BAB 88

87 8 0
                                    

Bagian 88 : PERNIKAHAN ORANG TUA, LAGI.

.

.

.

Dinara pulang ke apartemennya malam hari setelah malam itu. Dinara tidak pulang kemarin. Fathur dan Bima juga tidak bisa menemukan Dinara. Sampai pada malam setelah malam itu Dinara sempoyongan membuka kunci apartemennya.

Kata sandi yang Dinara masukkan salah. Beberapa kali sampai pada akhirnya, berhasil. Menggunakan sidik jarinya. Dan Dinara masuk.

Kakinya lemas.

Dinara tidak sanggup jika harus pergi ke kasurnya. Dinara merebahkan dirinya di sofa telungkup dan tentu saja. Babak belur.

Setelah dari rumah Bima, mengganti stelan dengan pakaian biasa. Dinara datang ke tempat pertarungan yang biasa di pakai Samuel. Sudah terbakar dan sudah mulai di perbaiki sedikit demi sedikit.

Ada Renata dan Gesti. Petarung luar biasa menurut Dinara. Pembalap yang keren juga. Dinara ditanya oleh Renata saat itu. Tapi Renata mengabaikannya dan malah langsung menarik Dinara ke arah ring.

Dinara terkekeh saat itu.

"Gue belom siap bertanding."

Sebenarnya, di balik baju yang di kenakan Dinara, Dinara sudah mengunakan dalaman olah raga. Dinara belom siap karena Dinara belum pemanasan.

"Gue juga, udah lama ga ketemu lo. Mari kita rayakan."

Dan setelah itu. Dinara juga Renata membuka bajunya. Sama - sama sudah menggunakan style olahraga. Namun Dinara lebih suka di pukuli saat ini. Dan Dinara bermalam di klinik terdekat dengan area pertandingan. Dio obati. Namun tidak akan sembuh saat itu juga.

Setelah pagi itu, Dinara bangun dan pergi ke arah club NJ.

Dinara tau itu akan tutup pada pagi itu. Dinara membuka ponselnya lalu menelepon Gunawan. Dinara meminta maaf karena mengangguk waktu istirahatnya. Namun Gunawan menawarkan rumahnya. Di rumah Gunawan Dinara mabuk berat.

Berkali - kali muntah dan Dinara terbaring lemah.

"Gue perlu nelepon siapa ?"

Dinara menggeleng. "Lo bisa nganterin gue ke apartemen ?"

Dan di sinilah Dinara ada. Dinara mungkin sudah bersusah payah menuju ke apartemennya. Karena Dinara sudah meminta Gunawan untuk pergi terlebih dahulu dengan mobilnya sebelum Dinara masuk ke dalam lift di basemen Dinara.

Dinara menghela nafas panjang, lalu terduduk. Matanya menatap baju yang akan di pakainya siang nanti. Dinara tertawa kecil.

Kakinya melangkah ke meja dapurnya. Terseok namun sampai juga pada akhirnya, setelah itu, membuka laci dan menemukan gunting di sana. Dinara benar akan menyobek gaun itu. Dinara tidak pernah suka dan tidak pernah menginginkan itu.

* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *

Fathur berada di posisi serba salah. Ada Bima di depannya siang itu.

"Gue udah bilang, buka apartemen Dinara sekarang. Dia harus hadir di pesta pernikahan ibunya ." kata Bara berteriak pada Fathur.

Fathur diam.

"Gue tau lo tau kata sandinya."

Fathur mendesah kecil, "dia ga ada di apartemen."

Setelah mengatakan itu, Dinara membuka pintunya.

"Dinara."

Setelah itu Dinara tersenyum ke arah kedua orang di depannya.

"Lo dari mana aja, Ra ? Gue sama Bima nyariin lo."

Senior RuwetWhere stories live. Discover now