Bab 78

91 8 0
                                    

Bagian 78 : KETERKEJUTAN BIMA TENTANG DINARA

.

.

.

Dinara sudah sampai ke apartemennya bersama Bima. Ternyata Dinara berubah pikiran. Dinara tidak bisa menanti - nantikan yang namanya tugas sekolah. Dinara mengajak Bima untuk mengerjakan tugas bahasa Indonesia hari itu juga.

Bima dan Dinara sudah duduk di sofa. Membuka buku tugasnya lalu mengerjakan beberapa soal dan mengarang cerita pendek. Selanjutnya, resensi salah satu puisi. Dan setelah itu selesai.

Sebenarnya, ini bukan tugas kelompok. Tapi Dinara sudah mulai mengajak Bima untuk mengerjakan tugas apapun sama - sama. Tanpa memandang pelajaran apa dan waktunya.

Kadang - kadang, Bima juga mengerjakannya di sekolah. Mengikuti kemauan Dinara. Bukan Dinara yang meminta. Tapi memang Bima sendiri yang ingin memperbaiki nilai - nilainya dari tahun - tahun lalu yang merambat turun ke bawah.

"Lo mau makan ga, Di ?" tanya Bima saat mereka berdua selesai mengerjakan beberapa tugas yang sudah di berikan buku.

Bima sudah melihat jam tangannya, sudah menunjukkan jam setengah enam sore. Mereka juga belum makan sore itu.

Dinara mengangguk, "boleh. Keluar aja mau ga ?"

Bima tersenyum. "Boleh. Kemana ?"

Mulut Dinara merapat. Bola matanya naik ke atas seolah berfikir.

"Gue lagi mau makan pecel lele. Suka ga ?"

Bima mengangguk antusias. Bagaimana Dinara bisa makan di tempat seperti itu ? Bima mengetahui fakta lain Dinara. Dan Bima senang akan hal itu.

"Suka banget. Kayaknya gue juga udah lama ga makan pecel lele."

Setelah itu, Dinara meminta ijin untuk mandi sebentar lalu memakai baju rumahan yang membuat Dinara terlihat sangat santai. Kaos lengan pendek dan celana jeans pendek sebatas lutut membuat Dinara benar - benar sangat santai.

"Lo mau ganti baju ga ? Gue ada baju cowok." Sahut Dinara pada Bima yang sedari tadi asik main ponsel.

Bima menatap Dinara dan Dinara membuat Bima kagum.

Setelah mandi dan bersih - bersih. Dinara memakai pakaian santai seperti itu terlihat sekali Dinara yang mulai beranjak dewasa. Rambutnya masih terikat satu kebelakang. Kemudian membuat Bima mengangguk setalah Dinara mendekat dan mengulangi pertanyaannya tadi.

"Ya udah kamar mandi luar aja. Kamar mandi gue lagi berantakan." Sahut Dinara.

Bima kembali mengangguk sambil tersenyum, "lo ambilin baju lo yang cowok banget."

Dinara terkekeh, semua lemarinya penuh baju kaos polos. Warna - warni ada, hitam, putih polos juga ada. Dinara tinggal mengambil satu di antara mereka dan memberikannya kepada Bima. Tidak harus memilih mana yang cowok banget.

Ponsel Dinara bergetar, ada pesan singkat masuk ke aplikasi whats up nya.

'Bajunya udah di terima ? Ada undangannya juga 'kan ?'

Itu ibunya.

Mengabari masalah baju. Dan undangan.

Bima dan Dinara tau, ada baju tergantung lengkap dengan gantungan berodanya. Berwarna emas dengan kepingan - kepingan putih di beberapa bagian. Panjangnya mungkin di atas lutut Dinara.

Dinara menatapnya sebentar lalu berfokus pada tugasnya tadi. Dan setelah diingatkan oleh pesan singkat ibunya. Dinara kembali berdiam diri. Dinara melirik baju itu. Lalu mulai menoleh ke arah baju itu. Tapi kepalanya diberhentikan tangan dingin yang mengenggam lembut pipi Dinara.

Senior RuwetWhere stories live. Discover now