima tersenyum. Pakaian yang di pakai Dinara sangat sederhana. Tidak terbuka dan sangat pas di tubuh Dinara. Tidak seperti penonton yang lain yang rela membuka belahan dada dan pakaian ketat sekali untuk tubuhnya. Bima tidak menyukai itu. Jadi Bima biasanya hanya diam tanpa mau melihat penonton.

"Langsung balik ?"

Bima kembali bertanya saat Dinara sibuk dengan ponselnya.

Dinara mengangguki pertanyaan Bima. "Gue ada janji sama Gege. Katanya hari ini mau balik ke rumah dia terus nginep di apartemen gue."

"Janji apa ?"

Dinara bungkam. Dinara dan Gege sudah sepakat tadi. Dinara sudah menepati janjinya pada Gege. Dan Gege juga harus menepati janjinya. Jadi babu Dinara. Dinara sebenarnya tertawa dalam hati.

Gege tidak bisa menjadi babunya dengan wajah imut seperti itu. Hanya saja Gege sangat antusias mengenai hal itu. Dan Gege sudah seperti beneran jadi babu Dinara karena sedari tadi tas Dinara diambil alih oleh Gege.

"Urusan cewek." 

Senior RuwetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang